Rabu, 21 Juli 2010

Ayah,Ibu Dengarlah Curhat Anakmu…


Paradigma yang telah tertanam dalam masyarakat Indonesia adalah anak yang bungsu selalu dimanja. Namun tidak selamanya paradigma seperti benarnya adanya. Tergantung lingkungan keluarga seperti apa yang menjadi sekolah pertama untuk anak dapat tumbuh dan berkembang. Pendidikan, Pengajaran dan pembelajaran seperti apa yang anak dapat dari kedua orang tuanya.

Aku adalah anak ke-3 dari tiga bersaudara.Istilahnya kerennya anak bontot alias bungsu. Dari kecil memang tak pungkiri aku telah di manja dengan fasilitas dan materi yang orang tua berikan hingga membuat 2 kakakku terkadang cemburu.

Namun aku tak pernah memaksa orang tua harus memberikan seperti itu kepadaku. Jujur terkadang aku pun merasakan senang karena sikap orang tua yang begitu memanjakan aku.
Tapi, memanjakan anak tak selamanya indah. Orang Tua yang bersikap keras. Bersuara keras dan kadang-kadang menggunakan tangan atau alat untuk memukul anak. Itulah yang ku alami sejak kecil.

Karena didikan kakek dan nenek dari ayah ataupun ibu. Sehingga begitu pula yang diterapkan ayah dan ibu dalam kehidupan keluarganya.

Terutama ayah..Tempramen ayah yang kadang suka marah, egois, punya prinsip hidup yang kuat, kadang-kadang ringan tangan dan tak jarang pula mengeluarkan kata-kata kasar dari mulut beliau.

Mungkin sebagai anak, aku dan kakak-kakakku melakukan kesalahan. Tapi ayah juga kalau punya masalah di pekerjaannya. Beliau lampiaskan kepada ibu dan kami, anak-anaknya.

Ayah dan ibu pun sering bertengkar. Itulah yang aku dan kakak-kakakku alami sejak kecil. Hingga dewasapun terkadang seperti itu.

Sikap ayah yang menurut aku “diktator”. Membuat kami tak betah berada dalam rumah. Rumah yang layaknya laksana Surga Dunia tapi terasa neraka bagi kami. Kehidupan kami pun seperti diatur oleh ayah. Hingga kakakku yang perempuan pernah berkata pada ku,”apakah hingga kita nikah pun, diatur oleh ayah dengan siapa kita akan nikah alias dijodohkan?” aku hanya diam terpaku. Aku tak tahu harus bilang apa. Diam-diam aku menangis jika dalam keluarga tidak saling bicara. Kakak yang laki-laki dan kakak yang perempuan terkadang tidak saling bicara. Seperti musuhan. Ibu biasa curhat ama aku. Ibu bilang semua dalam rumah mengharapkan ibu yang kerja di dalam rumah. Padahal semua udah dewasa..Aku sekarang di negeri perantauan. Berjihad menuntut Ilmu. Sedangkan ayah, ibu dan kakak-kakakku di daerah lain.

Semua yang terjadi dalam keluarga, aku keluhkan kepada Allah swt. Betapa susahnya berdakwah dalam keluarga seperti ini. Sampai kapan mereka akan sadar? Dimana keluarga yang sakinah mawaddah warahmah? Sepertinya semua hanya mimpi.

Dalam keluargapun, kita tak pernah shalat berjamaah secara lengkap..Taddarus Al Qur’an pun mungkin tak pernah kita lakukan..Semua seperti punya kesibukkan sendiri-sendiri, dengan dunia yang mereka bangun..Aku memiliki impian yang punya keluarga yang bahagia walau kurang atau susah dalam hal materi. Tapi aku ingin kebahagian bathin. Kita, satu keluarga, saling cinta mencintai karena Allah.

Pernah ada kejadian saat Idul Fitri 2 Tahun lalu, dan masih berbekas dalam ingatan aku. Peristiwa yang bisa aku gambarkan jika mengingatnya adalah dengan membaca Istigfar. Karena seperti sungguh diluar nalar aku sebagai anggota dalam keluarga ini. Atmosfer dalam keluarga aku kacau, selama hampir seminggu tidak ada saling maaf-maafan dalam Idul Fitri antara anak dan orang Tua. Iblis dan antek-antek sepertinya berhasil menguasai keluarga. Aku menangis dan sakit melihat kondisi keluargaku seperti ini. Aku pun dengan support dari ibu, berani meminta maaf duluan sama ayah walau sebenarnya diriku tak salah. Tapi ayah bersikap acuh, uluran tangan sebagai permohonan maaf pun tidak diindahkan. Hingga akhirnya aku kembali ke negeri perantauan, aku pun memberikan sms ayah memohon maaf. Dan Alhamdulillah ayah memaafkan aku. Tapi untuk kakak-kakakku yang lain aku tak tahu.Wallahu Alam.

Astagfirullah..Ya Allah hamba yang hina ini memohon ampun dariMu
Hamba yang dhalim ini memohon hidayah dariMu
Atas dosa-dosa yang ku lakukan baik oleh hati, lisan atau tingkah laku
Hanya Engkau yang mengetahui apa yang dilahirkan dan di dalam setiap hati hambaMu
Jangan biarkan diri ini menjadi hamba dari nafsu syetan.
Iblis laknatullah yang bisa menghancurkan keimanan seseorang karena telah menjadi hamba dari mereka.
Ya Allah..Tuhan semesta alam
Hamba ini berlumur dosa
Dosa hamba bagaikan butir-butir pasir di tepi pantai
Yang mungkin tak bisa hamba hitung baik yang kecil atau besar.
Apakah diri ini pantas masuk surge firdausMu?
Ya Allah, apakah diri akan menjadi penghuni neraka?
Astagfirullah..
Ya Allah, saat ini hamba merasa sangat sedih..
Hamba seperti berada dalam dunia yang sangat gelap
Hamba tak bisa melihat apa yang ada.
Setan telah menggelapkan hati orang-orang yang terbakar dengan nafsu amarah.
Ya Allah, apakah diri ini salah?
Apakah diri ini anak durhaka?
Apakah diri ini menjadi mahluk yang paling hina?
Apakah begitu durhaka kah diri ini?
Ya Allah, hati ini menjerit memanggil AsmaMu
Hati ini mengemis meminta belas kasihMu
Hati ini menengadah wajah dan mengangkat kedua tangan untuk meminta secuil makanan dengan rasa Islam dengan lezatnya keimanan
Ya Allah, airmata ini telah kering.
Sujudku..
Tasbih…
Tahmid…
Takbir…
Do’a…
Semua karena cintaku padaMu
Apakah hamba ini menjadi beban dari keluarga ini?
Apakah hamba bisa menorehkan wajah-wajah keluarga ini sedikit agar apa yang dilakukan karena Orientasi cinta Ilahi?
Ya Allah, sulitnya berdakwa untuk keluarga.
Hamba tak sanggup lagi
Setan telah ada dalam tiap sudut rumah ini.
Sungguh hamba tak sanggup lagi.
Hamba begitu naïf dan munafik
Astagfirullah…Astagfirullah.

(13-10-2007)


Mau bersikap jujur, saling terbuka, percaya dan amanah dalam keluarga ini. Tapi semua gengsi. Tak ada yang mau memulai bilang kata “MAAF”. Sebenarnya ada apa dengan keluarga ini? Aku pun tak tahu. Tapi aku terus berusaha agar keluarga ini menjadi keluarga yang sakinah mawaddah warahmah dengan petunjuk dan pertolongan Allah swt. La Haula wala quwwata Illa billah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar