Selasa, 13 November 2012

IKM IKK : Prevalensi dan Karakteristik Penderita HIV - AIDS pada Kehamilan

BAB I
PENDAHULUAN


I.1. Latar Belakang
            Acquired Immnodeficiency syndrome (AIDS) adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus human immunodeficiency virus (HIV). AIDS dikarakteristikkan sebagai penyakit imunosupresif yang sering dikaitkan dengan infeksi oportunistik dan tumor ganas serta degenerasi susunan saraf pusat. Penyebaran HIV ini berkembang dengan cepat dan mengenai wanita dan anak-anak. AIDS menyebabkan kematian lebih dari 20 juta orang setahun. Tahun 2003 diperkirakan 700.000 bayi lahir terinfeksi HIV di seluruh dunia. Angka morbiditas dan mortalitas yang disebabkan oleh HIV semakin meningkat dan merupakan masalah kesehatan masyarakat yang paling penting di semua negara.1
Kehamilan merupakan peristiwa alami yang terjadi pada wanita, namun kehamilan dapat mempengaruhi kondisi kesehatan ibu dan janin terutama pada kehamilan trimester pertama. Wanita hamil trimester pertama pada umumnya mengalami mual, muntah, nafsu makan berkurang dan kelelahan.2
            Menurut kondisi wanita hamil cenderung memperberat kondisi klinis wanita dengan penyakit infeksi antara lain infeksi HIV-AIDS.2
            Menurut laporan CDC (Centers for Disease Control) Amerika mengemukakan bahwa wanita penderita AIDS di dunia terus bertambah, khususnya pada usia produktif.2
            Sekitar 80% penderita AIDS anak-anak mengalami infeksi prenatal dari ibunya. Seroprevalensi HIV pada ibu prenatal adalah 0,0 – 1,7%, saat persalinan 0,4-0,3% dan 9,4 – 29,6% pada ibu hamil yang biasa menggunakan narkotika intravena.2
            Wanita usia produktif merupakan usia berisiko tertular infeksi HIV. Dilihat dari profil umur, ada kecenderungan bahwa infeksi HIV pada wanita mengarah ke umur yang lebih muda, dalam arti bahwa usia muda lebih banyak terdapat wanita yang terinfeksi, sedangkan pada usia 45 tahun infeksi pada wanita lebih sedikit. Di lain pihak menurut para ahli kebidanan bahwa usia produktif merupakan usia wanita yang lebih tepat untuk hamil dan melahirkan.2
            Hasil survey di Uganda pada tahun 2003 mengemukakan bahwa prevalensi HIV di klinik bersalin adalah 6,2%, dan satu dari sepuluh orang Uganda usia antara 30-39 tahun positif HIV. Dengan demikian kehamilan dengan HIV-AIDS perlu diwaspadai karena cenderung terjadi pada usia reproduksi.2
Prevalensi HIV bervariasi dari daerah yang satu dengan daerah yang lain. Selama periode 1 Januari sampai dengan September 2010 dilaporkan sebanyak 2.753 kasus AIDS, sepertiganya dilaporkan dalam periode 3 bulan terakhir. Seperempat dari penderita tersebut adalah wanita. Anak-anak usia > 5 tahun telah dilaporkan terinfeksi AIDS sebanyak 510 kasus dalam 20 tahun terakhir. Hal ini menggambarkan transmisi vertikal memberikan kontribusi signifikan dalam penularan HIV. Sulawesi Selatan menempati posisi ke-8 jumlah kumulatif kasus terbanyak di Indonesia dengan prevalensi 6,65%.3
 I.2. Rumusan Masalah
            Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka maka rumusan masalah yang ingin diteliti dan dibahas adalah “ Bagaimana karakteristik penderita HIV - AIDS pada kehamilan di RSUP Wahidin Sudirohusodo selama periode 3 tahun yaitu dari tahun 2008 hingga 2011? “

I.3 Tujuan Penelitian
      I.3.1 Tujuan Umum :
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik penderita HIV - AIDS padakehamilan di RSUP Wahidin Sudirohusodo selama periode 2008 – 2011.
I.3.2 Tujuan Khusus :
1.      Untuk mengetahui karakteristik ibu hamil dengan HIV - AIDS berdasarkan umur.
2.      Untuk mengetahui karakteristik ibu hamil dengan HIV - AIDS berdasarkan pekerjaan.
3.      Untuk mengetahui karakteristik ibu hamil dengan HIV - AIDS berdasarkan paritas.
4.      Untuk mengetahui karakteristik ibu hamil dengan HIV - AIDS berdasarkan jumlah   CD4.
5.      Untuk mengetahui karakteristik ibu hamil dengan HIV - AIDS berdasarkan jenis Infeksi Oportunistik.

I.3.3 Manfaat Penelitian
1.      Penulis
Dapat menambah pengalaman, wawasan ilmu kedokteran dan sebagai proses pengembangan diri dalam penelitian ilmiah di bidang kesehatan.
2.      Masyarakat
Memberikan informasi mengenai karakteristik penderita HIV - AIDS pada kehamilan sehingga masyarakat mengetahui dan melakukan upaya pencegahan penularan dari ibu ke janin.
3.      Pelayanan Kesehatan
Sebagai masukan bagi program kebijakan untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan hingga pelosok daerah terpencil guna menekan angka kejadian kematian ibu hamil serta upaya pencegahan dan penularana penyakit HIV – AIDS dari ibu ke janin.




BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


II.1. Definisi
1.      Kehamilan adalahproses yang terjadi setelah pertemuan sel telur wanita dengan sperma laki-laki.2
2.      AIDS (Aquired Immuno Deficiency Syndrome) adalah sindrom gejala penyakit infeksi oportunistik keganasan berakibat fatal atau kanker tertentu akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh oleh infeksi HIV (Human Immunodeficiency Virus). Tingkat HIV dalam tubuh dan timbulnya berbagai infeksi tertentu merupakan indikator bahwa infeksi HIV telah berkembang menjadi AIDS.2,4,5
3.      HIV merupakan singkatan dari ‘human immunodeficiency virus.’ HIV merupakan retrovirus (virus yang menggunakan sel tubuhnya sendiri untuk memproduksi kembali dirinya) yang menjangkit sel-sel sistem kekebalan tubuh manusia (terutama CD4 positive T-sel dan macrophages komponen-komponen utama sistem kekebalan sel), dan menghancurkan atau mengganggu fungsinya. Infeksi virus ini mengakibatkan terjadinya penurunan sistem kekebalan yang terus – menerus, yang akan mengakibatkan defisiensi kekebalan tubuh.5,6
Asal dari HIV tidak jelas, penemuan kasus awal adalah dari sampel darah yang dikumpulkan tahun 1959 dari seorang laki-laki dari Kinshasa di Republik Demokrat Congo. Saat ini terdapat dua jenis HIV :6
1.      HIV – 1 mendominasi seluruh dunia dan bermutasi dengan sangat mudah. Keturunan yang berbeda – beda dari HIV – 1 juga ada, dapat dikategorikan dalam kelompok dan sub – jenis (clades).
2.      HIV – 2 teridentifikasi pada tahun 1986 dan semula merata di Afrika Barat. Terdapat banyak kemiripan di antara HIV – 1 dan HIV – 2, comtohnya adalah bahwa keduanya menular dengan cara yang sama, keduanya dihubungkan dengan infeksi – infeksi oportunistik dan AIDS yang serupa. Pada orang yang terinfeksi dengan HIV – 2, ketidakmampuan menghasilkan kekebalan tubuh terlihat berkembang lebih lambat dan lebih halus. Dibandingkan dengan orang yang terinfeksi dengan HIV – 1, maka mereka yang terinfeksi dengan HIV – 2 ditulari lebih awal dalam proses penularannya.
Berdasarkan hal tersebut maka penderita AIDS di masyarakat di golongkan ke dalam 2 kategori yaitu :4
1.      Penderita yang mengidap HIV dan telah menunjukkan gejala klinis (penderita AIDS positif).
2.      Penderita yang mengidap HIV, tetapi belum menunjukkan gejala klinis (penderita AIDS negatif).
Menurut Suenses (1989) terdapat 5 – 10 Juta HIV positif yang dalam waktu 5 – 7 tahun mendatang diperkirakan 10-30% di antaranya menjadi penderita AIDS. AIDS merupakan penyakit yang sangat berbahaya karena mempunyai case fatality rate 100% dalam 5 tahun setelah diagnosa AIDS ditegakkan, maka semua penderita akan meninggal.4

II.2. Etiologi
            Penyebab AIDS adalah sejenis virus yang tergolong retrovirus yang disebut Human Immunodeficiency Virus (HIV). Virus ini pertama kali diisolasi oleh Montagnier dan kawan-kawan di Perancis pada tahun 1983 dengan nama Lymphadenopathy Associated Virus (LAV), sedangkan Gallo di Ameriksa Serikat pada tahun 1984 mengisolasi (HIV) III. Kemudian atas kesepakatan internasional pada tahun 1986 nama virus dirubah menjadi HIV.4
            Human Immunodeficiency virus adalah sejenis retrovirus RNA. Dalam bentuknya yang asli merupakan partikel yang inert, tidak dapat berkembang atau melukai sampai ia masuk ke sel target. Sel target virus ini terutama sel Lymfosit T, karena mempunyai reseptor untuk virus HIV yang disebut CD – 4. Di dalam sel Lymfosit T, virus dapat berkembang dan seperti retrovirus yang lain, dapat tetap hidup lama dalam sel dengan keadaan inaktif. Walaupun demikain virus dalam tubuh pengidap HIV selalu dianggap infektious yang setiap saat dapat aktif dan dapat ditularkan selama hidup penderita tersebut.4
            Secara morfologis HIV terdiri atas 2 bagian besar yaitu bagian inti (core) dan bagian selubung (envelop). Bagian inti berbentuk silindir tersusun atas dua untaian RNA (Ribonucleic Acid). Enzim reverce transciptase dan beberapa jenis protein. Bagian selubung terdiri atas lipid dan glikoprotein (gp 41 dan gp 120). Gp 120 berhubungan dengan reseptor Lymfosit (T4) yang rentan. Karena bagian luar virus (lemak) tidak tahan panas, bahan kimia, maka HIV termasuk virus sensitif terhadap pengaruh lingkungan seperti air mendidih, sinar matahari, dan mudah dimatikan dengan berbagai disinfektan seperti eter, aseton, alkohol, yodium hipoklorit dan sebagainya, tetapi relatif resisten terhadap radiasi dan sinar ultraviolet.4
            Infeksi HIV terjadi melalui 3 jalur transmisi utama, yaitu transmisi melalui mukosa genital, transmisi langsung ke peredaran darah melalui jarum suntik, dan transmisi vertikal dari ibu ke janin. Virus HIV hidup dalam darah, saliva, semen, air mata dan mudah mati diluar tubuh. HIV dapat juga ditemukan dalam sel monosit, makrofag dan sel glia jaringan otak.4,7

II.3. Epidemiologi
            Prevalensi HIV – AIDS menurun di kalangan wanita hamil pendapat ini berdasarkan hasil survey di daerah perkotaan Kenya terutama di Busnia, Meru, Nakura, Thika, di mana rata-rata prevalensi HIV menurun tajam dari kira – kira 28 % pada tahun 1999 menjadi 9% pada tahun 2003.2
            Di wilayah India prevalensi secara nasional di kalangan wanita hamil masih rendah di daerah miskin padat penduduk yaitu Negara bagian utara Uttar Pradesh dan Bihar. Tetapi peningkatan angka penularan yang relatif kecil dapat berarti sejumlah besar orang terinfeksi karena wilayah tersebut dihuni oleh seperempat dari seluruh populasi India. Prevalensi HIV lebih dari 1% ditemukan dikalangan wanita hamil, di wilayah industri di bagian barat dan selatan India.2
            Namun data terbaru dari Afrika Selatan memperlihatkan bahwa prevalensi HIV di kalangan wanita hamil saat ini telah mencapai angka tertinggi, yaitu 29,5% dari seluruh wanita yang mengunjungi klinik bersalin yang positif terinfeksi HIV di tahun 2004. Prevalensi tertinggi adalah di kalangan wanita usia 25 – 34 tahun atau lebih yaitu satu dari tiga wanita yang diperkirakan akan terinfeksi HIV. Tingkat prevalensi yang tertinggi melebihi 30% dikalangan wanita hamil masih terjadi juga pada empat Negara lain di wilayah Botswana, Lesotho, Namibia dan Swaziland.2
HIV-AIDS di Indonesia adalah sebuah epidemi. Saat ini epidemi HIV ini masih terkonsentrasi, dengan tingkat penularan HIV yang rendah pada populasi umum, namun tinggi pada populasi-populasi tertentu. Ancaman epidemi telah terlihat melalui data infeksi HIV yang terus meningkat khususnya di kalangan kelompok berisiko tinggi di beberapa tempat di Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa HIV-AIDS telah menjadi ancaman bagi Indonesia. Diperkirakan bahwa pada 2010 akan ada sekitar 110.000 orang yang menderita atau meninggal karena AIDS serta sekitar sejuta orang yang mengidap virus HIV.8
Kasus AIDS pertama kali dilaporkan di Indonesia pada 1987, yang menimpa seorang warga negara asing di Bali. Tahun berikutnya mulai dilaporkan adanya kasus di beberapa provinsi. Sampai akhir September 2003 tercatat ada 1.239 kasus AIDS dan 2.685 kasus HIV yang telah dilaporkan. Para ahli memperkirakan bahwa hingga saat ini terdapat antara 90.000–130.000 orang Indonesia yang hidup dengan HIV .8
Sehingga dengan menggunakan perhitungan angka kelahiran sebesar 2,5 persen, diperkirakan terdapat 2.250–3.250 bayi yang mempunyai risiko terlahir dengan infeksi HIV. Pola penyebaran infeksi yang umum terjadi adalah melalui hubunganseksual, kemudian diikuti dengan penularan melaluipenggunaan napza suntik.8
Penelitian terhadapprevalensi HIV pada ibu hamil di beberapa tempat di Provinsi Riau pada 1998 sampai 1999 menunjukkan bahwa 0,35 persen ibu hamil telah terinfeksi HIV. Penelitian yang sama di Papua menunjukkan hasil 0,25 persen. Konseling dan testing sukarela di Jakarta Utara menunjukkan prevalensi HIV di kalangan ibu hamil adalah 1,5 persen pada 2000 dan meningkat menjadi 2,7 persen pada 2001. Perlu dipahami bahwa orang yang mengunjungi klinik Konseling dan Testing HIV adalah para ibu hamil yang berisiko tertular HIV, sehingga data ini bukanlah merupakan indikasi prevalensi HIV di kalangan ibu hamil secara umum. Hal itu menunjukkan bahwa penyebaran infeksi melalui populasi penghubung dalam masyarakat telah terjadi. Laporan pasif antara 1996–2000 menunjukkan bahwa ada 26 ibu hamil yang telah positif HIV di DKI Jakarta, Papua, Jawa Barat, Jawa Timur, dan Riau. Dilaporkan juga bahwa ada 13 bayi yang terlahir dengan infeksi HIV.8

II.4. Cara Penularan
1)      Hubungan seksual, dengan risiko penularan 0,1 – 1% tiap hubungan seksual.9
2)      Transmisi dari ibu ke anak :9
·         Selama kehamilan
·         Saat persalinan, risiko penularan 50%
·         Melalui air susu ibu (ASI) 14%
3)      Melalui darah, yaitu :9
·         Transfusi darah yang mengandung HIV, risiko penularan 90-98%.
·         Tertusuk jarum yang mengandung HIV, risiko penularan 0,03%
·         Terpapar mukosa yang mengandung HIV, risiko penularan 0,0051%
            HIV ditransmisikan melalui kontak seksual baik homoseksual maupun heteroseksual, melalui darah dan produknya, melalui alat suntik; alat tusuk lainnya (akupuntur, tindik, tato) bekas dipakai orang yang mengidap HIV dan melalui ibu yang terinfeksi kepada bayinya baik intrapartum, perinatal, ataupun melalui ASI. HIV, virus penyebab AIDS, dapat menular dari ibu yang terinfeksi HIV ke bayinya yang baru lahir. Tanpa upaya untuk mencegahnya, dan bila ibu menyusui bayinya selama 18-24 bulan, kurang lebih 35% bayi dari ibu yang terinfeksi HIV menjaditertular juga.10,11,12
Analisis virologi mengenai janin yang mengalami abortus mengindikasikan bahwa HIV dapat ditansmisikan kepada janin pada dua trimester awal. Meskipun demikian, transmisi ibu ke janin lebih banyak terjadi pada periode perinatal.10
Ibu dengan viral load HIV yang tinggilebih mungkin menularkan infeksi padabayinya. Meskipun tidak ada batasan aman untuk jumlah virus, infeksi dapat terjadi kapan saja selama kehamilan, tapi biasanya terjadi sebelum atau selama persalinan. Bayi dapat mudah tertular virus apabila proses persalinan berlangsung lama, karena selama proses tersebut bayi akan terus kontak dengan darah ibunya. Kebanyakan ahli menganggap bahwa risiko penularan pada bayi sangat amat rendah bila viral load ibu di bawah 1000 waktu melahirkan. Walaupun janin dalam kandungan dapat terinfeksi, sebagian besar penularan terjadi waktu melahirkan atau melalui menyusui. Bayi lebih mungkin tertular jika persalinan berlanjut lama. Selama proses kelahiran, bayi dalam keadaan berisiko tertular oleh darah ibunya.12
Air susu ibu (ASI) dari ibu yang terinfeksiHIV juga mengandung virus itu. Jadi jika bayi disusui oleh ibu HIV-positif, bayi bisa tertular. Karena itu ibu yang HIV positif jangan menyusui bayinya.12,13

II.5. Manifestasi Klinik
            Gejala infeksi HIV pada wanita hamil, umumnya sama dengan wanita tidak hamil atau orang dewasa. Infeksi HIV memberikan gambaran klinis yang tidak spesifik dengan spectrum yang lebar, mulai dari infeksi tanpa gejala (asimptomatik) pada stadium awal sampai pada gejala-gejala yang berat pada stadium yang lebih lanjut.  Perjalanan penyakit lambat dan gejala – gejala AIDS rata-rata baru timbul 10 tahun sesudah infeksi, bahkan dapat lebih lama lagi.2
            CDC (Centers for Disease Control, USA, 1986) menetapkan klasifikasi infeksi HIV pada orang dewasa sebagai berikut :2
Kelompok
Kategori
Keterangan
I




II



III






IV

Infeksi Akut




Infeksi asimptomatik



Limfadenopati Generalisata






Penyakit lain :
Subkelompok A



Subkelompok B


Subkelompok C


Subkelompok D

Subkelompok E
Penyakit “serokonversi” mirip mononukleosis. Gejala-gejala meningitis. Adanya tanda-tanda infeksi seropositif dari HIV.
Keadaan nampak lebih baik. Bukti adanya infeksi HIV terdeteksi dengan pemeriksaan antibodi.
≥ 1 cm di dua tempat atau lebih pada ekstra inguinal. Gejala lain dapat timbul tapi limfadenopati paling dominan. Infeksi HIV terdeteksi dengan pemeriksaan antibodi.
Infeksi HIV terdeteksi
Penyakit konstitusional atau AIDS related complex (ARC) : demam, penurunan berat badan, diare.
Penyakit neurologik, termasuk kompleks demensia AIDS.
Penyakit infeksi sekunder, termasuk Pneumonia Pneumocystis Carinii.
Kanker sekunder, termasuk Sarkoma Kaposi.
Keadaan – keadaan lain.
Tabel 1. Klasifikasi perkembangan infeksi HIV menurut sistem CDC. Dari kepustakaan No.14

             Terdapat 4 Stadium penyakit AIDS yaitu :
a.       Stadium awal infeksi HIV, menunjukkan gejala-gejala seperti demam, kelelahan, nyeri sendi, gatal-gatal, dan pembesaran kelenjar getah bening. Gejala-gejala ini menyerupai influenza/monokleosis. Yang dapat terjadi pada saat seroconversion. Seroconversion adalah pembentukan antibodi akibat HIV yang biasanya terjadi antara enam minggu dan tiga bulan setelah terjadi infeksi.5,11
b.      Stadium tanpa gejala, yaitu stadium dimana penderita nampak sehat, namun dapat merupakan sumber penularan infeksi HIV.11
c.       Stadium ARC (AIDS Related Complex), memperlihatkan gejala-gejala seperti : demam lebih dari 380C secara berkala/terus menerus, menurunnya berat badan lebih dari 10% dalam waktu 3 bulan, pembesaran kelenjar getah bening, diare/mencret secara berkala/terus – menerus dalam waktu yang lama tanpa sebab yang jelas, kelemahan tubuh yang menurunkan aktifitas fisik, berkeringat pada waktu malam hari.11
d.      Stadium AIDS, manifestasi klinik utama dari penderita AIDS pada umumnya ada 2 hal antara lain tumor dan infeksi oportunistik :4,11

1.      Manifestasi tumor diantaranya :
a.       Sarkoma kaposi : kanker pada semua bagian kulit dan organ tubuh. Frekuensi kejadiannya 36-50% biasanya terjadi pada kelompok homoseksual, dan jarang terjadi pada heteroseksual serta jarang menjadi sebab kematian primer.4
b.      Limfoma ganas : terjadi setelah sarkoma kaposi dan menyerang syaraf, dan bertahan kurang lebih 1 tahun.4

2.      Manifestasi Oportunistik
Orang yang tidak terinfeksi HIV dapat mengembangkan IO jika sistem kekebalannya rusak. Misalnya, banyak obat yang dipakai untuk mengobati kanker menekan sistem kekebalan. Beberapa orang yang menjalani pengobatan kanker dapat mengembangkan IO.15
HIV melemahkan sistem kekebalan, sehingga IO dapat berkembang. Jika kita terinfeksi HIV dan mengalami IO,kita mungkin AIDS.15
a.       Kandidiasis adalah infeksi jamur pada mulut, tenggorokan, atau vagina. Rentang CD4 : dapat terjadi bahkan dengan CD4 yang agak tinggi.15
b.      Dua macam virus herpes simpleks dapat menyebabkan herpes pada mulut atau kelamin. Ini adalah infeksi yang agak umum, tetapi jika kita terinfeksi HIV, perjangkitannya dapat jauh lebih sering berat. Penyakit ini dapat terjadi pada jumlah CD4 berapa pun.15
c.       Malaria adalah umum di beberapa daerah di Indonesia. Penyakit ini lebih umum dan lebih berat pada orang terinfeksi HIV.15
d.      Toksoplasmosis adalah infeksi si parasit yang menyerang otak. Rentang CD4 : di bawah 100.15

2.1.Manifestasi pada paru – paru
2.1.1.      Pneumonia Pneumocystis (PCP)
Infeksi jamur yang dapat menyebabkan pneumonia (radang paru) yang gawat. Rentang CD4 : di bawah 200. Pada umumnya 85% infeksi oportunistik pada AIDS merupakan infeksi paru – paru PCP dengan gejala sesak nafas, batuk kering, sakit bernafas dalam dan demam.4,15
2.1.2.      Cytomegalo Virus (CMV). Pada manusia virus ini 50% hidup sebagai komensial pada paru-paru tetapi dapat menyebabkan pneumocystis. CMV merupakan penyebab kematian pada 30% penderita AIDS.4
CMV adalah infeksi virus yang menyebabkan penyakit mata yang dapat menimbulkan kebutaan. Rentang CD4 : di bawah 50.15
2.1.3.      Mycobacterium Avium Complex (MAC)
Infeksi bakteri yang dapat menyebabkan demam berulang, seluruh badan terasa tidak enak, malasah pencernaan, dan kehilangan berat badan yang berlebihan. Rentang CD4 : di bawah 50.  Menimbulkan pneumoni difus, timbul pada stadium akhir dan sulit disembuhkan.4,15
2.1.4.      Mycobacterium Tuberculosis
Infeksi bakteri yang menyerang paru, dan dapat menyebabkan meningitis (radang selaput otak). Rentang CD : TB dapat menimbulkan penyakit dengan jumlah CD4 berapa pun. Biasanya timbul lebih dini, penyakit cepat menjadi miliar dan cepat menyebar ke organ lain diluar paru.4,15

2.2. Manifestasi pada Gastrointestinal
Tidak ada nafsu makan, diare kronis, berat badan turun lebih 10% per bulan.4

3.      Manifestasi Neurologis
Sekitar 10% kasus AIDS menunjukkan manifestasi neurologis, yang biasanya timbul pada fase akhir penyakit. Kelainan syaraf yang umum adalah ensefalitis, meningitis, demensia, mielopati, dan neuropati perifer.4

II.6. Diagnosis
            Dasar dalam menegakkan diagnosa AIDS adalah :4
1.      Adanya HIV sebagai etiologi (melalui pemeriksaan laboratorium)
2.      Adanya tanda – tanda immunodeficiency
3.      Adanya gejala infeksi oportunistik
Diagnosis ini ditegakkan melalui pemeriksaan laboratorium dengan petunjuk dari gejala-gejala klinis atau dari adanya perilaku resiko tinggi individu tertentu. Diagnosis laboratorium dapat dilkukan dengan dua metode :2
1.      Langsung, yaitu isolasi virus dari sample (cairan-cairan yang berperan dalam penularan AIDS seperti darah, air kencing, semen dan cairan serviks atau vagina), umumnya dilakukan dengan menggunakan mikroskop elektron dan deteksi antigen virus. Salah satu deteksi antigen virus yang popular ialah Polymerase Chain Reaction (PCR).2
2.      Tidak langsung, dengan melihat respon zat anti spesifik dengan E L I S A (Enzyme Linked Immunosorbent Assay) bila hasil tes ELISA positif maka dilakukan pengulangan dan bila tetap positif setelah pengulangan maka harus dikonfirmasikan dengan tes yang lebih spesifik yaitu metode Western Blot, Immunoflourescent Assay (IFA), atau Radioimmunoprecipitation Assay (RIPA). Untuk diagnosis yang lazin dipakai adalah tes ELISA karena sensitivitas tinggi 98,1% - 100% dan biasanya memberikan hasil positif 2 – 3 Bulan sesudah infeksi.16
Pengujian yang cepat ada dan menyediakan suatu hasil di antara 10-20 menit. Suatu hasil positif biasanya menuntut suatu test konfirmasi lebih lanjut. Dalam prakteknya yang dipakai sebagai petunjuk adalah infeksi oportunistik atau sarkoma kaposi pada usia muda kemudian dilakukan uji serologis untuk mendeteksi zat anti HIV (ELISA, Western Blot).2,4
            Tes konfirmasi yang sering digunakan adalah Western Blot. Tes ini dilakukan dua kali dan lebih sedikit memberikan hasil positif palsu atau negatif palsu. Hasil positif palsu dapat terjadi pada keadaan berikut : reaksi silang dengan konstituen sel normal atau retrovirus manusia lainnya, atau penyebab – penyebab lain yang belum dapat dipastikan, tetapi mungkin ada reaksi silang terhadap protein virus, dinding sel atau antibodi.14
Uji HIV pada wanita hamil terintegrasi dengan pemeriksaan rutin kehamilan. Apabila sudah terdiagnosa AIDS perlu pula dilakukan pemeriksaan infeksi PMS lainnya, seperti gonorea, klamidia, hepatitis, herpes, dan lainnya.2
II.6.1. Tes CD4
II.6.1.1. Pengertian Sel CD4
Sel CD4 adalah jenis sel darah putih ataulimfosit. Sel tersebut adalah bagian yang penting dari sistem kekebalan tubuh. Sel CD4 disebut sebagai sel-T. Ada dua macam sel-T. Sel T-4, yang juga disebut CD4 dan sel CD4+, adalah sel ‘pembantu’. Sel T-8 (CD8) adalah sel ‘penekan’, yang mengakhiri tanggapan kekebalan. Sel CD8 juga disebut sebagai sel ‘pembunuh’, karena sel tersebut membunuh sel kanker atau sel yang terinfeksi virus.17
Sel CD4 dapat dibedakan dari sel CD8 berdasarkan protein tertentu yang ada di permukaan sel. Sel CD4 adalah sel-T yang mempunyai protein CD4 pada permukaannya. Protein itu bekerja sebagai ‘reseptor’ untuk HIV.17

II.6.1.2. Hubungan Sel CD4 dengan HIV
Waktu HIV menulari manusia, sel yangpaling sering terinfeksi adalah sel CD4. Kode genetik HIV menjadi bagian dari sel itu. Waktu sel CD4 menggandakan diri (bereplikasi) untuk melawan infeksi apa pun, sel tersebut juga membuat tiruan HIV.17
Setelah lama terinfeksi HIV, jumlah selCD4 semakin menurun. Ini tanda bahwa sistem kekebalan tubuh semakin rusak. Semakin rendah jumlah CD4, semakin mungkin akan jatuh sakit.17
Ada jutaan keluarga sel CD4. Setiap keluarga dirancang khusus untuk melawan kuman tertentu. Waktu HIV mengurangi jumlah sel CD4, beberapa keluarga dapat diberantas total. Kalau itu terjadi, manusia kehilangan kemampuan untuk melawan kuman yang seharusnya dihadapi oleh keluarga tersebut. Jika ini terjadi, manusiamungkin mengalami infeksi oportunistik.17

II.7. Penatalaksanaan
            Manajemen ibu hamil penderita AIDS untuk mengetahui ibu hamil termasuk seropositif tanpa gejala, atau dengan gejala. Seyogyanya setiap wanita hamil mendapatkan langkah – langkah penatalaksanaan sebagai berikut :18
1.      Identifikasi resiko tinggi, yaitu pemakaian narkotika intravena, pasangan seksualnya pemakai narkotika intravena, biseksual dengan HIV positif, penderita PMS, riwayat pekerjaan sebagai PSK.
2.      Dilakukan pemeriksaan darah untuk tes HIV.
3.      Diberikan peningkatan pengetahuan tentang AIDS.
4.      Konseling masalah AIDS.
5.      Pencegahan sumber infeksi.

II.7.1. Upaya Pencegahan Penularan dari Ibu ke Bayi
      Ibu yang HIV positif dapat mengurangi risiko penularan pada bayinya, dengan :13
·         Menggunakan obat antiretroviral (ARV),
·         Berusaha untuk memperpendek proses persalinan, dan
·         Jangan menyusui bayi dengan ASI.
Bila ayah terinfeksi HIV : Penelitian baru menunjukkan bahwa air mani dari seorang laki-laki terinfeksi HIV dapat ‘dicuci’, untuk memisahkan spermanya dari cairan yang mengandung HIV. Dengan cara ini, sperma dapat dipakai untuk membuahkan perempuan tanpa risiko dia akan terinfeksi. Catatan : bila ibu tidakterinfeksi, pasti bayi tidak terinfeksi. Status HIV bayi tidak terpengaruh oleh status HIV ayahnya.12
Penggunaan ARV: Risiko penularan sangat rendah bila terapi ARV (ART) dipakai oleh ibu waktu hamil dan melahirkan. Angka penularan hanya 1–2% bila ibu memakai ART.12
Bila ibu tidak memenuhi kriteria untuk mulai ART, pedoman di Indonesia mengusulkan mulai memakai AZT padaminggu ke-28 kehamilan, ditambah 3TC + nevirapine saat mau melahirkan, dan AZT + 3TC diteruskan selama satu minggu setelah melahirkan. Bayi diberi satu dosis nevirapine + AZT setelah lahir, dengan AZT diteruskan selama satu minggu. Dengan cara ini, angka penularan dapat ditekan menjadi kurang lebih 4%. Catatan: Pedoman WHO yang terbaru sedikit berbeda dengan usulan dalam pedoman Indonesia.12
Menjaga proses kelahiran tetap singkat waktunya: Semakin lama proseskelahiran, semakin besar risiko penularan.Bila si ibu memakai AZT dan mempunyaiviral load di bawah 1000, risiko hampirnol. Ibu dengan viral load tinggi dapatmengurangi risiko dengan melahirkanmelalui bedah Sesar.12,13
Makanan bayi: Kurang lebih 14% bayiterinfeksi HIV melalui ASI yang terinfeksi.Risiko ini dapat dihindari jika bayinyadiberi pengganti ASI (PASI, atau formula).12
Namun jika PASI tidak diberi secarabenar, risiko lain pada bayinya menjadisemakin tinggi. Oleh karena itu, usulan diIndonesia adalah agar semua bayi disusuisecara eksklusif untuk enam bulan pertama,kemudian diganti dengan formulasecara eksklusif. Namun, jika formula pastidapat dilarutkan dengan air bersih, dantidak ada masalah biaya yang menyebabkanjumlah formula yang diberikan tidakcukup, pilihan untuk memberi PASIeksklusif (bayi tidak disusui sama sekali)dapat dipertimbangkan.12
Yang terburuk adalah campuran ASI danPASI. Oleh karena itu, bila berencanauntuk menyusui, harus ada kesepakatandengan bidan sebelum lahir agar bayilangsung diberi pada ibunya untuk disusui,dan tidak diberi makanan atau minumanapa pun sebelumnya.12

II.7.2. Kesehatan Ibu
Penelitian baru menunjukkan bahwa perempuan HIV-positif yang hamil tidakmenjadi lebih sakit dibandingkan yang tidak hamil. Ini berarti menjadi hamil tidak mempengaruhi kesehatan perempuan HIV-positif. Justru ada bukti bahwa ibu HIV-positif menjadi lebih sehat setelah kehamilan.12
Bila memenuhi kriteria untuk mulai ART, atau sudah memakai ART sebelum menjadi hamil, seorang ibu hamil sebaiknya mempertimbangkan beberapa masalah yang dapat terjadi terkait ART:12
·         Jangan memakai ddI bersama dengand4T dalam ART-nya karena kombinasiini dapat menimbulkan asidosis laktikdengan angka tinggi.
·         Hindari penggunaan efavirenz selamatriwulan pertama kehamilan.
·         Bila jumlah CD4-nya lebih dari 250,jangan mulai memakai nevirapine.
Beberapa dokter mengusulkan perempuanberhenti pengobatannya pada triwulan pertama kehamilan. Ada tiga alasan:12
·         Risiko dosis dilewatkan akibat mual danmuntah selama awal kehamilan, denganrisiko mengembangkan resistensi terhadapobat yang dipakai.
·         Risiko obat mengakibatkan anak cacatlahir, yang tertinggi pada triwulanpertama. Tidak ada bukti terjadi cacatlahir akibat penggunaan ARV, kecualidengan efavirenz.
·         ART mungkin meningkatkan risikokelahiran dini atau bayi lahir denganberat badan rendah.

II.7.3. Penatalaksanaan Berdasarkan Jumlah CD4
Jumlah CD4 adalah ukuran kunci kesehatansistem kekebalan tubuh. Semakin rendah jumlahnya, semakin besar kerusakan yang diakibatkan HIV. Jika seseorang mempunyai jumlah CD4 di bawah 200, atau persentase CD4 di bawah 14%, seseorang dianggap AIDS, berdasarkandefinisi Depkes.17
Jumlah CD4 dipakai bersama dengan viral load untuk meramalkan berapa lama kita akan tetap sehat. Jumlah CD4 juga dipakai untuk menunjukkan kapan beberapa macam pengobatan sebaiknya dimulai.17
Kapan mulai ART: Jika jumlah CD4 menurun di bawah 350, sudah waktu mulai mempertimbangkan ART. Beberapa dokter memakai persentase CD4 di bawah 15% sebagai patokan untuk mulai terapi ini, sekali pun jumlah CD4 masihtinggi. Pedoman ART sering direvisi; cenderung sekarang adalah untuk mulai ART lebih dini, dengan CD4 di bawah 350.17
Kapan mulai pengobatan untuk mencegah infeksi oportunistik: Sebagian besar dokter meresepkan obat untuk mencegah infeksi oportunistik pada jumlah CD4 yang berikut:17
·         Di bawah 200  : PCP
·         Di bawah 100  : tokso dan kripto
·         Di bawah 50    : MAC
Memantau keberhasilan ART: Umumnyajumlah CD4 akan mulai naik segera setelah penderita mulai ART. Namun kecepatan sangat beragam, dan kadang pelan. Bila jumlah CD4 di bawah 50 waktu mulai ART, jumlah CD4 mungkin tidak akan meningkat menjadi normal (di atas 500). Yang penting jumlah naik, sebaliknya, bila jumlah CD4 mulai menurun lagi setelah naik, mungkin itu adalah tanda bahwa ART mulai gagal, dan mungkin rejimen harusdiganti.Jumlah CD4 yang lebih tinggi adalah lebih baik. Namun, jumlah CD4 yang normal tidak tentu berarti sistem kekebalan tubuh benar-benar pulih.17

II.8. Prognosis
            Sangat jelek, fatal 100% dalam beberapa tahun.19

BAB III
KERANGKA KONSEP


III.1 Dasar Pemikiran Variabel yang Diteliti
            Sebagian besar bayi baru lahir yang terlahir dari ibu yang bermasalah (menderita suatu penyakit sebelum, selama hamil, atau pada saat menghadapi proses persalinan). Sebenarnya banyak sekali macam penyakit yang dapat diderita ibu selama periode tersebut, diantaranya ibu yang mengalami penyakit HIV yang tampaknya jumlah penderita semakin meningkat.
            Dalam 4 tahun terakhir Indonesia berada dalam keadaan epidemi terkonsentrasi karena HIV-AIDS telah terjadi pada lapisan masyarakat tertentu dalam tingkat prevalensi yang cukup tinggi. Menurut laporan CDC Amerika mengemukakan bahwa jumlah wanita penderita AIDS di dunia terus bertambah, khususnya pada usia reproduksi.
            Faktor – faktor yang mempengaruhi berkembangnya infeksi HIV menjadi AIDS belum diketahui secara jelas. Diperkirakan infeksi HIV yang berulang – ulang dan pemaparan terhadap infeksi – infeksi lain mempengaruhi perkembangan ke arah AIDS. Menurunnya hitungan sel CD4 menjadi kunci kesehatan terhadap sistem kekebalan tubuh penderita.


III.2 Kerangka Konsep yang Diteliti
            Berdasarkan dasar pemikiran menurut variable yang diteliti dalam surveilens epidemiologi, maka dapat dirumuskan secara skematis pada bagan pola pikir variabel sebagai berikut :
Keterangan :
: Variabel Independen (variabel bebas)
: Variabel Dependen (variabel terikat)
: Variabel Diteliti
III.3. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif
1.         Variabel Orang
a.         Umur
Umur adalah umur ibu saat hamil, yang diukur dengan satuan tahun.
Cara Mengukur : mencatat umur berdasarkan data yang diperoleh dari rekam medik.
Kriteria objektif : Dalam analisis dikategorikan dalam umur reproduksi sehat, sebagai berikut :
·         Umur < 20 Tahun
·         Umur 21 – 35 Tahun
·         Umur > 35 Tahun
b.         Pekerjaan
Pekerjaan adalah tugas kewajiban atau mata pencaharian pasien yang sesuai dengan rekam medik.
Cara mengukur : mencatat pekerjan pasien berdasarkan data yang diperoleh dari rekam medik.
Kriteria objektif : dikategorikan berdasarkan pekerjaan, sebagai berikut :
·         Pegawai Negeri Sipil (PNS)
·         Wiraswasta
·         Pelajar
·         Ibu Rumah Tangga
c.         Paritas
Paritas adalah jumlah kelahiran atau partus pasien sesuai dengan rekam medik, dengan satuan orang.
Cara mengukur : mencatat paritas pasien berdasarkan data yang diperoleh dari rekam medik.
Kriteria objektif, sebagai berikut :
·         Primipara
·         Multipara

c.         Jumlah CD4
CD4 adalah jenis sel darah putih atau limfosit yang merupakan bagian terpenting dari sistem kekebalan tubuh kita. Dimana semakin rendah jumlahnya, semakin besar kerusakan yang diakibatkan HIV.
Jumlah CD4 dipakai bersama dengan viral load untuk meramalkan berapa lama kita akan tetap sehat. Dan jumlah CD4 dipakai untuk menunjukkan kapan beberapa macam pengobatan sebaiknya dimulai.
Cara mengukur : mencatat jumlah CD4 pasien berdasarkan data yang diperoleh dari rekam medik, dengan satuan milimeter kubik darah (mm3).
Kriteria objektif, sebagai berikut :
·         <350 o:p="o:p">
·         < 200
·         < 100
·         < 50

d.         Jenis infeksi Oportunistik
Infeksi oportunistik adalah infeksi yang mengambil kesempatan dari kelemahan dalam pertahanan kekebalan. Infeksi yang dapat berkembang dan dialami oleh penderita yang terinfeksi HIV, akibat HIV yang melemahkan sistem kekebalan.
Cara memgukur : mencatat jenis IO pasien berdasarkan data yang diperoleh dari rekam medik.
Kriteria Objektif :
·         Candidiasis Oral
·         GEA
·         TB Paru
·         Enchepalopati
·         Dermatitis Generalisata








BAB IV
METODE PENELITIAN

IV.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah studi deskriptif yang bertujuan untuk mengukur dan mengidentifikasi ibu hamil yang menderita HIV-AIDS di RSUP Wahidin Sudirohusodo, Makassar dengan sumber informasi yaitu medical record dari rumah sakit.

IV.2 Tempat dan Waktu Penelitian
             IV.2.1  Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo, Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan.
            IV.2.2  Waktu Penelitian
Waktu pengumpulan data dimulai dari tanggal 12 Desember – 23Desember 2011.

IV.3 Populasi dan Sampel
            IV.3.1 Populasi
Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien (ibu hamil) pada RSUP Wahidin Sudirohusodo selama periode tahun 2008 – 2011.

IV.3.2 Sampel
Yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah seluruh pasien (ibu hamil) yang terdiagnosa infeksi HIV-AIDS pada RSUP Wahidin Sudirohusodo selama periode tahun 2008 – 2011.
Cara Pengambilan Sampel :
Teknik pengambilan sampel adalah dengan cara “consecutive sampling”.
IV.4. Kriteria Seleksi
a.         Kriteria Inklusi :
Ibu Hamil dengan diagnosa infeksi HIV AIDS di RSUP Wahidin berdasar data dari rekam medik. (pemeriksaan laboratorium)
b.         Kriteria Eksklusi :
·         Variabel yang diteliti tidak lengkap terdapat pada rekam medik pasien.
·         Hasil Laboratorium yang tidak terbaca.
IV.5 Cara Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan berupa data sekunder yaitu rekam medik pasien yang diperoleh dari RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo.
IV.6 Pengolahan dan Penyajian Data
            IV.6.1 Pengolahan Data
Setelah dilakukan pengumpulan data, dilakukan pengolahan data dengan bantuan program computer yaitu program Microsoft Excel 2007 dan kalkulator .
IV.6.2. Penyajian Data
Data yang telah diolah selanjutnya disusun dan disajikan dalam bentuk tabel, diagram, dan penulisan secara deskriptif.
IV.7 Etika Penelitian
·         Sebelum melakukan penelitian, terlebih dahulu peneliti mendapatkan surat izin tertulis dari bagian IKM-IKK Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia dan menyerahkan kepada pihak rumah sakit tempat diadakannya penelitian.
·         Identitas subjek dan data yang diperoleh dijaga kerahasiaannya.












BAB V
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

            Dua tahun setelah negera Indonesia merdeka, tepatnya tahun 1947 terdapat banyak korban revolusi yang mempertahankan kemerdekaan. Para pejuang bangsa memerlukan perawatan. Oleh karena itu dipinjamkan dua bangsal Rumah Sakit Jiwa yang telah berdiri sejak 1925 sebagai bangsal bedah dan penyakit dalam. Kedua bangsal ini merupakan cikal bakal berdirinya Rumah Sakit Umum Dadi. Kemudian pada tahun 1957, Pemerintah Daerah Tingkat I Sulawesi Selatan mendirikan RSU Dadi di lokasi rumah sakit jiwa sebagai rumah sakit propinsi yang terletak di Jalan Benteng No.34 (kini Jalan Lanto Dg. Pasewang).
            Sejak tahun tersebut, baik Rumah Sakit Jiwa maupun Rumah Sakit Umum Dadi masing-masing membangun gedung-gedung tanpa adanya suatu perencanaan, akhirnya tercipta suatu kondisi yang memberikan kesan bahwa Rumah Sakit Umum Dadi adalah rumah sakit yang sumpek, kurang penerangan, ventilasi yang tidak memadai dan berbagai kekurangan lainnya.
            Melihat kondisi tersebut, Gubernur Propinsi Sulawesi Selatan (ketika itu), Prof. Dr. Ir. H. Ahmad Amiruddin dan Menteri Kesehatan RI dr. H. Suwarjono membicarakan dan akhirnya sepakat memindahkan Rumah Sakit Umum Dadi ke lokasi yang lebih strategis sebagai rumah sakit rujukan dan rumah sakit pendidikan.
            RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo terletak di Kecamatan Tamalanrea, 11 km dari pusat kota Makassar, Rumah Sakit ini dibangun di atas tanah seluas 16 ha dengan luas gedung seluruhnya 12,6 ha dengan batas-batas sebagai berikut :
v  Sebelah Utara : jalanan ke utara menuju Daya, terdapat kantor dan asrama Kodam VII wirabuana dan jalan poros Makassar – Pare pare.
v  Sebelah Timur : terdapat kantor kepala Dinas Departemen Kesehatan Propinsi Sulawesi Selatan.
v  Sebelah Selatan : terdapat tanah milik dan bangunan Lembaga Penelitian Universitas Hasanuddin yang diantarai danau buatan.
v  Sebelah Barat : terdapat gedung perkuliahan dan perkantoran Universitas Hasanuddin.
RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo memiliki tenaga 1191 orang belum termasuk tenaga kontrak dan dokter-dokter yang menempuh pendidikan. Adapun rinciannya adalah sebagai berikut :
a.       Dokter Ahli                                         : 136 orang
b.      Dokter Umum                                     : 30 orang
c.       Dokter Gigi                                         : 10 orang
d.      Sarjana Kesehatan Masyarakat           : 12 orang
e.       Sarjana Keperawatan                          : 10 orang
f.       Paramedis Perawat                              : 508 orang
g.      Paramedis non Perawat                       : 199 orang
h.      Apoteker                                             : 10 orang
i.        Non Medis lainnya                              : 114 orang
j.        Tenaga kontrak                                   : 119 orang
Sarana dan fasilitas yang tersedia di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo sebagai rumah sakit tipe A dan sebagai pusat rujukan dari propinsi – propinsi di sekitarnya, yakni sebagai berikut :
§  Dua puluh dua (22) poliklinik spesialisasi dan subspesialisasi dan dilengkapi dengan alat-alat seperti diagnostik jantung.
§  Sepuluh (10) buah kamar operasi untuk 11 jenis pembedahan seperti bedah toraks, bedah saraf, bedah minor untuk THT.
§  Fasilitas tempat tidur :
         VIP                             : 14 buah
         Kelas I                         : 24 buah
         Kelas II                       : 136 buah
         Kelas III                      : 205 buah
         ICU Dewasa               : 8 buah
         ICU Anak                   : 7 buah
         ICCU                          : 6 buah





BAB VI
HASIL PENELITIAN

            Setelah melakukan penelitian mengenai prevalensi dan karakteristik penderita HIV/AIDS pada kehamilan yang ada di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar selama periode tahun 2008 hingga 2011, maka diperoleh sampel sebanyak 8 pasien.
            Dari hasil penelitian terdapat di POKJA HIV/AIDS bertempat di Infection Center lantai 3, tercatat 65 kasus di buku registrasi PMTCT dan 14 kasus di buku registrasi Obstetri Poliklinik Kandungan dan Kebidanan RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo, yang terdaftar 39 status memiliki rekam medik, namun 11 status tidak ditemukan dan 20 status datanya tidak lengkap.
            Berikut ini dijabarkan data yang terkumpul dalam bentuk tabel, diagram dan penulisan deskriptif.
Tabel 1.Distribusi Penderita HIV/AIDS pada kehamilan di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar Periode tahun 2008-2011 menurut Umur.
Umur (Tahun)
(N)
%
Di bawah 20
0
0
21 - 35
8
100
Di atas 35
0
0
JUMLAH
8
100
Sumber : Rekam Medik RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar
Diagram 1. Distribusi Penderita HIV/AIDS pada kehamilan di RSUP Dr. Wahidin  Sudirohusodo Makassar Periode tahun 2008-2011 menurut Umur.

Sumber : Rekam Medik RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar
           
Dari tabel 1 dan diagram 1, tampak penderita HIV/AIDS pada kehamilan yang didapat di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar selama periode 2008-2011. Yang terbanyak adalah 8 kasus di kelompok umur 21 – 35 tahun dengan presentase sebesar 100%. Untuk kelompok umur di bawah 20 tahun dan di atas 35 tahun tidak ditemukan pada penelitian ini.

Tabel 2.Distribusi Penderita HIV/AIDS pada kehamilan di RSUP Dr. Wahidin  Sudirohusodo Makassar Periode tahun 2008-2011 menurut Pekerjaan.
Pekerjaan
(N)
%
Pegawai Negeri Sipil
1
12,5
Wiraswasta
0
0
Pelajar
0
0
Ibu Rumah Tangga
7
87,5
JUMLAH
8
100
Sumber : Rekam Medik RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar
Diagram 2. Distribusi Penderita HIV/AIDS pada kehamilan di RSUP Dr. Wahidin  Sudirohusodo Makassar Periode tahun 2008-2011 menurut Pekerjaan.
Sumber : Rekam Medik RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar
Dari tabel 2, jenis pekerjaan ibu hami yang menderita HIV/AIDS yang ada di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar selama periode 2008 – 2011 yang terbanyak adalah IRT (Ibu Rumah Tangga) ditemukan 7 kasus atau sebesar 87,5%, dan PNS (Pegawai Negeri Sipil) ditemukan 1 kasus dengan presentase 12,5%. Pada penelitian ini tidak didapatkan jenis pekerjaan seperti wiraswasta dan pelajar yang ada di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar periode 2008-2011.

Tabel 3.Distribusi Penderita HIV/AIDS pada kehamilan di RSUP Dr. Wahidin  Sudirohusodo Makassar Periode tahun 2008-2011 menurut Paritas.

Paritas (orang)
(N)
%
Primipara
5
62,5
Multipara
3
37,5
JUMLAH
8
100

Sumber : Rekam Medik RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar

Diagram 3. Distribusi Penderita HIV/AIDS pada kehamilan di RSUP Dr. Wahidin  Sudirohusodo Makassar Periode tahun 2008-2011 menurut Paritas.


Sumber : Rekam Medik RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar

Dari tabel 3, jumlah kelahiran yang hidup atau paritas penderita HIV/AIDS pada kehamilan yang ada di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar selama periode 2008 – 2011 yang terbanyak adalah pada primipara ditemukan 5 kasus atau sebesar 62,5%, sedangkan jumlah multipara ditemukan 3 kasus atau 37,5%.
Tabel 4.Distribusi Penderita HIV/AIDS pada kehamilan di RSUP Dr. Wahidin  Sudirohusodo Makassar Periode tahun 2008-2011 menurut Jumlah CD4.
Jumlah CD4 (mm3)
(N)
%
< 350
4
50
< 200
2
25
< 100
2
25
JUMLAH
8
100
Sumber : Rekam Medik RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar
Diagram 4. Distribusi Penderita HIV/AIDS pada kehamilan di RSUP Dr. Wahidin  Sudirohusodo Makassar Periode tahun 2008-2011 menurut Jumlah CD4.

Sumber : Rekam Medik RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar
Dari tabel 4, jumlah CD4 penderita HIV/AIDS pada kehamilan yang ada di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar selama periode 2008 – 2011 adalah CD4 di bawah 350 mm3 ditemukan 4 kasus atau sebesar 50%, diikuti dengan jumlah CD4 di bawah 200 mm3 dan di bawah 100 mm3 ditemukan masing-masing 2 kasus dengan persentasenya 25%. Pada penelitian ini, ditemukan jumlah CD4 di bawah 50 mm3 pada ibu hamil yang menderita HIV/AIDS di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar periode 2008-2011.
Tabel 5.Distribusi Penderita HIV/AIDS pada kehamilan di RSUP Dr. Wahidin  Sudirohusodo Makassar Periode tahun 2008-2011 menurut Jenis Infeksi Oportunistik.

Jenis Infeksi Oportunistik
(N)
%
Candidiasis Oral
1
12,5
GEA
3
37,5
TB Paru
1
12,5
Enchepalopati
1
12,5
Dermatitis Generalisata
2
25
JUMLAH
8
100

Sumber : Rekam Medik RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar
Diagram 5. Distribusi Penderita HIV/AIDS pada kehamilan di RSUP Dr. Wahidin  Sudirohusodo Makassar Periode tahun 2008-2011 menurut Jenis Infeksi Oportunistik.
Sumber : Rekam Medik RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar
            Dari tabel 5, tampak infeksi ibu hamil yang menderita HIV/AIDS yang ada di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar selama periode 2008-2011, infeksi oportunistik yang terbanyak yakni GEA (Gastroentritis Akut) sebesar 37,5%, yang kedua adalah dermatitis generalisata 25%, dan infeksinya yang lainnya yaitu candidiasis oral, TB Paru, Enchepalopati masing-masing 12,5%.


BAB VII
PEMBAHASAN

Penyakit HIV-AIDS adalah penyakit yang sangat berbahaya, bukan hanya pada ibu hamil namun akan menularkan pada bayinya. Peningkatan kasus HIV-AIDS dari tahun ke tahun terus bertambah hingga banyak korban meninggal dunia dan HIV-AIDS pada ibu hamil akan berdampak pada bayinya, sehingga meningkatkan angka kejadian pada kasus HIV-AIDS dan kematian pada ibu dan bayi.Maka penyebab dari HIV-AIDS perlu dianalisa berdasarkan cara penularannya, gambaran klinik (manifestasi klinik yang timbul pada penderita AIDS), pola hidup pasien dan keluarganya, pencegahan transimisi dari ibu ke bayi (PMTCT = Prevention Mother to Child Transmision), sedangkan karakteristik ibu hamil merupakan salah satu unsur yang harus diperhatikan mengingat terdapat beberapa penyakit yang menyerang kelompok umur tertentu, jumlah kelahiran yang hidup dan pekerjaan.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh karakteristik penderita HIV-AIDS yang ada pada RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar periode 2008 – 2011, sebanyak 8 kasus yang menjadi sampel. Dimana karakteristik penderita HIV/AIDS yang diteliti adalah berdasarkan umur, pekerjaan, paritas, jumlah CD4 dan jenis infeksi oportunistik.
Pada tabel 1, berdasarkan umur penderita, kasus terbanyak ditemukan pada kelompok umur 21-35 tahun yaitu 8 kasus. Dimana seluruh sampel merupakan penderita pada kelompok umur produktif dan seksual aktif, hal ini sesuai dengan SDKI 2002-2003 yang menyebutkan penderita pada wanita dijumpai pada golongan usia 15-45 tahun.Wanita usia produktif merupakan usia berisiko tertular infeksi HIV. Dilihat dari profil umur, ada kecenderungan bahwa infeksi HIV pada wanita mengarah ke umur yang lebih muda, dalam arti bahwa usia muda lebih banyak terdapat wanita yang terinfeksi. Di lain pihak menurut para ahli kebidanan bahwa usia produktif merupakan usia wanita yang lebih tepat untuk hamil dan melahirkan. Dengan bertambah prevalensi bayi dan anak yang kian meningkat memberikan indikasi mudahnya jalur penularan selama kehamilan, persalinan atau selama menyusui.
Berdasarkan pekerjaan (tabel 2), kasus terbanyak ditemukan pada ibu hamil dengan profesi Ibu Rumah Tangga yaitu 7 kasus. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh taraf pendidikan penderita yang rata-rata hanya tamatan SMU/SLTA, sehingga aktivitas keseharian pasien di rumah sedangkan untuk mencari nafkah adalah suami pasien. Sehingga mempengaruhi tingkat pengetahuan ibu tentang cara penularan HIV-AIDS. Penularan HIV-AIDS pada perempuan perlu mendapat perhatian khusus karena perempuan lebih rentan tertular dan jika terjadi kehamilan dapat menularkan kepada janinnya.
Pada tabel 3, berdasarkan paritas kasus terbanyak ditemukan pada pasien dengan partus / persalinan yang hidup  yakni primipara dimana interval 0-1 orang sebanyak 5 kasus dan multipara dengan jumlah 2 atau lebih sebanyak 3 kasus. Hal ini menjadi indikasi bahwa ibu hamil telah lama mengidap penyakit HIV-AIDS sehingga mendapatkan intervensi ARV agar mencegah penularan HIV selama kehamilan (PMTCT), selama persalinan dengan melakukan operasi sectio cesarea, pemberian makanan pengganti ASI, dan mencegah agar janin tidak terinfeksi jika pasien hamil kembali. Seorang ibu tertular dari suaminya, sehingga janin sebagian besar bisa tertular infeksi HIV dengan melakukan pemeriksaan pada saat bayi berusia 18 bulan.
Berdasarkan jumlah CD4 (tabel 4), yang terbanyak ditemukan pada kelompok <350 mm="mm" sup="sup">3
yaitu 4 kasus dan kelompok < 200 serta < 100 mm3 masing-masing sebanyak 2 kasus. Pada penelitian ini sebagian besar penderita HIV-AIDS yang disertai dengan infeksi oportunistik pada gastrointestinal yang merupakan tanda mayor untuk mendiagnosis AIDS. Dan dermatitis generalisata yang juga merupakan tanda minor. Jumlah CD4 normal adalah 410 sel/mm3 – 1500 sel/mm3, bila jumlah CD4 dibawah 350 mm3, atau dibawah 14%, maka dianggap AIDS (Definisi Depkes).
Bila tersedia pemeriksaan CD4 makan pengobatan sesuai dengan sistem tahapan WHO untuk infeksi dan penyakit HIV, dimana Stadium 1 dan 2 ARV dimulai bila CD4 ≤ 200 mm3, sedangkan stadium3 : jumlah CD4 200-350 sel/mm3 pertimbangkan terapi sebelum CD4 < 200 sel/mm3 dan stadium 4 terapi ARV pada semua ibu hamil dengan CD4 < 350 mm3
Pada tabel 5, berdasarkan jenis infeksi oportunistik penderita HIV-AIDS pada kehamilan yang ada di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar periode 2008 – 2011 yang terbanyak adalah GEA yaitu 3 kasus.Karena pada pasien terinfeksi HIV produksi asam lambung tidak diproduksi normal dan akibatnya mengganggu penyerapan obat-obatan yang membutuhkan medium asam. Hal ini dimungkinkan disebabkan oleh infeksi.
Salah satu indikasi pasien yang menderita HIV/AIDS rawat di Pojka HIV RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar bukan karena infeksi oportunistik yang ada akan tetapi pasien akan menjalani metode persalinan yaitu operasi sectio cesarea.



















BAB VIII
KESIMPULAN DAN SARAN

VIII.1. KESIMPULAN
Berdasarlam hasil penelitian mengenai prevalensi dan karakteristik penderita HIV-AIDS pada kehamilan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.      Penderita HIV-AIDS yang ada di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar  selama periode 2008-2011 terbanyak pada  usia  reproduksi yaitu kelompok umur 21 – 35 tahun.
2.      Jumlah paritas yang terbanyak pada ibu hamil penderita HIV-AIDS adalah primipara dimana jumlah kelahiran hidup antara 0-1 orang.
3.      Jenis pekerjaan yang merupakan aktivitas keseharian ibu hamil yaitu IRT (Ibu Rumah Tangga).
4.      Berdasarkan jumlah CD4 kasus terbanyak ditemukan pada level < 350 mm3.
5.      Jenis infeksi oportunistk yaitu manifestasi pada gastrointestinal pada ibu hamil yang menderita HIV-AIDS di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar periode 2008-2011 terbanyak adalah GEA (Gastroenteritis Akut).
VIII.2. SARAN
1.      Diharapkan pencegahan penyakit dilakukan melalui upaya kampanye yang meliputi pemberian informasi, edukasi, dan komunikasi (KIE) sesuai dengan budaya dan agama setempat.Yang dilakukan secara intensif guna meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan bahaya HIV-AIDS sehingga dapat ikut serta secara aktif melakukan pencegahan penularan Ibu ke janin.Untuk melindungi generasi bangsa di masa depan.
2.      Diharapkan Ibu hamil didorong untuk melakukan kunjungan antenatal untuk memperoleh informasi tentang HIV dan konseling. Konseling yang dilakukan sebelumkelahiran yang diberikan pada perempuan HIV-positif.
3.      Diharapkan adanya fasilitas pelayanan seperti PMTCT (Pencegahan transmisi dari Ibu ke Janin) dan pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan CD4, yang memadai serta dapat menjangkau pusat-pusat kesehatan masyarakat seperti puskesmas sehingga dapat dilakukan deteksi dini HIV kepada kelompok resiko tinggi terhadap HIV-AIDS dan segera memperoleh pengobatan guna menekan angka kematian Ibu dan janin.
4.      Diharapkan peningkatan pengetahuan dokter-dokter yang berkompetensi mengenai HIV, masalah wanita dengan HIV, dan bagaimana mencegah penularan HIV dari ibu ke bayi. Sehingga dengan semakin banyak perempuan terinfeksi HIV, sudah waktunya setiap Pokja AIDS di rumah sakit rujukan AIDS melibatkan dokter – dokter yang berkompentensi.
5.      Diharapkan bagi pihak RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar, kelengkapan dan keseragaman pengisian data status penderita diperhatikan untuk kepentingan pencatatan dan pelaporan dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat serta mempermudah pengambilan data pada penelitian.




















DAFTAR PUSTAKA


1.      Suhaimi Donel, Savira Maya, Krisnadi Sofie R. PENCEGAHAN DAN PENATALAKSANAAN INFEKSI HIV (AIDS) PADA KEHAMILAN. MKB – Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran. Bandung. MKB vol. 41 No.2, 2009.
2.      Hartati Nyoman, Suratiah, Mayuni IGA Oka. IBU HAMIL DAN HIV - AIDS. Gempar : Jurnal Ilmiah Keperawatan Vo. 2 No.1 Juni 2009. Hal : 39-44.
3.      Departemen Kesehatan RI. STATISTIK KASUS HIV / AIDS di Indonesia. Ditjen PPM dan PL Departemen Kesehatan RI.
4.      Siregar Fazidah A. PENGENALAN DAN PENCEGAHAN AIDS. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Digitized by USU digital Library. 2004. Hal : 1 – 9
5.      Komisi Penanggulangan AIDS (KPA). INFO HIV DAN AIDS. [Cited 9/12/2011,18:48]. Available from : http://www.aidsindonesia.or.id/dasar-hiv-aids
6.      Family Health International (FHI) East Timor. APA ITU HIV/AIDS ?. Media and HIV – AIDS, p.1-5 . Available from : http://www.kswann.com/WhatisHIVAIDS.pdf
7.      Merati Tuti Parwati dan Djauzi Samsuridjal. RESPON IMUN INFEKSI HIV. Dalam : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi Keempat - Jilid I. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2006.p.272.
8.      Anonym. MENGENDALIKAN PENYEBARAN HIV/AIDS DAN MULAI MENURUNNYA JUMLAH KASUS BARU PADA 2015. Dalam : Laporan Perkembangan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium Indonesia. Halaman : 63-67 . Available from : http://www.undp.or.id/pubs/imdg2004/BI/IndonesiaMDG_BI_Goal6.pdf
9.      Mansjoer Arif, Triyanti Kuspuji, Savitri Rakhmi, Wardhani Ika W, Setiowulan Wiwiek,editors. KAPITA SELEKTA KEDOKTERAN, Edisi Ketiga Jilid Pertama. Jakarta : Penerbit Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2001.p.573.
10.  Kasper, D. Braunwald, E. Fauci, A.et All. 2004. HARRISON’S PRINCIPLES OF INTERNAL MEDICINE 16th EDITION. New York : McGraw-Hill Professional.
11.  Rasmaliah Drh,M.kes. EPIDEMIOLOGI HIV/AIDS DAN UPAYA PENANGGULANGANNYA. Available from : http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3771/1/fkm-rasmaliah3.pdf
12.  Yayasan Spiritia. KEHAMILAN DAN HIV. Dalam : Lembaran informasi 611. The AIDS Infonet. 1 Maret 2011. Available from : http://spiritia.or.id/li/pdf/LI611.pdf
13.  Anonym. KEHAMILAN DAN HIV. Dalam : Website Informasik Kesehatan Reproduksi Indonesia. P.1-3. [Cited 09/12/2011]. Available from : http://www.kesrepro.info/?q=node/295
14.  Price, Sylvia dan Lorraine M.W. 1995.HIV – AIDS. In : Patofisiologi Konsep Klinis Proses – Proses Penyakit. Edisi 4. Buku 1. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
15.  Yayasan Spiritia. INFEKSI OPORTUNISTIK. Dalam : Lembaran informasi 500. The AIDS Infonet. 23 Juni 2011. Available from : http://spiritia.or.id/li/pdf/LI500.pdf
16.  Duarsa, NW. INFEKSI HIV DAN AIDS. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Edisi III. Jakarta. 2005.
17.  Yayasan Spiritia. TES CD4. Dalam : Lembaran informasi 124. The AIDS Infonet. 11 Januari 2011. Available from : http://spiritia.or.id/li/pdf/LI124.pdf
18.  Hanifa, W. Ilmu Kebidanan Edisi 3. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Robiharjo. Jakarta. 2002.
19.  Mubin A. Halim, Prof.DR.dr.,SpPD.MSc.KPTI. AIDS. Dalam : Panduan Praktis Ilmu Penyakit Dalam, Diagnosis dan Terapi Edisi 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 2006. Hal : 11-14.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar