Senin, 15 November 2010
.:Gangguan Afektif:.
PENDAHULUAN
Gangguan mood cukup sering ditemui (sekitar 3-5% populasi pada satu saat dalam kehidupannya pernah mengalami gangguan mood), dan ditemui oleh hampir semua spesialis kedokteran. Gangguan mood perlu diidentifikasi dan diobati atau di rujuk ke spesialis yang sesuai.1
Dua bentuk gangguan mood yang dikenal yaitu depresi dan mania. Keduanya terjadi sebagai kelanjutan dari keadaan normal ke bentuk yang jelas-jelas patologik-pada beberapa pasien gejala-gejalanya bisa menjadi bentuk psikotik. Gejala-gejala ringan dapat merupakan perluasan dari kesedihan atau kegembiraan normal sedangkan gejala-gejala berat dikaitkan dengan sindrom yang jelas (gangguan mood) yang tampaknya berbeda secara kualitatif dari proses normal dan membutuhkan terapi spesifik.1
DEFINISI
Gangguan afektif adalah gangguan dengan gejala utama adanya perubahan suasana perasaan (mood) atau afek, biasanya ke arah depresi dengan atau tanpa ansietas yang menyertainya, atau ke arah elasi (suasana perasaan meningkat).2
Afek atau perasaan adalah nada perasaan menyenangkan atau tidak (seperti kebanggaan, kekecewaan, kasih sayang) yang menyertai suatu pikiran dan biasanya berlangsung lama serta kurang disertai oleh komponen-komponen fisiologis.3
Perasaan biasanya digunakan untuk menunjukkan nada perasaan dalam intensitas yang normal atau wajar, tidak ekstrim, tidak atau kurang disertai dengan perubahan-perubahan fisiologis, tidak jelas dalam tingkah lakunya, dan biasanya berlangsung dalam jangka waktu yang sama.4
Semua pengalaman-pengalaman manusia selalu disertai dengan nada perasaan (feeling tones), apakah pengalaman-pengalaman yang berhasil dan sukses, ataupun yang tidak berhasil atau gagal. Pengalaman-pengalaman yang berhasil atau sukses disifatkan oleh nada perasaan yang menggembirakan, menyenangkan, atau memuaskan. Sebaliknya pengalaman-pengalaman yang tidak berhasil atau gagal disifatkan oleh nada perasaan yang tidak menyenangkan, karena itu nada-nada perasaan yang menyenangkan cenderung lebih sering diingat, sedangkan nada perasaan yang tidak menyenangkan cenderung dilupakan.4
KLASIFIKASI
Gangguan afektif dibedakan atas :2
Episode tunggal atau multiple
Tingkat keparahan gejala
Mania dengan gejala psikotik, mania tanpa gejala psikotik, hipomania
Depresi ringan, sedang, berat tanpa gejala psikotik, berat dengan gejala psikotik
Dengan atau tanpa gejala somatik
EPIDEMIOLOGI
Gangguan mood meningkat dengan bertambahnya usia, dan prevalensi pada semua kelompok usia adalah secara drastik lebih tinggi dalam kelompok psikiatrik dibandingkan populasi umum.5
ETIOLOGI
Dasar umum untuk gangguan ini tidak diketahui. Penyebabnya merupakan interaksi antara faktor biologis, faktor genetik, dan faktor psikososial. Kelainan metabolit amin biogenic seperti 5-hydroxyindoleacetic acid (5 HIAA), homovanillic acid (HVA), 3-metoksi-4-hidroksifenilglikol (MHPG) dalam darah, urin, dan cairan serebrospinal dilaporkan ditemukan pada pasien. Pola penurunan terjadi melalui mekanisme yang Kompleks. Bukan hanya tidak mungkin untuk menyingkirkan faktor psikososial, namun faktor nongenetik mungkin memainkan peranan kausatif dalam perkembangan gangguan ini pada sekurangnya seberapa orang pasien.2
PROSES AFEKTIF NORMAL
Kesedihan atau ketidakbahagiaan dapat mempengaruhi semua orang dari waktu ke waktu. Penyebabnya sering jelas, reaksinya tidak dapat dimengerti, dan Perbaikan setelah penyebabnya hilang. Meskipun demikian, ketidakbahagiaan yang lama sebagai respons terhadap stress kronis dapat sulit dibedakan dengan gangguan afektif ringan dan memerlukan terapi. Dukungan dan Perbaikan lingkungan kehidupan merupakan kunci kesembuhan.1
Duka cita atau KEHILANGAN adalah perasaan disforik yang lebih dalam setelah kehilangan atau trauma berat dan dapat menimbulkan sindrom depresi lengkap, tetapi dengan berjalannya waktu, gejala-gejala depresi dapat hilang. Proses ini dapat berlangsung berminggu-minggu atau berbulan-bulan dan membutuhkan suatu “kerja keras” yang sering melibatkan ketidakpercayaan, kemarahan, berkabung, dan akhirnya membaik. Beberapa individu dengan rasa kehilangan, (misal, lebih dari dua bulan) berkembang menjadi gangguan depresi mayor.1
Tidak ada proses manik patologik yang ekuivalen, yang dapat diterima secara umum, meskipun beberapa individu ada yang bereaksi terhadap stressor dengan hipomanik.1
DIAGNOSA DAN GAMBARAN KLINIS
Episode Depresi
• Gejala Utama (pada derajat ringan, sedang, dan berat) :6
Afek depresi
Kehilangan minat dan kegembiraan, dan
Berkurangnya energy yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya aktivitas.
• Gejala lainnya :6
a) Konsentrasi dan perhatian berkurang;
b) harga diri dan kepercayaan diri berkurang;
c) gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna;
d) pandangan masa depan yang suram dan pesimistis ;
e) gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri;
f) tidur terganggu;
g) nafsu makan berkurang.
Untuk episode depresif dari ketiga tingkat keparahan tersebut, diperlukan masa sekarang sekurang-kurangnya 2 minggu untuk penegakan diagnosis, akan tetapi periode lebih pendek dapat dibenarkan jika gejala luar biasa bertanya dan berlangsung cepat.6
Status Mental7
• Tampilan umum:7
o Retardasi psikomotor
o Agitasi psikomotor
Tangan seperti meremas-remas
Mencabuti rambut
o Tubuh membungkuk
o Gerak gerik lamban
o Menghindari kontak mata
• Alam perasaan:7
o Murung/sedih
o Menarik diri
o Segala aktivitas berkurang
• Gangguan persepsi:7
o Waham
Dosa, tidak berharga, kejar (serasi afek)
o Halusinasi
Akustik (yang menyalahkan atau menuduh)
• Gangguan pikiran:7
o Berpikir negatif tentang kehilangan, rasa bersalah, bunuh diri dan mati
o Bisa terhambat
o Miskin (tidak produktif)
• Gangguan orientasi:7
o Pada umumnya tidak terganggu
• Gangguan daya ingat:7
o 50-75% sulit konsentrasi dan pelupa
• Gangguan pengendalian diri:7
o 10-15% melakukan percobaan bunuh diri (suicide)
o Ingin bunuh orang (homicide)
o Kurang motivasi dan kurang energi untuk melakukan tindakan impulsif
o Hati-hati dengan paradoxical suicide
• Tambahan: 7
o Melebih-lebihkan keburukan atau kegagalan diri sendiri Mengurangi kebaikan atau keberhasilan diri sendiri (perlu cross check dari keluarga dekat/kerabat dekat/pendamping.
Terapi
Ada 3 hal yang perlu diperhatikan :7
1. Keselamatan pasien harus didahulukan
2. Diagnosis harus ditegakkan dengan benar
3. Rencana terapi tidak hanya menghilangkan gejala, juga memperhatikan aspek pemulihan kedepan
Perawatan di rumah sakit : indikasi rawat adalah untuk penegakkan diagnosis, menghindarkan resiko bunuh diri atau bunuh orang dan untuk mengatasi perawatan diri yang terabaikan.7
• Terapi psikososial:7
o Terapi kognitif
o Terapi interpersonal
o Terapi tingkah laku
o PsikoTerapi
o Terapi keluarga
• Terapi obat:7
o Antidepresi (trisiklik, tetnasiklik, MAO-A inhibitor, SSRI dll)
o Lithium carbonate
o Boleh ditambahkan obat anticemas apabila diperlukan
o Boleh diberikan obat antipsikosis apabila ada gejala psikotik
• ECT, Alasan:7
o Obat-obatan kurang efektif
o Pasien tidak bisa menenima obat-obatan
o Kesembuhan segena dengan alasan klinis
Episode Mania
Gambaran Emosi
Mood meningkat, eforia
Emosi labil
Perubahan sementara yang cepat menjadi depresi akut
Irritabilitas, toleransi terhadap frustasi rendah
Menuntut dan egosentrik
Gambaran Kognitif
Harga diri meningkat, grandiositas
Gangguan bicara
Kata-kata berirama dan diucapkan dengan keras (klanging)
Desakan pembicaraan
Lompat gagasan
Kadang-kadang inkoheren
Daya nilai buruk, disorganisasi
Paranoia
Waham dan/atau halusinasi.
Gambaran Fisiologik
Tenaga meningkat
Insomnia, kebutuhan tidur berkurang
Nafsu makan menurun
Tanda mania
Agitasi Psikomotor
Gambaran Klinik
Tampilan umum : Bersemangat, banyak bicara, melawak, hiperaktif. Ada kalanya mereka memperlihatkan gejala psikotik dan bingung sehingga perlu difiksasi dan diberikan suntikan antipsikotik.7
Alam perasaan, emosi : Perasaannya hiperthym, mudah tersinggung, tidak mudah frustrasi, mudah marah dan menyerang. Emosinya tidak stabil, bisa cepat berubah dan gembira ke depresi dalam beberapa menit saja.7
Cara bicara: Bicaranya sukar dipotong, bombastis, volumenya keras, bermain dengan kata-kata, bercanda, berpantun, dan tidak relevan. Selanjutnya bisa terjadi loncat gagasan, asosiasi menjadi longgar, konsentrasi berkurang, bisa inkoheren dan neologisme sehingga sukar dibedakan dengan pasien skizofrenia.7
Gangguan persepsi: 75 % pasien mania mengalami waham, yang biasanya berhubungan dengan kekayaan, kemampuan yang luar biasa, kekuatan atau kehebatan yang luar biasa. Kadang-kadang ada waham dan halusinasi yang kacau dan tidak serasi.7
Gangguan pikiran: Pikiran pasien terisi dengan rasa percaya diri yang berlebihan, merasa hebat. Mereka mudah teralihkan perhatiannya, sangat produktif dan tidak terkendalikan.7
Gangguan sensorium dan fungsi kognitif: Ada sedikit gangguan pada fungsi sensonum dan kognitif, terkadang jawaban tidak sesuai dengan pertanyaan meskipun tidak ada gangguan orientasi dan daya ingat.7
Gangguan pengendalian diri: Sekitar 75 % pasien mania suka mengancam dan menyerang. Ada juga yang melakukan homicide dan suicide. Mereka sukar menahan diri yang tidak melakukan hal-hal yang merugikan kalau sedang tersinggung atau marah.7
Tilikan: Pada umumnya pasien mania mengalami gangguan tilikan. Mereka mudah melanggar hukum, pelanggaran dibidang seksual dan keuangan, kadang-kadang mereka menyebabkan kebangkrutan ekonomi keluarga.7
Reliabilitas: Pasien mania sering berbohong ketika memberikan informasi, karena berdusta dan menipu adalah biasa untuk mereka.7
Terapi7
1. Dirawat (bila perlu)
2. Kejang listrik (ECT)
3. Psikofarmaka7
a. Lithium
b. Divalproex
c. Olanzapine
d. Clonazepam
e. Lorazepam
f. Haloperidol
4. Psikososial7
o Terapi keluarga
o Terapi interpersonal
o Terapi tingkah laku
o Therapeutic community
o Kurangi jumlah dan berat stressor
PERJALANAN PENYAKIT DAN PROGNOSIS
Gangguan ini cenderung memiliki perjalanan penyakit yang panjang dan mengalami kekambuhan. Stresor kehidupan seringkali mendahului episode pertama gangguan mood dibandingkan episode selanjutnya. Episode depresi yang tidak diobati biasanya berlangsung selama 6-13 Bulan, sedangkan bila diobati sekitar 3 bulan. Sebagian pasien dengan diagnosis awal gangguan depresi berat menderita episode manik 6-10 setelah episode depresi awal. Gangguan depresi bukan merupakan gangguan yang ringan, cenderung menjadi kronik, dan mengalami relaps. Prognosis diperkirakan baik bila episode ringan, tidak ada gejala psikotik, dan tinggal di RS dalam waktu singkat.2
DIAGNOSIS BANDING
Depresi1
• Gangguan Skizofrenia : terutama katatonik, tetapi tiap jenis skizofrenua dapat terlihat atau menjadi depresi selama atau setelah satu episode. Adanya penyesuaian premorbid yang buruk, gangguan proses pikir formal dengan waham yang tersusun baik dan halusinasi yang kompleks, tidak ada riwayat siklik, dan tidak ada riwayat keluarga yang mengalami gangguan afektif, menyokong dugaan suatu skizofrenia.
• Gangguan Skizoafektif : Suatu gangguan psikotik yang memenuhi kriteria skizofrenia, tetapi beberapa saat bertumpang-tindih dengan gejala-gejala mood mayor.
• Gangguan Cemas menyeluruh : Pertama terlihat ansietas yang sangat menonjol. Pasien dengan cemas hendaknya selalu dipertimbangan kemungkinan adanya depresi.
• Alkoholisme dan ketergantungan Zat : Alkoholisme dan depresi sering terlihat bersama-sama (pasien dengan ”diagnosis rangkap”).
• Gangguan Obesif-Kompulsif, Gangguan Kepribadian Ambang dan Histrionik : Apakah terdapat sindrom lengkap?
• Demensia : ”Pseudodepresi” sering terjadi dan sulit membedakannya terutama pada orang tua. Periksa gangguan memori dan disorientasi.
Mania1
• Gangguan Skizofrenia : Pada kasus-kasus akut sulit membedakannya. Periksa riwayat keluarga dan riwayat pribadi pada masa lalu.
• Gangguan Skizoafektif.
• Gangguan Kepribadian Ambang.
KESIMPULAN
Gangguan afektif adalah gangguan dengan gejala utama adanya perubahan suasana perasaan (mood) atau afek, biasanya ke arah depresi dengan atau tanpa ansietas yang menyertainya, atau ke arah elasi (suasana perasaan meningkat).2
Gangguan afektif dibedakan atas Episode tunggal atau multiple, Tingkat keparahan gejala (Mania dengan gejala psikotik, mania tanpa gejala psikotik, hipomania; Depresi ringan, sedang, berat tanpa gejala psikotik, berat dengan gejala psikotik), Dengan atau tanpa gejala somatik.2
Gangguan mood meningkat dengan bertambahnya usia, dan prevalensi pada semua kelompok usia adalah secara drastik lebih tinggi dalam kelompok psikiatrik dibandingkan populasi umum. Dasar umum untuk gangguan ini tidak diketahui. Penyebabnya merupakan interaksi antara faktor biologis, faktor genetik, dan faktor psikososial.2,5
Gangguan ini cenderung memiliki perjalanan penyakit yang panjang dan mengalami kekambuhan. Stresor kehidupan seringkali mendahului episode pertama gangguan mood dibandingkan episode selanjutnya. Prognosis diperkirakan baik bila episode ringan, tidak ada gejala psikotik, dan tinggal di RS dalam waktu singkat.2
DAFTAR PUSTAKA
1. David A. Tomb,M.D. BUKU SAKU PSIKIATRI EDISI 6. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. 2004.
2. Arif Mansjoer,dkk. KAPITA SELEKTA KEDOKTERAN EDISI KETIGA JILID PERTAMA. Penerbit Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta,2001.
3. W.F. Maramis. CATATAN ILMU KEDOKTERAN JIWA. Penerbit Airlangga University Press. Surabaya,2005.
4. MIF Baihaqi,Drs.,M.Si,dkk. PSIKIATRI (KONSEP DASAR dan GANGGUAN-GANGGUAN). Penerbit PT Refika Aditama, Bandung. 2005.
5. Kaplan & Saddock: Concise textbook of Clinical Psychiatry, second edition, Lippincott William & Wilkins, 2004.
6. Rusdi Maslim,dr.,SpKJ. DIAGNOSIS GANGGUAN JIWA, RUJUKAN RINGKAS PPDGJ-III. Penerbit Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya. Jakarta,2001.
7. R. Surya Widya,dr.,SpKJ. GANGGUAN AFEKTIF (SIMPOSIUM SEHARI KESEHATAN JIWA DALAM RANGKA MENYAMBUT HARI KESEHATAN JIWA SEDUNIA). IDI Cabang Jawa barat,2007. Available from: http://www.idijakbar.com/prosiding/gangguan_afektif.htm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar