Kamis, 27 Desember 2012

TRUE STORY : Melihat Dengan Satu Mata


TRUE STORY
Melihat dengan Satu Mata
Berawal stase di Ilmu Kesehatan Mata. Saat aku masih minggu 1, padatnya kegiatan yang harus dijalani dengan waktu yang singkat hanya 4 minggu. Minggu pertama adalah bagaimana kita mengenal pemeriksaan visus1, anamnesis2 pada pasien. Hari senin adalah hari tersibuk di poliklinik mata, dengan jumlah pasien rata-rata 50-70 orang. Sekitar jam 14.00-15.00 WITA, berkurang pasien yang memeriksakan matanya. Jumlah coass minggu pertama itu sebanyak 11 orang kalo ngak salah, itu udah termasuk aku. Ditambah ada minggu 3 dan minggu 4.
Saat pasien mulai sedikit, kita yang minggu pertama diskusi dengan residen3 mata. Dan ada teman yang bertanya, “Dok, kapan kita menggunakan lensa untuk pasien yang diduga ada astigmatnya4?” Kemudian residen tersebut menjelaskan, tapi beliau bilang “Bagusnya kalo ada pasiennya? Siapa disini coass yang ada astigmatnya?”. Tanpa lama berfikir, aku unjuk tangan “Saya Dok.”. “Berapa silindermu?”, tanya residen. “Sedikit ji dok, terus beda yang kiri dan kanan. Kalo kiri 0,5 dan kanan 0,75.”kata ku. “Coba, kita periksa.” Ucap residen.
Saat aku duduk dikurni untuk pemeriksaan visus, dan diambil secarik kerta oleh residen. Kemudian dilipat membentuk segitiga, dan diletakkan pada mata kiri. Framenya itu masih dengan menggunakan kacamata aku. Kalau untuk pemeriksaan visus, harus selalu dimulai dengan periksa mata kanan. Saat diminta, untuk membaca huruf di Snellen card5. Jujur, aku gak bisa baca sama sekali. Hanya bisa melihat warna kuning. Tak bisa melihat garis yang membentuk huruf, aku kaget. Teman-teman aku juga, dan residen aku juga. Terus ditanya “Berapa minus mu?” aku bilang “3,5 atau 3,7. Sekitaran itu dok” Kemudian di ambil frame6 pemeriksaan dan pinhole7. Ternyata tetap gak ada perubahan, aku liat lubang kecilnya tapi gak bisa baca snellen card yang berjarak 6 meter dari aku.
Akhirnya residen menyarankan, coba pemeriksaan koreksi maksimal. Awalnya aku juga diperiksa menggunakan keratometri8. Waktu dagu dan dahi aku diletakkan pada posisi pemeriksaan. Aku juga kaget, ternyata warna yang diliat adalah semuanya biru. Sedangkan mata kiri bisa liat warna nyata pemandangan tersebut, ada merah, hijau, biru, bisa melihat rumah dengan jelas.
Diagnosa awal adalah Ambliopia9, tapi aku rasa bukan. Karena kesibukan aku di minggu pertama, jadinya Aku gak melakukan pemeriksaan koreksi maksimal. Saat minggu dua, aku ada kesempatan untuk melakukan koreksi maksimal, awalnya mata kanan aku dimidriatil10. Diteteskan obat Cendo Mydriatil11, tapi lupa berapa persen. Dan diedukasi oleh residen bahwa efeknya akan mengalami silau selama 4-6 jam. Sebelumnya aku ditanya “Kalau pulang ko naik apa dek?”, aku bilang “Pete-pete12 dok”. Setelah menunggu akhirnya pupil aku melebar dan dilakukan pemeriksaan koreksi maksimal. Namun tetap tidak ada perubahan. Kemudian aku keluhan kalo penglihatan aku hilang sebagian di atas. Akhirnya dilakukanlah pemeriksaan funduskopi13. Dan ternyata ada lesi14, pada daerah inferior15. Residen menyarankan agar aku periksa di dokter spesialis mata di ORBITA16.
Lagi-lagi kesibukan melanda, karena pengurusan referat dan case report17. Minggu ke-3,pembacaan case report dan referat coass, hari selasa. Aku dan keempat teman aku baca sesuai dengan giliran yang telah ditentukan oleh gubernur coass. Ke-empat teman aku masing-masing case nya adalah Retinopati diabetik18, ulkus kornea19, toxoplasmosis20, entropion21. Aku mendapat giliran terakhir, saat itu yang hadir baru pembimbing residen kami. Dan giliran aku baca case report OS22 Ablasio Retina23, Pembimbing Supervisor24 kami datang. Aku menjelaskan power point sebisa dan semampu aku. Soalnya aku berjuang keras juga untuk menyelesaikan referat dan case report hingga bisa baca hari selasa.
Saat sesi tanya jawab, dan kami berlima menjawab pertanyaan yang diajukan oleh teman-teman coass lainnya. Pembimbing supervisor kami menceritakan kisah seorang coass yang juga stase dimana mengidap penyakit toxoplasmosis. Bagian mata bekerja sama denga neuro25 menangani coass tersebut, karena toxoplasmosis telah bermetastase26 ke otak. Dan akhirnya coass tersebut meninggal. Jujur, aku tiba-tiba kefikiran bahwa itu adalah aku. Aku punya firasat bahwa aku bakal seperti almarhumah.
Setelah pembacaan selesai kami kembali ketempat dinas kami masing, aku dan 2 orang teman aku dinas di ORBITA. Dan sekitar jam 15.00 WITA, aku dan seorang teman tiba di sana. Masih sepi. Terus aku bertanya sama perawatnya, “kakak, bisa aku daftar jadi pasien?” soalnya aku kan pake baju coass ^_^. Kakak perawat jawab, “Oia, bisa dok” sambil tersenyum. Akhirnya aku isi biodata yang diperlukan, dan aku mendapat nomor urut 15.
Sekitar 16.00 wita, akhirnya supervisor sekaligus pembimbing supervisor baca aku dan teman-teman memulai prakteknya. Satu per satu pasien dipanggil, saat status no.15. Dokter meminta perawat memanggil pasien no.15. Dan aku pun bilang sama dokter “Maaf dok, pasien itu adalah saya.” Teman aku juga mengiyakan, “Ouh, kamu dek” kata dokter. Saat dokter membaca visus aku, sebelumnya aku udah melakukan pemeriksaan visus. Dan VOD27 : 1/60. Dokter pun kaget, dan bertanya “Sejak kapan penglihatanmu menurun?” aku bilang aku baru sadarnya minggu 1, selama ini aku pakai kacamata. Jadi gak sadar kalo ada penurunan visus.
“Apa keluhanmu awalnya?”
“Sakit kepala hingga kadang tidak bisa membuka mata. Karena kalo buka mata dok, terasa sakit.”
“Pernah kamu lihat kilatan cahaya?”
“Pernah dok”
“Aduhh nak, kenapa bisa? Pernah trauma sebelumnya?”
Sambil senyum, “pernah dok”
“Berapa lama mi itu?”
Sambil mikir, “Sudah sekitar 2 -3 bulan dok.”
“Aduuuh nak, kalo begitu. Matamu dimidriatil dulu, terus kita melakukan pemeriksaan funduskopi. Sama siapa ko pulang?”
Teman aku menawarkan, agar aku pulang bersama dengan dia. Alhamdulillah teman aku membawa mobil.
Walau mata aku di midriatil, aku tetap coass yang dinas di ORBITA, jadinya tetap ngikut pemeriksaan pasien. Setelah beberapa lama, setelah pasien dilakukan insisi28 hordeulum29. Supervisor melihat mata aku, dan sudah melebar sesuai dengan keinginan beliau. Akhirnya dilihat. Dan detik itu juga.
“Mmmmm....ckckck... coba lihat ke atas...”pinta beliau. “Aduuh, nak, Ablasio mata kananmu.”
Aku gak bisa berkata hanya bisa tersenyum, karena juga gak tau mau bilang apa. Nangis pun gak ada gunanya.
“Minggu ini juga kamu harus dioperasi. Dimana orangtua mu?”
“Di Ambon dok,”
“Coba telepon orangtua mu dan minta datang besok.”
“Baik dok”
Teman-teman aku kaget.”kak, kenapa bisa? Mau ka menangis liat ki.” Kata salah seorang temanku. Aku berusaha menenangkan diri, “santai dek, ndak apa-apa ji” kata ku dengan senyum.
Akhirnya aku menjalani serangkaian pemeriksaan, foto funduskopi dan pemeriksaan laboratorium lengkap.
Orangtua aku juga kaget setelah aku telepon, saat itu bulan ramadhan 1433 H. Aku diminta sama orangtua untuk membicarakan baik-baik dengan dokter kalo bisa pekan depan baru operasi. Ternyata dokter bilang tidak bisa, karena retina30 aku berada dalam keadaan jika dibiarkan lebih lama, maka akan susah mengembalikan seperti semula. Dan bisa menyebabkan kebutaan.
Akhirnya ditengah perasaan yang tidak tahu harus berbuat apa dan berkata apa. Hanya bisa memohon pada Allah swt. Orangtuaku menyetujui untuk dilakukan operasi. Operasi direncanakan pada hari Jum’at di ORBITA. Namun karena supervisor pergi ke jakarta, dialihkan ke supervisor lainnya yang berada pada subdivisi yang sama. Namun beliau bilang tidak bisa melakukan operasi hari Jum’at, karena beliau ingin melihat aku terlebih dahulu. Keadaan retina aku didalam seperti dan memberikan penjelasan+inform consent31 kepada ayah aku.
Dan diputuskan bahwa aku siap dioperasi hari Sabtu tanggal 4 Agustus 2012. Dengan berserah diri  pada-Nya, berdo’a, menguatkan diri. Alhamdulillah operasi dilakukan dibulan Ramadhan, dengan Anestesi32 Umum berlangsung selama 4 jam. Aku antara sadar dan tidak berjalan menuju RR33, kemudian tertidur, dan saat terbangun aku mendengar suara ayah yang berbicara dengan mama via telepon. Beliau menangis, dan terdengar kumandang Adzan Magrib saatnya berbuka untuk wilayah makassar.
Postoperasi34 yang harus aku lakukan adalah tengkurap jika tidur, menunduk jika duduk dan berdiri ataupun berjalan selama 2 pekan lamanya, ditambah dengan tetes obat dan minum obat. Saat aku menceritakan kepada teman aku tentang kondisi aku dan dia memberitahukanku satu hadist. Aku lupa gimana kalimat, tapi sebulan yang lalu aku ke Gramedia membeli buku belajar Sabar, dan aku menemukan hadits tersebut.
Anas bin Malik ra., mendengar Rasulullah saw. Bersabda, “Allah berfirman : ‘Apabila Aku menguji (membuat buta) hamba-Ku dengan dua hal yang dicintainya (dua matanya), kemudian hambaKu bersabar, Aku akan mengganti keduanya dengan surga’.” (HR.Bukhari dalam Shahih Al-Bukhari. No.5653).
Subhanallah, Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang Allah memberikan aku ujian pada mata aku. Aku bersyukur akan cobaan yang ada, walau terkadang mendapat pertanyaan “Kok, dokter bisa sakit mata?gimana kalo periksa pasien dengan satu mata?” Tidak mudah menghadapi persepsi masyarakat seperti itu. Dokter tetaplah seorang manusia, cobaan yang datang tidak mengenal status, jabatan, ras, harta, keturunan. Allah memberikan cobaan sebagai teguran, sebagai pembelajaran kepada hambaNya untuk meningkatkan derajat dan keimanannya kepada Allah.
Aku percaya akan Qada dan Qadar Allah swt., baik ataupun buruk akan ada hikmahnya. Walau visusku masih 2/60 dan turun menjadi 1/60 dan ada komplikasi katarak. Tapi tak menyurutkan niat untuk berbakti kepada orangtua, agama, dan negara dengan menjadi seorang dokter. Walau tak mudah. Tapi Jika kita yakin kepada Allah swt. semua akan mudah, InsyaAllah.
Firasat terkadang membawa kita pada fikiran yang baik bisa juga buruk, tapi semua harus dikembalikan lagi kepada Allah swt, karena Allah yang memiliki kekuasaan absolut akan hambaNya. Apa dimiliki hambaNya adalah Amanah Allah swt.
Nikmat mata dan pahala bagi orang yang sabar ketika buta. Perhatikanlah seseorang yang kehilangan kemampuannya untuk melihat. Begitu banyak hal yang ia lewat dalam proses pembelajaran yang Allah ciptakan di dunia ini. Oleh karena itu Allah swt telah menyediakan baginya pahala di surga kelak, jika ia bersabar dan bersyukur menghadapi apa yang telah dianugerahkan Allah swt kepadanya. Dengan sifat kelembutanNya, Allah swt. Telah memberikan kepadanya kemampuan yang lain, misalnya ketajaman mata hati sehingga ia termasuk orang yang memiliki mata hati yang kuat.(Khalil ibnu ibrahin Amin, Keajaiban-keajaiban Makhluk Ciptaan Allah)
Bersabarlah, dan pupuklah keikhlasan atas apapun yang Allah berikan untuk hamba sekalipun untuk cobaan yang hebat. Sehingga bermekaran pahala dan kasih sayang Allah terhadap hambaNya.
Dalam sebaris syair, al-Mutanabbi mengatakan, Jika kegembiraan kalian adalah apa yang dikatakan oleh orang yang iri kepada kami. Sungguh luka itu tak akan terasa sakit jika kalian ridha dengannya. Alangkah indahnya yang telah dikatakan oleh Ahmad Muharram, Kami telah bersabar atas segala kesengsaraan yang menimpa, Kesabaran akan meluluhkan batu, dan keberuntungan itu hanyalah bagi orang yang sabar.(Dr.Abdul Hamid bin Abdurrahman as-Suhaibani, “Meneladani wanita generasi sahabat”)
Makassar, 10 November 2012
FOOT NOTE :
1.      Visus : tajam penglihatan
2.      Anamnesis : tehnik pemeriksaan berupa wawancara medis.
3.      Residen : dokter yang mengambil spesialis, klo dijas putihnya bordir nama warna merah.
4.      Astigmat : silinder, dimana adanya kelainan pada kornea
5.      Frame : gagang kacamata
6.      Snellen Card : sederetan huruf, angka dengan ukuran berbeda & bertingkat, serta disusun dalam baris mendatar.
7.      Pin Hole : tes yang dilakukan bila seseorang diragukan apakah buram akibat kelainan refraksi atau sebab lain. Alatnya bentuk bundar, dengan lubang kecil ditengah.
8.      Keratometri : pemeriksaan mata yang bertujuan untuk mengukur radius kelengkungan kornea.
9.      Ambliopia : mata malas yaitu kekaburan atau ketidakjelasan pandangan karena tidak dapat diperbaiki dengan kacamata atau operasi.
10.  Midriatil : tes yang dilakukan dengan meneteskan obat tetes untuk melebarkan pupil.
11.  Cendo Midriatil : tetes mata untuk melebarkan pupil
12.  Pete-pete : angkutan umum alias angkot
13.  Funduskopi : oftalmoskopi yaitu pemeriksaan dengan menggunakan alat yang namanya oftalmoskop untuk dilihat papil saraf mata, pembuluh darah, retina dan daerah sekitarnya.
14.  Lesi : jaringan yang fungsinya terganggu karena penyakit atau cedera.
15.  Inferior : bawah
16.  ORBITA : Eye center di daerah Kota Makassar
17.  Case Report : Laporan kasus
18.  Retinopati Diabetik : kelainan retina (retinoptai) yang ditemukan pada penderita diabetes melitus
19.  Ulkus kornea : diskontinuitas jaringan kornea
20.  Toxoplasmosis : infeksi yang disebabkan oleh parasit toksoplasma gondii yang terbiasa pada hewan peliharaan.
21.  Entropion : berputarnya kelopak mata ke dalam sehingga bulu mata bersentuhan dengan bola mata.
22.  OS : Okuli Sinistra atau mata kiri
23.  Ablasio Retina : terlepasnya retina dari penopangan yang menutupi permukaan bagian belakang mata yang disebabkan oleh cedera/trauma pada mata, rabun jauh ekstrem.
24.  Supervisor : dokter spesialis
25.  Neuro : Saraf
26.  Metastase : penyebaran
27.  VOD : Visus Okuli Dekstra = tajam penglihatan mata kanan
28.  Insisi : pembedahan kecil
29.  Hordeolum : peradangan pada kelopak mata berupa benjolan yang terasa sakit
30.  Retina : Lapisan paling dalam pada mata yaitu lapisan penerima cahaya.
31.  Inform Consent : persetujuan
32.  Anestesi Umum : pembiusan umum
33.  RR = Recovery Room : ruang pemulihan keadaan pasien setelah operasi
34.  Post Operasi : setelah operasi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar