Bismillahirrahmanirrahim...
Sebagai
pembuka dari segala aktivitas yang dilakukan oleh manusia. Maka apa yang diperoleh
akan sesuai dengan niat.
Dari Amirul Mu’minin, Abi Hafs Umar bin Al
Khottob radiallahuanhu, dia berkata: Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda :
Sesungguhnya setiap perbuatan1 tergantung niatnya2. Dan
sesungguhnya setiap orang (akan dibalas)berdasarkan apa yang dia niatkan. Siapa
yang hijrahnya3 karena (ingin mendapatkan keridhaan) Allah dan
Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada (keridhaan) Allah dan Rasul-Nya. Dan siapa
yang hijrahnya karena dunia yang dikehendakinya atau karena wanita yang ingin
dinikahinya maka hijrahnya (akan bernilai sebagaimana) yang dia niatkan.
(Riwayat dua imam hadits, Abu Abdullah
Muhammad bin Isma’il bin Ibrahim bin Al Mughirah bin Bardizbah Al Bukhori dan
Abu Al Husain, Muslim bin Al Hajjaj bin Muslim Al Qusyairi An Naishaburi dan
kedua kita Shahihnya yang merupakan kitab yang paling shahih yang pernah
dikarang) .
____________________________________________________________
1. Yang
dimaksud perbuatan disini adalah amal ibadah yang membu-tuhkan niat. Adapun
perbuatan buruk niat baiknya tidak akan merubah buruknya menjadi baik1
2. Niat adalah keinginan dan kehendak hati.1
3. Hijrah
secara bahasa artinya : meninggalkan, sedangkan menurut syariat artinya :
meninggalkan negri kafir menuju negri Islam dengan maksud menyelamatkan
agamanya. Yang dimaksud dalam hadits ini adalah perpindahan dari Mekkah ke
Madinah sebelum Fathu Makkah (Penaklukan kota Mekkah th. 8 H).1
Pelajaran yang terdapat
dalam Hadits / : الفوائد من
الحديث
1
1. Niat
merupakan syarat layak/diterima atau tidaknya amal perbuatan, dan amal ibadah tidak
akan mendatangkan pahala kecuali berdasarkan niat (karena Allah ta’ala).
2. Waktu
pelaksanaan niat dilakukan pada awal ibadah dan tempatnya di hati.
3. Ikhlas
dan membebaskan niat semata-mata karena Allah ta’ala dituntut pada semua amal
shaleh dan ibadah.
4. Seorang
mu’min akan diberi ganjaran pahala berdasarkan kadar niatnya.
5. Semua
pebuatan yang bermanfaat dan mubah (boleh) jika diiringi niat karena mencari keridhoan
Allah maka dia akan bernilai ibadah.
6. Yang
membedakan antara ibadah dan adat (kebiasaan/rutinitas) adalah niat.
7. Hadits
diatas menunjukkan bahwa niat merupakan bagian dari iman karena dia merupakan
pekerjaan hati, dan iman menurut pemahaman Ahli Sunnah Wal Jamaah adalah
membenarkan dalam hati, diucapkan dengan lisan dan diamalkan dengan perbuatan.
Catatan :1
1. Hadits
ini merupakan salah satu dari hadits-hadits yang menjadi inti ajaran Islam.
Imam Ahmad dan Imam syafi’i berkata : Dalam hadits tentang niat ini mencakup
sepertiga ilmu. Sebabnya adalah bahwa perbuatan hamba terdiri dari perbuatan
hati, lisan dan anggota badan, sedangkan niat merupakan salah satu dari
ketiganya. Diriwayatkan dari Imam Syafi’i bahwa dia berkata : Hadits ini
mencakup tujuh puluh bab dalam fiqh. Sejumlah ulama bahkan ada yang berkata :
Hadits ini merupakan sepertiga Islam.
2. Hadits
ini ada sebabnya, yaitu: ada seseorang yang hijrah dari Mekkah ke Madinah dengan
tujuan untuk dapat menikahi seorang wanita yang konon bernama : “Ummu Qais”
bukan untuk mendapatkan keutamaan hijrah. Maka orang itu kemudian dikenal dengan
sebutan “Muhajir Ummi Qais” (Orang yang hijrah karena Ummu Qais).
Segala sesuatu yang dijalani
karena keterpaksaan tidak memberikan hasil yang memaksimal. Karena setengah
hati kita menjalankannya. Akan tetapi, karena untuk kebahagiaan orang-orang
yang kita sayang dan sayang sama kita. Maka kita berusaha untuk menjalani,
melakukan, melaksanakannya dengan semampu yang kita bisa.
Berfikir atau merenunglah,
bahwa mungkin ini takdir Allah pada diri kita. Memang Hidup ini adalah pilihan,
tapi apa yang menurut kita baik bagi kita, belum tentu itu memang baik. Sebaliknya
Baik menurut Allah, itu PASTI baik untuk kita. Karena kita adalah Hamba Allah.
Yang diciptakan oleh Allah swt.
Jadi perbaiki lagi niat,
temukan keikhlasan dalam perjalanannya. Tata hati, kendalikan nafsu dan
jernihkan pikiran.
Semoga takdir Allah selalu
menuntut kita untuk tetap berada pada jalanNya. Aamiin. J
Sumber :
1.
Hadits
40 Imam Nawawi, Edited by Teddy Surya Gunawan and Mira Kartiwi, Dec 2003.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar