Minggu, 10 Oktober 2010

Seperti apakah manusia bodoh itu...

Bismillahirrahmanirrahim...

Mampukah orang yang bodoh dapat meraih apa yang diinginkan manusia pada umumnya? Berkehidupan baik dan sejahtera dalam arti cukup sandang, pangan dan papan, bahkan banyak dari manusia pada umum nya yang menginginkan lebih dari sekedar cukup pada kebutuhan pokok mereka. Lalu seperti apakah manusia bodoh itu? Bodoh itu sangat subyektif sifatnya, kadang kita berpikir bahwa seseorang yang tidak mengerti atau paham akan sesuatu hal yang kita tanyakan, dengan mudahnya kita melabeli orang tersebut dengan umpatan “Bodoh!!!”, lalu bagaimana dengan orang yang mampu menciptakan sesuatu dalam bidang sains atau kesehatan yang mendapat predikat jenius dari kalangan elit pengetahuan tidak mampu menjawap pertanyaan mudah yang kita ajukan walau hanya seputar resep cara membuat suatu masakan, apakah orang tersebut juga kita sebut bodoh?


Banyak orang menganggap bahwa kebodohan itu identik dengan pendidikan, makin rendah pendidikan orang tersebut maka makin lekat orang itu dengan kebodohan, lalu bagaimana dengan orang-orang yang berpendidikan rendah yang mampu memiliki perusahaan besar karena buah pemikiran dan kerja kerasnya, kemudian banyak mempekerjakan orang-orang yang berpendidikan tinggi, apakah mereka masuk dalam kategori orang yang bodoh hanya karena pendidikannya yang rendah, lalu siapakah yang pintar? orang yang berpendidikan rendah tetapi mampu mempekerjakan orang berpendidikan tinggi,atau sebaliknya? bahkan banyak orang yang berpendidikan tinggi atau diatas rata-rata masih bingung dan terus berpikir apa yang bisa dia kerjakan tanpa menggantungkan hidupnya pada perusahaan atau instansi pemerintahan dan apakah mampu? mungkin kita dapat mengambil kesimpulan bahwa orang yang bodoh itu adalah orang yang berhenti perkembangan pola pikir orang tersebut terhadap apa yang mampu ia lakukan dengan apa yang ia miliki dengan tujuan tercapainya apa yang menjadi kebutuhan hidup dan kehidupan sosialnya, dan orang seperti ini adalah hasil dari intisari kemalasan.


Berpikir, berbuat dan berkatalah dengan bijak kepada, dan tentang orang-orang yang sebelumnya kita anggap bodoh, kemudian bercerminlah kepada orang-orang disekitar anda dan mulailah bertanya, apakah anda termasuk orang yang berhenti perkembangan pola pikirnya, atau hanya lebih beruntung dari orang-orang disekitar anda, dan janganlah menganggap diri anda lebih pintar dari orang lain hanya karena pendidikan anda lebih tinggi jika anda masih bekerja atau menggantungkan hidup anda kepada orang lain (Perusahaan besar / Instansi pemerintah).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar