Bismilahirrahmanirrahim
Assalamu alaykum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Hari Rabu kemarin tepatnya tanggal 28 April 2010 merupakan hari Internasional Peduli Suara Bising. Selama ini mungkin gaung hari Internasional ini belum se”akbar” hari AIDS ataupun Hari Tanpa Tembakau, padahal kalau ditelusuri secara teliti dalam dunia kesehatan, Suara bising dapat mengganggu kesehatan manusia yaitu pendengaran.
Dengan laju pertumbuhan penduduk Indonesia, yang lebih dari 200 juta orang, dengan begitu kebutuhan akan kelengkapan hidup menjadi begitu pesat seperti motor, angkutan umum, mobil, pusat perbelajaaan, pusat permainan kids, perusahaan, pabrik dan lain sebagainya. Belum lagi banyak konser musik dengan soundsystem yang “wah” dengan melampaui ambang batas normal tingkat kebisingan.
Sejarah kenapa ditetapkan sebagai Hari Internasional Peduli Suara Bising, referensi yang ada belum saya dapatkan. Namun disini yang ingin saya sampaikan tentang Kepedulian Kita untuk menjaga kesehatan pendengaran dengan menjadi masyarakat bebas Bising. Karena inilah yang terjadi di lingkungan sekitar kita, namun jarang kita sadari. Terkadang alasan yang kita gunakan adalah “Kota Metropolitan” namun sebenarnya tidak menjadikan “legal” untuk Kendaraan modifikasi agar tampak “keren” dengan suara yang “nyaring” sehingga mengganggu kenyamanan orang lain, belum lagi bunyi klakson di tengah kemacetan, dan masih banyak contoh yang sering terjadi dalam kehidupan kita.
Selain dapat mengganggu pendengaran, dapat juga berakibat pada psikis seseorang. Misalnya muncul kemarahan diakibatkan adanya suara bising sehingga menyebabkan tindakan kekerasan, adanya sifat yang agresif atau temperamental, dan sebagainya.
Mari kita telusuri fakta tentang telinga Manusia* :
• Manusia dapat membedakan lebih dari 1.500 jenis musik.
• Manusia dapat mendengar suara pada kisaran 0-140 dB.
• Telingat dapat mendeteksi arah suara dalam 3 derajat.
• Tulang terkecil di dalam tubuh adalah tulang sanggurdi.
Dan lihat dibawah ini perbandingan tingkat kebisingan kisaran 20-120 dB* :
• 20 dB = Bisik-bisik
• 40 dB = Jalan yang sepi
• 60 dB = Kantor
• 80 dB = Lalu lintas yang padat
• 100 dB = Pengeboran jalan
• 120 dB = Pesawat pada ketinggian 100 m
Kebisingan suara dapat diukur dalam desibel (dB). Suara di atas 130 dB dapat menyebabkan kerusakan telinga dan mungkin ketulian.*
Ditinjau dari segi psikis, maka ada 2 sifat yaitu tenang dan marah. Tenang dan marah adalah masalah niat, amal yang direncanakan dan diperintahkan oleh otak. Untuk itu dibicarakan dengan ringkas cara bekerjanya. Sistem ini bekerja sangat cepat dalam hitungan sepersekian detik.**
Ia dimulai dari daerah 7, penglihatan yang melihat sebuah benda. Masukan ini dikirim ke daerah 6, memori penglihatan untuk dilacak. Sementara itu, dari daerah 9, pendengaran termonitor bunyi yang dilacak di daerah 8, memori bunyi. Semua informasi ini diperoleh di daerah 4, proses memori terpadu. Kesimpulannya, mobil berkecepatan tinggi sedang melaju kearahnya, dikirim ke daerah 11, untuk menetapkan niat dan membuatkan perencanaan sikap. Dengan pertimbangan yang dilakukan oleh akal beserta nafsu, niat diambil dan perencanaan dibuat. Perintah dikirimkan ke daerah 10 untuk antisipasi dan daerah 1 untuk melakukan tindakan yang memadai.**
Tenang membuat daerah 11, perencanaan di otak memutuskan tindakannya berdasarkan masukan yang lengkap. Ia tidak hanya menyadari “mobil berkecepatan tinggi sedang melaju ke arahnya” tetapi juga sepeda motor yang menyusup di samping kirinya. Ia tidak langsung membanting stir ke kiri tetapi menunggu sambil memperlambat kendaraannya, memberikan jalan dan memberikan isyarat, baik dengan lampu atau klakson. Sebaliknya, marah akan melupakannya.**
“Dia berkata,”Inilah perpisahan antara aku dengan engkau; aku akan memberikan penjelasan kepadamu atas perbuatan yang engkau tidak mampu sabar terhadapnya.” (QS. AL-Kahf(18)-78)
“Wahai orang-orang yang beriman! Bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu...” (QS.Ali ‘Imran(3)-200)
“...Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.”(QS. Al Baqarah (2)-216).
“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.”(QS.Al-Insyirah(94)-5-6)
Dampak dari kebisingan menjadi salah faktor terhadap psikis/kejiwaan seseorang, disinilah bisa kita latih atau memanage diri kita sendiri dalam hal emosi walau sesaat. Yang perlu kita ketahui, pengertian bising itu sendiri apa? Menurut Kamus besar bahasa Indonesia Edisi kedua, Bising adalah :
• Ramai (seperti berdengung-dengung, berdesir-desir, berdesing-desing) hingga menyebabkan telinga seperti pekak (suara/bunyi)
• Hiruk pikuk, gempar
• berasa pada telinga seakan-akan pekak dengar bunyi yang tak keruan
Dengan membaca pengertian tersebut di atas, dapat kita bayangkan tempat-tempat seperti apa yang dikatakan bising, alat teknologi apa yang bisa menyebabkan kebisingan, Kendaraan seperti apa yang bising, dan lain sebagainya.
Begitu besarnya efek yang dampat ditimbulkan dari kebisingan. Namun terkadang berbenturan dengan kebijakan yang dibuat oleh pemerintah, terkait dengan UU, sehingga Hal ini pun harus mendapatkan perhatian dari Pemerintah dengan makin maraknya Kendaraan yang ada di kota-kota besar di seluruh diindonesia, sehingga terkadang Kendaraan yang awalnya menjadi kebutuhan tersier atau sekunder menjadi kebutuhkan primer.
Dan lihat juga dengan masih adanya Kendaraan yang lewat di depan Mesjid saat ditunaikan shalat fardhu ataupun shalat jum’at.
Di Pandang dari Segi Agama yaitu Islam, ada nikmat diciptakannya pendengaran oleh Allah azza wa jalla :
Orang yang telah kehilangan kemampuan untuk dapat mendengarkan. Ia akan kehilangan nikmatnya Berbicara, bermusyawarah, dan kehilangan nikmat indahnya suara. Inilah ujian yang terbesar bagi orang yang telah kehilangan kemampuan mendengar; padahal ia harus Berbicara kepada manusia, sedangkan ia tidak mampu mendengarkan pembicaraan orang lain. Keberadaannya di tengah-tengah lingkungan masyarakat menjadi tidak berarti karena keberadaannya sama sekali dianggap tidak ada pengaruhnya, sehingga hidup seolah-olah mati dan yang dekat seolah-olah menjadi jauh.***
Telah menjadi perdebatan, manakah yang lebih dekat pad Kesempurnaan serta lebih kecil kekurangannya antara orang yang buta dengan orang yang tuli? Dalam menjawab pertanyaan tersebut, ada baiknya kita kembalikan pada hakikat bahwa lebih penting mana antara mata dengan telinga? Maka jawaban yang layak bagi pertanyaan tersebut adalah bahwa orang yang kehilangan kemampuan untuk melihat lebih berbahaya, namun ia lebih selamat dalam masalah agamanya serta lebih baik akibatnya. Sedangkan bagi orang yang telah kehilangan kemampuan untuk mendengarkan lebih sedikit berbahaya bagi dunianya saja. Tetapi ia lebih bodoh dalam urusan agamanya jika dibandingkan orang yang buta, yang akibatnya lebih fatal daripada akibat yang dialami oleh orang yang buta. Orang yang tuli tidak dapat mendengarkan nasihat dan siraman rohani yang bermanfaat. Sedangkan pintu syahwat akan terbuka baginya dari matanya dan ia tidak mempunyai bekal ilmu yang cukup untuk menghindarinya. Maka dalam perkara agama, orang yang tuli memiliki kadar bahaya yang lebih besar jika dibandingkan dengan orang yang buta. Sedangkan dalam urusan dunia, orang buta lebih memiliki kadar bahaya yang lebih besar daripada orang yang tuli.***
Oleh sebab itu, banyak di antara para sahabat yang buta jika dibandingkan dengan yang tuli, dan Allah swt. banyak memberikan ujian kepada para kekasih-Nya dengan kebutaan dibandingkan dengan ujian tuli. Maka sangat berbahaya apabila tuli pada agama dan buta pada dunia. Sesungguhnya orang yang sehat adalah orang yang telah diberikan oleh Allah swt. nikmat pendengaran dan penglihatan, serta selalu mensyukuri sebagai nikmat yang besar.***
Subhanallah,Alhamdulillah, semua nikmat yang Allah berikan kepada kita sungguh luar biasa. Semoga menjadikan kita untuk selalu menjaga nikmat-nikmat tersebut, karena semuanya itu adalah Amanah yang kelak akan dipertanggungjawab di akhirat. Dengan menjaga kesehatan pendengaran kita dari polusi kebisingan, baik diri sendiri, keluarga, sahabat ataupun masyarakat untuk meningkatkan kualitas hidup yang lebih sehat. InsyaAllah, Aaamiin.
“Dan barangsiapa diberi petunjuk oleh Allah, dialah yang mendapat petunjuk, dan barangsiapa Dia sesatkan, maka engkau tidak akan mendapatkan penolong-penolong bagi mereka selain Dia. Dan Kami akan mengumpulkan mereka pada hari Kiamat dengan wajah tersungkur, dalam keadaan buta, bisu, dan tuli. Tempat kediaman mereka adalah neraka Jahanam. Setiap kali nyala api Jahanam itu akan padam, Kami tambah lagi nyalanya bagi mereka.” (QS.Al-Isra’(17)-97).
Wallahu ‘alam Bisshawab.
Wassalamu alaykum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Makassar, 30 April 2010
*Buku Saku FAKTA TUBUH
**Fikih Kesehatan
***Keajaiban-keajaiban Mahluk Cipataan Allah (Menurut pemikiran Ibnul-Qayyim)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar