Ada
kisah-kisah yang ingin diuraikan, yang terjadi pada diri ini hampir sebulan.
Aku tak menduga bahwa ini akan menimpaku. Bukanlah suatu hal yang buruk tapi
bukan juga suatu hal yang baik, persepsi itu menurut aku. Aku berusaha menikmati
apa yang aku alami, apa yang mendera, apa yang aku rasa. Aku berusaha untuk
ikhlas menjalaninya. Aku berusaha untuk tetap bersikap kuat dan tegar. Aku
berusaha untuk mengurangi keluh kesah. Aku berusaha menyimpan itu baik-baik,
menguncinya di dalam hati yang paling ‘Profunda’.
Bermula
dari kelulusan Ayah sebagai ‘MaBa’ di program pasca sarjana (S3). Aku pertama
kali mendengar hal itu, aku antara bahagia dan pikiran ku jauh memikirkan
‘nasib’ aku kelak. Aku sadari bahwa kegelisahanku, seringkali membuat aku
berfikir ‘negatif’. Tapi aku berusaha untuk yakini diri bahwa aku pasti bisa,
bahwa aku akan baik-baik saja. Penguatan yang aku berikan untuk diri aku
sendiri, sedikitnya mengurangi kegelisahan, mereda ketakutan. Aku butuh
penguatan yang orang-orang sekitar aku, aku butuh itu. Aku butuh pengertian
atas diri ini dari mereka.
Hari-hari
yang aku lalui bersama ayah selama di Makassar, buat aku tersadar bahwa
seberapapun aku tidak menyukai sifat,sikap,karakter beliau. Tetap beliau adalah
seorang ayah. Tetap beliau adalah kewajiban aku untuk mengurus kebutuhan
beliau. Dan tetap aku harus bisa menjalani semuanya. Masalah keikhlasan,dimana
aku ikhlas atau tidak. Aku bertawwakkal kepada Allah azza wa jalla. Tapi yang
aku pinta,mohon dariNya adalah terimalah amal aku, aku melakukan apa yang
menjadi kewajibanku atas Ayah aku karena Allah, karena aku ingin berbakti.
Saat
aku menulis ini, mata ku berkaca-kaca. Aku menulis, untuk mengungkapkan apa
yang belum bisa dikatakan oleh lidah. Menulis adalah Pesan dari Hati.
Beratnya
beban dari Hati, ingin aku kikis melalui tulisan. Aku ingin memberikan sedikit
udara untuk hati ini. Biarlah dia hirup dengan bebas, dengan rasa bahagia.
Aku
menyadari bahwa salah satu faktor sakitnya fisik akibat psikis. Karena itu aku
ingin mencegah dengan tulisan.
Ayah
tahun ini berumur 60 tahun, bukanlah usia yang muda lagi. Tapi aku menghargai
dan menghormati semangat beliau dalam menuntut ilmu. Aku memberikan penghargaan
untuk beliau. Dengan niat beliau untuk memberikan motivasi kepada kami,
anak-anaknya. Niat beliau yang sering beliau sampaikan kepada ‘tiap orang’ yang
beliau temui. Mungkin itu udah menjadi salah satu karakter/sifat dari beliau.
Menceritakan hal-hal yang ‘membanggakan’ dari sisi pretisius dalam lingkungan
bersosial,bermasyarakat.
Aku
memaklumi semua yang beliau miliki, sifat-sifatnya,sikap-sikapnya, cara
berbicara, cara berpendapat, cara beliau tertawa, cara beliau makan, cara
beliau mengungkapkan apa yang beliau rasa, cara beliau beribadah, dan lain
sebagainya. Aku hanya berusaha menjadi anak, dan sedikit berusaha jadi seorang
teman untuk beliau. Tapi aku gak tau apakah aku telah berhasil menjadi teman
beliau ? Who Knows ?
Ayah,
salah satu motivator aku. Aku selalu ingin berkata terimakasih dan maaf sama
beliau. Tapi karena momentnya belum pas, jadi aku belum bisa bilang. Kalau
ingin mengungkapkan sesuatu, aku selalu menunggu moment yang pas.Soalnya takut.
Rasa takut itu lebih menguasai diriku.. (Haaaaaaaaaahhh…cape deh >>>
bête kan? Apalagi diriku?)
Aku
selalu menilai seseorang bukan saja dari satu sisi, termasuk Ayah aku. Karena
keyakinan yang membawa aku untuk berfikir, berasumsi demikian. Manusia pasti
ada sisi baiknya, sisi kemanusiaannya. Manusia melakukan keburukan pasti ada
alasannya, pasti ada yang mempengaruhinya.
Tapi
disini aku ingin mengungkapkan kejujuran. *Bismillah, semoga Allah menuntutku
untuk mengikisnya, menghilangkannya yaitu apa yang aku simpan dalam hati.Amin.
Aku takut karena rasa ini, saat ajal menjemput ayah maka itu akan menjadi
penghalang untuk beliau masuk ke liang lahat. Aku mungkin terpengaruh karena
film film ceritanya anak yang belum memaafkan sang ayah, karena perbuatan ayah
terhadap dirinya. Aku beristigfar, dan aku ingin meminta maaf kepada ayah.
Aku
sangat sayang sama papa, aku berusaha untuk tidak mengeluh jika mengurus papa. Walau
capek mendera. Tapi aku juga manusia, aku sangat capek. Aku sekarang coAss di
bagian Forensik. Saat masuk minggu ke-4 aku udah mulai merasa badan aku tak
kuat. Akhirnya selama sepekan aku beristirahat, tapi tetap aku berusaha masak
untuk papa. Seperti biasanya. Aku berusaha untuk tetap mengurus papa. Dan aku
memutuskan untuk keluar dari Forensik.
Aku
belum bisa untuk membagi waktu untuk hal-hal ini, selama ini yang aku fikirkan
hanya coAss. Tapi kalo sudah ada orangTua yang tinggal bersama, yang aku
fikirkan adalah orangTua.
Makanan
untuk ayah adalah makanan khusus secara beliau penderita diabetes kalau ngak
salah dari tahun 1996. Aku berusaha untuk memasak makanan untuk papa sendiri,
gak beli di luar walau secapek apapun. Tapi kadang-kadang ada saja ya sifat
beliau yang bikin bête, sebel, jengkel. Aku gak berusaha mengungkapkan dengan
kata-kata tapi dengan tingkah laku. Namun berusaha disamarkan.
Usaha
aku begitu keras untuk menjaga perasaan orang lain, dibandingkan perasaan aku
sendiri. Tapi kadang-kadang kalau sifat egois aku muncul. Ya gitu egois.. :D
[Bersambung…]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar