“Tuhan tak akan pernah menguji hambanya diluar batas kemampuan hamba tersebut”, mungkin kalimat tersebut yang terus terngiang dalam pikiran, membuat banyak pertanyaan yang muncul tentang sederet permasalahan yang timbul, dimulai dari perasaan, keluarga, materi hingga pekerjaan, semua konsep perjalanan hidup yang sebelumnya tersusun rapi tak sesuai dengan master plan yang telah dibuat, tidak ada orang lain yang patut disalahkan kecuali diri sendiri.
(sedikit bercerita, hanya ingin menumpahkan sedikit air dalam botol yang selama ini aku pegangdengan tangan ter-rentang...)
Aku anak pertama dari tujuh bersaudara, ekonomi keluarga yang sulit memaksaku untuk dewasa sebelum waktunya, merelakan keinginan pribadi untuk senyum adik-adikku dan tak jarang atau bisa dibilang sering aku mencari uang untuk memenuhi keinginan pribadiku dan kebutuhan sekolahku, sejak kelas 4 SD sampai dengan lulus SMK aku belajar mencari uang, mulai dari berjualan es, semir sepatu, mengamen, kuli angkat batu, berjualan t-shirt sampai mengerjakan tugas-tugas sekolah teman-teman sekelasku. Saat sekolah seringkali aku berpikir “aku ingin seperti teman-temanku, punya bekal uang yang cukup untuk sekolah tanpa harus lapar saat istirahat dan jalan kaki atau menumpang truck-truck pengankut pasir saat pulang, punya seragam yang bagus dan alat tulis yang lengkap tanpa harus menjadi kuli tinta dengan mengerjakan tugas-tugas milik temen-temanku”,tapi aku tau semua keinginan-keinginan itu belum bisa aku dapatkan dan bahkan hingga aku lulus SMK, tapi ada kebanggan tersendiri dari apa yang telah aku lakukan saat sekolah, yaitu aku memiliki apa yang aku inginkan, alat tulis, buku pelajaran, seragam bahkan terkadang SPP yang aku bayar adalah hasil kerjaku dan semua yang aku lakukan tanpa sepengetahuan orang tuaku karena menjaga perasaan mereka.
Untuk itu setelah aku bekerja, aku selalu mengusahakan semua kebutuhan keluargaku dan sekolah adik-adikku selalu ada, karena aku tidak mau mereka (adik-adikku) bernasib sama seperti aku, walaupun tak jarang harus mengorbankan kebutuhan pribadiku untuk memenuhi itu semua, mungkin ini sudah menjadi takdirku, menjadi manusia yang orang lain belum tentu bisa jika ada dalam posisi aku, aku terpilih karena aku bisa dan aku senang menjalaninya sampai akhirnya aku beranikan diri untuk mengambil KPR (Kredit Kepemilikan Rumah) pada tahun 2007, karena hasil dari aku bekerja disebuah perusahaan swasta bergerak dibidang Otomotif dengan posisi Techical Support/Engineer cukup untuk itu semua. Namun 2 tahun terakhir semua perasaan itu berganti ketakutan, keraguan, bahkan tangisan, semua masalah yang timbul lahir dengan berbagai sebab dan timbul hampir disemua bagian dalam hidupku, perasaanku, keluarga, materi sampai dengan pekerjaan, namun semua berangsur bisa aku pulihkan walau hanya 50% dan terasa masih ada yang mengganjal dalam hidup yang aku jalani, ditambah pertemuanku dengan seseorang wanita yang kini menjadi kekasihku menambah semangat untuk menjalani itu semua, semangat untuk menuntaskan semua masalah yang tersisa, sampai pada akhirnya semangat itu kembali memudar akhir-akhir ini, mungkin karena semua masalah hampir pada puncaknya, aku hampir kehilangan semangat, semangat yang sangat aku butuhkan saat ini…
aku tersenyum karena aku menangis...
aku lapar untuk kebahagiaan*...
aku menjawab karena aku ingin ditanya...
aku diam karena aku menjerit...
*dari seorang sahabat :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar