TRUE STORY
Melihat
dengan Satu Mata
Berawal stase di Ilmu
Kesehatan Mata. Saat aku masih minggu 1, padatnya kegiatan yang harus dijalani
dengan waktu yang singkat hanya 4 minggu. Minggu pertama adalah bagaimana kita
mengenal pemeriksaan visus1, anamnesis2 pada pasien. Hari
senin adalah hari tersibuk di poliklinik mata, dengan jumlah pasien rata-rata
50-70 orang. Sekitar jam 14.00-15.00 WITA, berkurang pasien yang memeriksakan
matanya. Jumlah coass minggu pertama itu sebanyak 11 orang kalo ngak salah, itu udah termasuk aku. Ditambah ada minggu 3 dan minggu 4.
Saat pasien mulai
sedikit, kita yang minggu pertama diskusi dengan residen3 mata. Dan
ada teman yang bertanya, “Dok, kapan kita menggunakan lensa untuk pasien yang
diduga ada astigmatnya4?”
Kemudian residen tersebut menjelaskan, tapi beliau bilang “Bagusnya kalo ada
pasiennya? Siapa disini coass yang ada astigmatnya?”.
Tanpa lama berfikir, aku unjuk tangan “Saya Dok.”. “Berapa silindermu?”, tanya
residen. “Sedikit ji dok, terus beda
yang kiri dan kanan. Kalo kiri 0,5 dan kanan 0,75.”kata ku. “Coba, kita
periksa.” Ucap residen.
Saat aku duduk
dikurni untuk pemeriksaan visus, dan diambil secarik kerta oleh residen.
Kemudian dilipat membentuk segitiga, dan diletakkan pada mata kiri. Framenya
itu masih dengan menggunakan kacamata aku. Kalau untuk pemeriksaan visus, harus
selalu dimulai dengan periksa mata kanan. Saat diminta, untuk membaca huruf di Snellen card5. Jujur, aku gak
bisa baca sama sekali. Hanya bisa melihat warna kuning. Tak bisa melihat garis
yang membentuk huruf, aku kaget. Teman-teman aku juga, dan residen aku juga.
Terus ditanya “Berapa minus mu?” aku bilang “3,5 atau 3,7. Sekitaran itu dok”
Kemudian di ambil frame6 pemeriksaan dan pinhole7. Ternyata tetap gak ada perubahan, aku liat
lubang kecilnya tapi gak bisa baca snellen
card yang berjarak 6 meter dari aku.
Akhirnya residen
menyarankan, coba pemeriksaan koreksi maksimal. Awalnya aku juga diperiksa
menggunakan keratometri8.
Waktu dagu dan dahi aku diletakkan pada posisi pemeriksaan. Aku juga kaget,
ternyata warna yang diliat adalah semuanya biru. Sedangkan mata kiri bisa liat
warna nyata pemandangan tersebut, ada merah, hijau, biru, bisa melihat rumah
dengan jelas.
Diagnosa awal adalah Ambliopia9, tapi aku rasa
bukan. Karena kesibukan aku di minggu pertama, jadinya Aku gak melakukan pemeriksaan koreksi maksimal. Saat minggu dua, aku
ada kesempatan untuk melakukan koreksi maksimal, awalnya mata kanan aku dimidriatil10. Diteteskan obat Cendo Mydriatil11, tapi lupa berapa
persen. Dan diedukasi oleh residen bahwa efeknya akan mengalami silau selama
4-6 jam. Sebelumnya aku ditanya “Kalau pulang ko naik apa dek?”, aku bilang “Pete-pete12
dok”. Setelah menunggu akhirnya pupil aku melebar dan dilakukan pemeriksaan
koreksi maksimal. Namun tetap tidak ada perubahan. Kemudian aku keluhan kalo
penglihatan aku hilang sebagian di atas. Akhirnya dilakukanlah pemeriksaan funduskopi13. Dan ternyata
ada lesi14, pada daerah inferior15. Residen menyarankan
agar aku periksa di dokter spesialis mata di ORBITA16.
Lagi-lagi kesibukan
melanda, karena pengurusan referat dan case report17. Minggu
ke-3,pembacaan case report dan referat coass, hari selasa. Aku dan keempat
teman aku baca sesuai dengan giliran yang telah ditentukan oleh gubernur coass.
Ke-empat teman aku masing-masing case nya adalah Retinopati diabetik18,
ulkus kornea19, toxoplasmosis20, entropion21.
Aku mendapat giliran terakhir, saat itu yang hadir baru pembimbing residen
kami. Dan giliran aku baca case report OS22 Ablasio Retina23,
Pembimbing Supervisor24 kami datang. Aku menjelaskan power point
sebisa dan semampu aku. Soalnya aku berjuang keras juga untuk menyelesaikan
referat dan case report hingga bisa baca hari selasa.
Saat sesi tanya
jawab, dan kami berlima menjawab pertanyaan yang diajukan oleh teman-teman
coass lainnya. Pembimbing supervisor kami menceritakan kisah seorang coass yang
juga stase dimana mengidap penyakit toxoplasmosis. Bagian mata bekerja sama
denga neuro25 menangani coass tersebut, karena toxoplasmosis telah
bermetastase26 ke otak. Dan akhirnya coass tersebut meninggal.
Jujur, aku tiba-tiba kefikiran bahwa itu adalah aku. Aku punya firasat bahwa
aku bakal seperti almarhumah.
Setelah pembacaan
selesai kami kembali ketempat dinas kami masing, aku dan 2 orang teman aku
dinas di ORBITA. Dan sekitar jam 15.00 WITA, aku dan seorang teman tiba di
sana. Masih sepi. Terus aku bertanya sama perawatnya, “kakak, bisa aku daftar
jadi pasien?” soalnya aku kan pake baju coass ^_^. Kakak perawat jawab, “Oia,
bisa dok” sambil tersenyum. Akhirnya aku isi biodata yang diperlukan, dan aku
mendapat nomor urut 15.
Sekitar 16.00 wita,
akhirnya supervisor sekaligus pembimbing supervisor baca aku dan teman-teman
memulai prakteknya. Satu per satu pasien dipanggil, saat status no.15. Dokter
meminta perawat memanggil pasien no.15. Dan aku pun bilang sama dokter “Maaf
dok, pasien itu adalah saya.” Teman aku juga mengiyakan, “Ouh, kamu dek” kata
dokter. Saat dokter membaca visus aku, sebelumnya aku udah melakukan
pemeriksaan visus. Dan VOD27 : 1/60. Dokter pun kaget, dan bertanya
“Sejak kapan penglihatanmu menurun?” aku bilang aku baru sadarnya minggu 1,
selama ini aku pakai kacamata. Jadi gak sadar kalo ada penurunan visus.
“Apa keluhanmu
awalnya?”
“Sakit kepala hingga
kadang tidak bisa membuka mata. Karena kalo buka mata dok, terasa sakit.”
“Pernah kamu lihat
kilatan cahaya?”
“Pernah dok”
“Aduhh nak, kenapa
bisa? Pernah trauma sebelumnya?”
Sambil senyum,
“pernah dok”
“Berapa lama mi itu?”
Sambil mikir, “Sudah
sekitar 2 -3 bulan dok.”
“Aduuuh nak, kalo
begitu. Matamu dimidriatil dulu, terus kita melakukan pemeriksaan funduskopi.
Sama siapa ko pulang?”
Teman aku menawarkan,
agar aku pulang bersama dengan dia. Alhamdulillah teman aku membawa mobil.
Walau mata aku di midriatil, aku tetap coass yang dinas di
ORBITA, jadinya tetap ngikut pemeriksaan
pasien. Setelah beberapa lama, setelah pasien dilakukan insisi28
hordeulum29. Supervisor melihat mata aku, dan sudah melebar sesuai
dengan keinginan beliau. Akhirnya dilihat. Dan detik itu juga.
“Mmmmm....ckckck...
coba lihat ke atas...”pinta beliau. “Aduuh, nak, Ablasio mata kananmu.”
Aku gak bisa berkata hanya bisa tersenyum,
karena juga gak tau mau bilang apa.
Nangis pun gak ada gunanya.
“Minggu ini juga kamu
harus dioperasi. Dimana orangtua mu?”
“Di Ambon dok,”
“Coba telepon
orangtua mu dan minta datang besok.”
“Baik dok”
Teman-teman aku
kaget.”kak, kenapa bisa? Mau ka
menangis liat ki.” Kata salah seorang
temanku. Aku berusaha menenangkan diri, “santai dek, ndak apa-apa ji” kata ku dengan senyum.
Akhirnya aku
menjalani serangkaian pemeriksaan, foto funduskopi dan pemeriksaan laboratorium
lengkap.
Orangtua aku juga
kaget setelah aku telepon, saat itu bulan ramadhan 1433 H. Aku diminta sama
orangtua untuk membicarakan baik-baik dengan dokter kalo bisa pekan depan baru
operasi. Ternyata dokter bilang tidak bisa, karena retina30 aku
berada dalam keadaan jika dibiarkan lebih lama, maka akan susah mengembalikan
seperti semula. Dan bisa menyebabkan kebutaan.
Akhirnya ditengah
perasaan yang tidak tahu harus berbuat apa dan berkata apa. Hanya bisa memohon
pada Allah swt. Orangtuaku menyetujui untuk dilakukan operasi. Operasi
direncanakan pada hari Jum’at di ORBITA. Namun karena supervisor pergi ke
jakarta, dialihkan ke supervisor lainnya yang berada pada subdivisi yang sama.
Namun beliau bilang tidak bisa melakukan operasi hari Jum’at, karena beliau
ingin melihat aku terlebih dahulu. Keadaan retina aku didalam seperti dan
memberikan penjelasan+inform consent31 kepada ayah aku.
Dan diputuskan bahwa
aku siap dioperasi hari Sabtu tanggal 4 Agustus 2012. Dengan berserah diri pada-Nya, berdo’a, menguatkan diri.
Alhamdulillah operasi dilakukan dibulan Ramadhan, dengan Anestesi32
Umum berlangsung selama 4 jam. Aku antara sadar dan tidak berjalan menuju RR33,
kemudian tertidur, dan saat terbangun aku mendengar suara ayah yang berbicara
dengan mama via telepon. Beliau menangis, dan terdengar kumandang Adzan Magrib
saatnya berbuka untuk wilayah makassar.
Postoperasi34
yang harus aku lakukan adalah tengkurap jika tidur, menunduk jika duduk dan
berdiri ataupun berjalan selama 2 pekan lamanya, ditambah dengan tetes obat dan
minum obat. Saat aku menceritakan kepada teman aku tentang kondisi aku dan dia
memberitahukanku satu hadist. Aku lupa gimana kalimat, tapi sebulan yang lalu
aku ke Gramedia membeli buku belajar Sabar, dan aku menemukan hadits tersebut.
Anas bin Malik ra.,
mendengar Rasulullah saw. Bersabda, “Allah berfirman : ‘Apabila Aku menguji (membuat buta) hamba-Ku dengan dua hal yang
dicintainya (dua matanya), kemudian hambaKu bersabar, Aku akan mengganti
keduanya dengan surga’.” (HR.Bukhari dalam Shahih Al-Bukhari. No.5653).
Subhanallah, Allah
Maha Pengasih lagi Maha Penyayang Allah memberikan aku ujian pada mata aku. Aku
bersyukur akan cobaan yang ada, walau terkadang mendapat pertanyaan “Kok,
dokter bisa sakit mata?gimana kalo periksa pasien dengan satu mata?” Tidak
mudah menghadapi persepsi masyarakat seperti itu. Dokter tetaplah seorang
manusia, cobaan yang datang tidak mengenal status, jabatan, ras, harta,
keturunan. Allah memberikan cobaan sebagai teguran, sebagai pembelajaran kepada
hambaNya untuk meningkatkan derajat dan keimanannya kepada Allah.
Aku percaya akan Qada
dan Qadar Allah swt., baik ataupun buruk akan ada hikmahnya. Walau visusku
masih 2/60 dan turun menjadi 1/60 dan ada komplikasi katarak. Tapi tak
menyurutkan niat untuk berbakti kepada orangtua, agama, dan negara dengan
menjadi seorang dokter. Walau tak mudah. Tapi Jika kita yakin kepada Allah swt.
semua akan mudah, InsyaAllah.
Firasat terkadang
membawa kita pada fikiran yang baik bisa juga buruk, tapi semua harus
dikembalikan lagi kepada Allah swt, karena Allah yang memiliki kekuasaan
absolut akan hambaNya. Apa dimiliki hambaNya adalah Amanah Allah swt.
Nikmat mata dan
pahala bagi orang yang sabar ketika buta. Perhatikanlah seseorang yang
kehilangan kemampuannya untuk melihat. Begitu banyak hal yang ia lewat dalam
proses pembelajaran yang Allah ciptakan di dunia ini. Oleh karena itu Allah swt
telah menyediakan baginya pahala di surga kelak, jika ia bersabar dan bersyukur
menghadapi apa yang telah dianugerahkan Allah swt kepadanya. Dengan sifat
kelembutanNya, Allah swt. Telah memberikan kepadanya kemampuan yang lain,
misalnya ketajaman mata hati sehingga ia termasuk orang yang memiliki mata hati
yang kuat.(Khalil ibnu ibrahin Amin, Keajaiban-keajaiban Makhluk Ciptaan
Allah)
Bersabarlah, dan
pupuklah keikhlasan atas apapun yang Allah berikan untuk hamba sekalipun untuk
cobaan yang hebat. Sehingga bermekaran pahala dan kasih sayang Allah terhadap
hambaNya.
Dalam sebaris syair, al-Mutanabbi
mengatakan, Jika kegembiraan kalian
adalah apa yang dikatakan oleh orang yang iri kepada kami. Sungguh luka itu tak akan terasa sakit jika
kalian ridha dengannya. Alangkah indahnya yang telah dikatakan oleh Ahmad
Muharram, Kami telah bersabar atas segala
kesengsaraan yang menimpa, Kesabaran
akan meluluhkan batu, dan keberuntungan itu hanyalah bagi orang yang sabar.(Dr.Abdul
Hamid bin Abdurrahman as-Suhaibani, “Meneladani wanita generasi sahabat”)
Makassar,
10 November 2012
FOOT NOTE :
1.
Visus : tajam
penglihatan
2.
Anamnesis : tehnik
pemeriksaan berupa wawancara medis.
3.
Residen : dokter yang
mengambil spesialis, klo dijas putihnya bordir nama warna merah.
4.
Astigmat : silinder,
dimana adanya kelainan pada kornea
5.
Frame : gagang kacamata
6.
Snellen Card : sederetan
huruf, angka dengan ukuran berbeda & bertingkat, serta disusun dalam baris
mendatar.
7.
Pin Hole : tes yang
dilakukan bila seseorang diragukan apakah buram akibat kelainan refraksi atau
sebab lain. Alatnya bentuk bundar, dengan lubang kecil ditengah.
8.
Keratometri :
pemeriksaan mata yang bertujuan untuk mengukur radius kelengkungan kornea.
9.
Ambliopia : mata malas
yaitu kekaburan atau ketidakjelasan pandangan karena tidak dapat diperbaiki
dengan kacamata atau operasi.
10.
Midriatil : tes yang
dilakukan dengan meneteskan obat tetes untuk melebarkan pupil.
11.
Cendo Midriatil : tetes
mata untuk melebarkan pupil
12.
Pete-pete : angkutan
umum alias angkot
13.
Funduskopi : oftalmoskopi
yaitu pemeriksaan dengan menggunakan alat yang namanya oftalmoskop untuk
dilihat papil saraf mata, pembuluh darah, retina dan daerah sekitarnya.
14.
Lesi : jaringan yang
fungsinya terganggu karena penyakit atau cedera.
15.
Inferior : bawah
16.
ORBITA : Eye center di
daerah Kota Makassar
17.
Case Report : Laporan
kasus
18.
Retinopati Diabetik :
kelainan retina (retinoptai) yang ditemukan pada penderita diabetes melitus
19.
Ulkus kornea :
diskontinuitas jaringan kornea
20.
Toxoplasmosis : infeksi
yang disebabkan oleh parasit toksoplasma gondii yang terbiasa pada hewan
peliharaan.
21.
Entropion : berputarnya
kelopak mata ke dalam sehingga bulu mata bersentuhan dengan bola mata.
22.
OS : Okuli Sinistra
atau mata kiri
23.
Ablasio Retina :
terlepasnya retina dari penopangan yang menutupi permukaan bagian belakang mata
yang disebabkan oleh cedera/trauma pada mata, rabun jauh ekstrem.
24.
Supervisor : dokter
spesialis
25.
Neuro : Saraf
26.
Metastase : penyebaran
27.
VOD : Visus Okuli
Dekstra = tajam penglihatan mata kanan
28.
Insisi : pembedahan
kecil
29.
Hordeolum : peradangan
pada kelopak mata berupa benjolan yang terasa sakit
30.
Retina : Lapisan paling
dalam pada mata yaitu lapisan penerima cahaya.
31.
Inform Consent :
persetujuan
32.
Anestesi Umum : pembiusan
umum
33.
RR = Recovery Room :
ruang pemulihan keadaan pasien setelah operasi
34.
Post Operasi : setelah
operasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar