Minggu, 26 Agustus 2012

IBU

Delapan Kebohongan Seorang Ibu Dalam Hidupnya 

Dalam kehidupan kita sehari-hari, kita percaya bahwa kebohongan 
akan membuat manusia terpuruk dalam penderitaan yang mendalam, 
tetapi kisah ini justru sebaliknya. Dengan adanya kebohongan ini, 
makna sesungguhnya dari kebohongan ini justru dapat membuka 
mata kita dan terbebas dari penderitaan, ibarat sebuah energi 
yang mampu mendorongmekarnya sekuntum bunga yang paling indah 
di dunia. 

Cerita bermula ketika aku masih kecil, aku terlahir sebagai 
seorang anak laki-laki di sebuah keluarga yang miskin. 
Bahkan untuk makan saja, seringkali kekurangan. Ketika makan, 
ibu sering memberikan porsinasinya untukku. Sambil memindahkan 
nasi ke mangkukku, ibu berkata : 
"Makanlah nak, aku tidak lapar" 
 
---------- KEBOHONGAN IBU YANG PERTAMA 

Ketika saya mulai tumbuh dewasa, ibu yang gigih sering 
meluangkan waktu senggangnya untuk pergi memancing di kolam 
dekat rumah, ibu berharap dari ikan hasil pancingan, ia bisa 
memberikan sedikit makanan bergizi untuk petumbuhan. 
Sepulang memancing, ibu memasak sup ikan yang segar dan 
mengundang selera. Sewaktu aku memakan sup ikan itu, 
ibu duduk disamping gw dan memakan sisa daging ikan yang 
masih menempel di tulang yang merupakan bekas sisa tulang ikan 
yang aku makan. Aku melihat ibu seperti itu, hati juga tersentuh, 
lalu menggunakan sumpitku dan memberikannya kepada ibuku. 
Tetapi ibu dengan cepat menolaknya, ia berkata : 
"Makanlah nak, aku tidak suka makan ikan" 
 
---------- KEBOHONGAN IBU YANG KEDUA 

Sekarang aku sudah masuk SMP, demi membiayai sekolah abang dan 
kakakku, ibu pergi ke koperasi untuk membawa sejumlah kotak 
korek api untuk ditempel, dan hasil tempelannya itu membuahkan 
sedikit uang untuk menutupi kebutuhan hidup. Di kala musim 
dingin tiba, aku bangun dari tempat tidurku, melihat ibu masih 
bertumpu pada lilin kecil dan dengan gigihnya melanjutkan 
pekerjaannya menempel kotak korek api. Aku berkata : 
"Ibu, tidurlah, udah malam, besok pagi ibu masih harus kerja." 
Ibu tersenyum dan berkata : 
"Cepatlah tidur nak, aku tidak capek" 
 
---------- KEBOHONGAN IBU YANG KETIGA 

Ketika ujian tiba, ibu meminta cuti kerja supaya dapat 
menemaniku pergi ujian. Ketika hari sudah siang, 
terik matahari mulai menyinari, ibu yang tegar dan gigih 
menunggu aku di bawah terik matahari selama beberapa jam. 
Ketika bunyi lonceng berbunyi, menandakan ujian sudah selesai. 
Ibu dengan segera menyambutku dan menuangkan teh yang sudah 
disiapkan dalam botol yang dingin untukku. Teh yang begitu 
kental tidak dapat dibandingkan dengan kasih sayang yang jauh 
lebih kental. Melihat ibu yang dibanjiri peluh, aku segera 
memberikan gelasku untuk ibu sambil menyuruhnya minum. 
Ibu berkata : 
"Minumlah nak, aku tidak haus!" 
 
---------- KEBOHONGAN IBU YANG KEEMPAT 

Setelah kepergian ayah karena sakit, ibu yang malang harus 
merangkap sebagai ayah dan ibu. Dengan berpegang pada 
pekerjaan dia yang dulu, dia harus membiayai kebutuhan 
hidup sendiri. Kehidupan keluarga kita pun semakin susah 
dan susah. Tiada hari tanpa penderitaan. Melihat kondisi 
keluarga yang semakin parah, ada seorang paman yang baik hati 
yang tinggal di dekat rumahku pun membantu ibuku baik masalah 
besar maupun masalah kecil. Tetangga yang ada di sebelah rumah 
melihat kehidupan kita yang begitu sengsara, 
seringkali menasehati ibuku untuk menikah lagi. Tetapi ibu 
yang memang keras kepala tidak mengindahkan nasehat mereka, 
ibu berkata : 
"Saya tidak butuh cinta" 
 
----------KEBOHONGAN IBU YANG KELIMA 

Setelah aku sudah tamat dari sekolah dan bekerja, 
ibu yang sudah tua sudah waktunya pensiun. 
Tetapi ibu tidak mau, ia rela untuk pergi ke pasar setiap pagi 
untuk jualan sedikit sayur untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. 
Saudara Ibuku di luar kota sering mengirimkan sedikit uang untuk membantu memenuhi kebutuhan ibu, 
tetapi ibu bersikukuh tidak mau menerima uang tersebut. 
Malahan mengirim balik uang tersebut. 
Ibu berkata : 
"Saya punya duit" 
 
----------KEBOHONGAN IBU YANG KEENAM 

Setelah lulus SMP, aku pun melanjutkan SMA dan 
kemudian memperoleh gelar Siswa Teladan Se Propinsi dan 
sebuah beasiswa di sebuah SMA negeri di kotaku. 
Setelah Tamat SMA , aku bermaksud melanjutkan Kuliah 
di salah satu UNIVERSITAS NEGERI... 
kebetulan aku punya Paman di bandung dan bermaksud 
mengajak Ibu untuk Pindah Ke bandung Saja ... 
Ibu Berkata : 
"Aku tidak terbiasa" 
 
----------KEBOHONGAN IBU YANG KETUJUH 

Setelah memasuki usianya yang tua, ibu terkena penyakit 
lambung, harus dirawat di rumah sakit, aku yang berada jauh di 
seberang Propinsi langsung segera pulang untuk 
menjenguk ibunda tercinta. 
Aku melihat ibu yang terbaring lemah di ranjangnya setelah menjalani operasi. 
Ibu yang keliatan sangat tua, menatap aku dengan penuh kerinduan. 
Walaupun senyum yang tersebar di wajahnya terkesan agak kaku 
karena sakit yang ditahannya. 
Terlihat dengan jelas betapa penyakit itu menjamahi tubuh ibuku sehingga ibuku terlihat lemah dan kurus kering. Aku sambil menatap ibuku sambil berlinang air mata. 
Hatiku perih, sakit sekali melihat ibuku dalam kondisi seperti ini. 
Tetapi ibu dengan tegarnya berkata : 
"Jangan menangis anakku, Aku tidak kesakitan" 
 
----------KEBOHONGAN IBU YANG KEDELAPAN. 

Setelah mengucapkan kebohongannya yang kedelapan, 
ibuku tercinta menutup matanya untuk yang terakhir kalinya. 

Dari cerita di atas, saya percaya teman-teman sekalian pasti 
merasa tersentuh dan ingin sekali mengucapkan : 
" Terima kasih ibu ! " 
Coba dipikir-pikir teman, sudah berapa lamakah kita tidak 
menelepon ayah ibu kita? Sudah berapa lamakah kita tidak 
menghabiskan waktu kita untuk berbincang dengan ayah ibu kita? 
Di tengah-tengah aktivitas kita yang padat ini, kita selalu 
mempunyai beribu-ribu alasan untuk meninggalkan ayah ibu kita 
yang kesepian. Kita selalu lupa akan ayah dan ibu yang ada 
di rumah. 
Jika dibandingkan dengan pacar kita, kita pasti lebih peduli 
dengan pacar kita. Buktinya, kita selalu cemas akan kabar 
pacar kita, cemas apakah dia sudah makan atau belum, 
cemas apakah dia bahagia bila di samping kita. 
Namun, apakah kita semua pernah mencemaskan kabar dari 
ortu kita? 
Cemas apakah ortu kita sudah makan atau belum? Cemas apakah 
ortu kita sudah bahagia atau belum? Apakah ini benar? 
Kalau ya, coba kita renungkan kembali lagi.. 
Di waktu kita masih mempunyai kesempatan untuk membalas budi 
ortu kita, lakukanlah yang terbaik. Jangan sampai ada kata 
"MENYESAL" di kemudian hari.


Love U mom.. Love U mom.. Love U mom...
Love U mom.. Love U mom.. Love U mom...
Love U mom.. Love U mom.. Love U mom...
Love U mom.. Love U mom.. Love U mom...
Artikel diambil dari forum tetangga.
by cutemaster; 22-07-08 at 02:47 PM.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar