TERAPI
SEL PADA OPERASI LUKA BAKAR
Abstrak
Penggantian
kulit telah menjadi bagian yang menantang dalam penyembuhan luka
bakar. Penerapan laboratorium
berbasis teknik ekspansi jaringan adalah solusi potensial terhadap masalah
penutupan pada area permukaan kulit.
Untungnya, kemajuan telah dibuat melalui pendekatan transplantasi allograft dan autograft untuk
menggantikan kulit secara sementara
ataupun permanen. Meskipun begitu dalam
progressnya, perkembangan pengobatan baru
untuk korban luka bakar masih
menjadi masalah pada skin grafts. Folikel rambut, kelenjar keringat dan bagian kulit normal lainnya tidak terdapat pada kulit yang dicangkok. Para ilmuwan
percaya bahwa stem cell dengan karakteristik unik termasuk pembaharuan diri (self renewal)
dan diferensiasi mungkin memiliki
potensi sebagai jalan untuk melakukan rekonstruksi pada beberapa struktur di dalam luka. Jadi, peningkatan pemahaman tentang stem cell secara potensial dapat membantu
pengembangan terapi baru untuk
mengatasi masalah dalam penyembuhan luka.
Kata
kunci
: Luka Bakar, Terapi Sel, Transplantasi Kulit, Stem Cell
Pendahuluan
Luka bakar
merupakan salah satu bentuk trauma yang
paling sering. Pasien-pasien dengan cedera termal yang serius dengan segera
memerlukan perawatan khusus untuk meminimalisir morbiditas dan mortalitas. Sebuah laporan dari National Center for Injury Prevention and Control
di Amerika Serikat menunjukkan sekitar 1,2 juta orang terkena cedera luka bakar. Kasus luka bakar di Iran, seperti negara-negara berkembang lainnya, jauh lebih sering daripada di USA. Selain
itu, rata-rata usia pasien
Iran adalah lebih muda daripada yang
lain, dan tingkat mortalitasnya lebih
tinggi. Pada studi epidemiologi di
Tokyo, tingkat mortalitas secara keseluruhan adalah
15,4%, sedangkan di Shiraz pada tingkat ini adalah 32%.
Pilihan antara
perbaikan jaringan atau metode
penggantian karena kehilangan kulit baik akut maupun
kronis membutuhkan informasi tentang tingkat keparahan
dari luka bakar, termasuk usia pasien, ukuran dan kedalaman luka bakar, dan
lokasi luka bakar. Luka bakar dibagi menurut kedalamannya, meliputi derajat
satu, dua, tiga yang terkadang dikenal sebagai superfisial, partial-thickness, atau full-thickness, secara
berturut-turut.
Luka bakar derajat satu (superfisial)
melibatkan kerusakan jaringan minimal dan melibatkan lapisan kulit superfisial
saja (epidermis). Tipe ini biasanya sembuh dalam 5-6 hari tanpa skar permanen.
Luka derajat dua (partial-thickness) mempengaruhi epidermis dan dermis sehingga
menyebabkan kemerahan, nyeri, bengkak dan lepuh. Tipe ini biasanya sembuh dalam
3-4 minggu, dan pembentukan skar mungkin terjadi. Luka bakar derajat tiga
(full-thickness) mempengaruhi epidermis, dermis, dan hipodermis; menyebabkan
luka hangus di kulit, atau putih translusen akibat koagulasi pembuluh darah
yang terlihat di bawah permukaan kulit. Tipe ini dapat sangat nyeri atau
relatif tidak nyeri jika luka bakar sudah merusak ujung saraf. Luka bakar ini
kritis dan segera memerlukan perhatian medis.
Hilangnya kulit fungsional sebagai barrier dapat meningkatkan kerentanan terjadinya
infeksi yang merupakan penyebab mayor dari morbiditas dan mortalitas luka
bakar. Kulit adalah organ terbesar tubuh. Struktur kulit telah didesain
fungsinya sebagai lini pertama pertahanan tubuh dalam melawan organisme dan
benda asing. Kulit mempunyai sistem imun spesifik dan fungsi metabolik dan
penting dalam meregulasi suhu tubuh, cairan dan elektrolit. Kulit mengandung
tiga lapisan utama, yaitu epidermis, dermis, hipodermis atau lemak subkutan.
Lapisan barrier epidermis
ini relatif tipis (kedalaman 0,1-0,2
mm) dan sel-sel yang
paling banyak di epidermis adalah
keratinosit yang membentuk permukaan lapisan barrier. Dermis bervariasi ketebalannya tergantung lokasinya
dalam tubuh, tersusun oleh kolagen I,
inklusi dermal dari folikel rambut, dan kelenjar keringat; yang dilapisi oleh keratinosit
epidermal. Fibroblast membentuk lapisan kulit lebih bawah dan memberikan
kekuatan dan kelenturan.
Sejumlah pendekatan
yang diambil untuk operasi luka bakar,
salah satu caranya adalah cangkok kulit
(skin graft). Keuntungan
dari graft yang diambil untuk penyembuhan
luka meliputi barrier langsung terhadap invasi mikroorganisme dan sintesis jaringan baru yang minimal yang diperlukan
untuk menutupi defek. Pengambilan
cangkok kulit membutuhkan sintesis jaringan baru yang minimal. Pendekatan lain adalah dengan mengembangkan pengganti kulit seperti matriks aseluler
kompleks yang akan memandu migrasi fibroblast
menjadi pola dermal-like.
Cara lain adalah memperluas sepotong kecil epidermis menjadi lapisan sel epidermal-autolog yang
viabel melalui kultur jaringan. Metode baru adalah
mengembangkan suatu ekuivalen kulit yang terdiri dari
kolagen matriks yang diisi dengan fibroblast yang viabel dan lapisan ekuivalen dermal yang ditutupi dengan keratinosit viabel (lapisan epidermis).
Ekuivalen kulit ini memiliki komponen
jaringan ikat dan sel-sel viabel. Namun, metode untuk menangani luka bakar telah berubah dalam beberapa dekade terakhir seperti: transplantasi, rekayasa jaringan dan sekarang, dengan terapi stem cell. Akan tetapi, kemudian
pertanyaan muncul yaitu terkait dengan jenis sel yang optimal untuk kultur, teknik kultur, transplantasi lembaran sel yang konfluen atau nonkonfluen, pengambilan akhir langsung, modalitas carrier dan transfer, sebagaimana hasil
akhirnya, kemampuan untuk menghasilkan epitel setelah transplantasi, dan kualitas skar masih belum sepenuhnya dijawab. Dalam ulasan artikel ini, kita akan menyebutkan terapi sel saat ini dan menjanjikan untuk operasi luka bakar.
Cangkok kulit (Skin grafts)
Ada
berbagai skin graft, beberapa diantaranya untuk menutupi
secara sementara dan yang lainnya
untuk menutupi luka secara permanen.
Allogenic
skin graft (Temporary Wound Covering/Penutup Luka Sementara)
Pengganti
kulit allogenik
atau alloplastik adalah solusi sementara yang diperlukan sampai penutup
definitif tercapai. Penggunaan klinis dari allograft kulit di era modern dipopulerkan
oleh James Barrett Brown, yang menggambarkan penggunaannya pada tahun 1942. Pencangkokan
kulit, yang terdiri dari eksisi atau operasi pengangkatan jaringan luka bakar;
memilih lokasi donor atau area kulit yang sehat untuk digunakan sebagai penutup
untuk area yang terbakar; dan pemanenan (harvesting),
dimana graft akan diambil dari lokasi donor dengan menggunakan alat dermatom
untuk mengambil sepotong kulit, sekitar ketebalan 10/1000 inchi, dari area yang
tidak terbakar. Terakhir, ahli bedah akan menempatkan dan mengamankan graft
kulit di atas luka pembedahan yang sudah dibersihkan sehingga dapat sembuh.
Untuk membantu penyembuhan dan mengamankan area graft, area graft tidak
bergerak selama lima hari setelah operasi (periode imobilisasi). Selama periode
imobilisasi ini, pembuluh darah mulai tumbuh dari jaringan ke dalam kulit
donor, mengikat dua lapisan tersebut bersama-sama. Lima hari setelah
pencangkokan, program terapi latihan, mandi, dan kegiatan normal sehari-hari
lainnya dapat dilanjutkan. Allogenik skin graft dapat benar-benar diintegrasikan
ke dalam penyembuhan luka dan merupakan waktu yang kritis pada tahap pengobatan
awal luka bakar.
Namun,
kebutuhan untuk sebagai penutup kulit pada situasi area donor yang tidak
adekuat dapat menyebabkan unsur kultur dari kulit allograft yang tidak terluka,
dimana ini mempengaruhi percepatan penyembuhan luka. Tampaknya, penyembuhan
luka oleh allografts epidermal yang dicangkok, berkontribusi pada adanya sitokin
dalam epidermis yang dicangkok, misalnya TGF-α, IL-1α, IL-1β, IL-6, IL-8, GMCSF
dan faktor pertumbuhan sel T yang berasal dari keratinosit, dimana mereka bisa
merekonstruksi area yang rusak menjadi lebih cepat. Namun, allografts pada
akhirnya akan memprovokasi reaksi penolakan melalui ekspresi imunologi HLA-DR
antigen oleh sel Langerhans. Dokter telah merespon masalah penolakan ini dengan
meningkatkan penggunaan terapi imunosupresif, tetapi konsekuensinya yang
berbahaya telah membatasi aplikasi klinis dari pendekatan ini. Keterbatasan
lain dalam penerapan allograft kulit yang tidak dikultur (uncultured skin allograft) adalah untuk anak-anak. Perawatan luka
bakar pada anak-anak dibandingkan orang dewasa berhubungan dengan beberapa
kesulitan, misalnya terbatasnya penggantian kulit yang tersedia, ekspansi area
donor, peningkatan hipertrofi skar setelahnya dan kontraktur akibat pertumbuhan
fisik mereka. Target utama dalam pengobatan luka bakar pada anak adalah (i)
penutupan awal luka, (ii) meminimalisir ukuran bekas luka, dan (iii)
meminimalisir area donor. Yanaga et.al telah menerapkan cryopreserved cultured epidermal allografts untuk pediatri (Gambar
1).
Autogenic
skin graft (Permanent Wound Covering/Penutupan Luka Permanen)
Mereka percaya
bahwa cryopreserved cultured epidermal
allografts memiliki beberapa keunggulan: (i) penyimpanannya dibekukan, dan dapat digunakan kapan saja bila diperlukan, (ii) menghasilkan penutupan
awal luka, (iii) dapat
diterapkan berulang-ulang, dan (iv)
donor tidak diperlukan, tetapi merugikan karena adalah ia tidak
diambil secara permanen. Autograft
adalah kulit yang diambil dari individu yang memiliki luka bakar,
yang digunakan untuk menutupi luka secara permanen. Ada
dua jenis uncultured autograft (autograft yang tidak dikultur) yang digunakan untuk menutupi luka secara permanen: sheet grafts dan meshed grafts. Perlu
dicatat bahwa uncultured autograft hanya dapat digunakan untuk
area luka bakar yang terbatas dan
untuk luka bakar luas, cultured autograft (autograft yang
dikultur) mungkin dibutuhkan.
Uncultured
skin autograft (autograft kulit tidak dikultur)
Sheet
Graft
Sheet Graft adalah potongan kulit donor, yang
diambil dari area tubuh yang tidak terbakar, suatu proses yang disebut “memanen
donor”. Ukuran dari kulit donor yang digunakan untuk menambal area yang
terbakar adalah dengan ukuran yang sama dengan ukuran luka bakar. Lembar donor
(donor sheet) di letakkan di atas luka yang telah dipotong dan distaple
(dijepret/dikokohkan) pada tempat tersebut. Kelemahan sheet grafts ini dimana
area kecil dari graft mungkin hilang akibat adanya cairan (hematoma) tepat di bawah
lembaran tersebut setelah operasi. Sheet grafts juga membutuhkan area donor yang
lebih besar daripada teknik meshed graft. Sebuah
sheet graft biasanya bertahan dan bekas lukanya akan kurang.
Meshed
skin graft
Sulit
untuk menutupi bila area luka yang terbuka sangat besar dikarenakan
area donor yang sehat tidak cukup tersedia. Jadi, perlu melebarkan
kulit donor untuk menutupi area
permukaan tubuh yang lebih besar.
Meshing berarti memperbesar
atau memperluas kulit donor.
Meshing berarti membuat kulit donor melalui mesin yakni
membuat celah kecil, yang memungkinkan ekspansi yang mirip dengan jaring ikan. Dalam meshed skin graft, kulit dari area donor meregang untuk memungkinkan mencakup area yang lebih
besar dari dirinya. Kebanyakan
kulit donor disatukan dengan rasio 1:1 atau 1:2
karena semakin besar ukuran mesh maka semakin rapuh graftnya. Tidak masalah berapapun ukuran meshing
yang digunakan, penyembuhan terlihat sebagai adanya ruang di antara mesh tersebut, yang disebut intricities,
yang kemudian diisi dengan pertumbuhan
epitel kulit yang baru. Kelemahan meshing adalah graftnya kurang tahan lama dibandingkan
sheet graft. Meshing berperan dalam dua
hal: memungkinkan darah dan cairan tubuh lewat dari
bawah skin grafts, mencegah hilangnya
graft, dan memungkinkan kulit donor untuk menutupi area
luka bakar yang lebih besar karena diperlebar.
Cultured
skin autograft (autograft kulit yang dikultur)
Namun, pada
luka bakar yang besar, area donor kulit yang tersedia untuk autografting
mungkin sangat terbatas. Ini telah mendorong pengembangan metode alternatif
seperti autologous
cultured skin graft (cangkok kulit dikultur autolog)
and allograft skin substitutes
(pengganti kulit allograft) sebagaimana yang telah disebutkan
sebelumnya. Dua teknik utama dalam autogenous graft untuk pengobatan luka bakar
meliputi "cultured epithelial autografts; CEA" dan "cell suspension".
Cell
cultured epithelial autograft (CEA)
Pada
tahun 1975, Reinwald dan Green menunjukkan bahwa sel-sel yang terpisah (Gambar
2) dapat diisolasi dan secara serial di sub-kultur in vitro (ditunjukkan pada
Gambar 3). Tak lama setelah itu, lembaran epitel yang viabel, yang sesuai untuk
grafting kemudian dihasilkan. Pada tahun 1981, laporan kasus klinis yang menggambarkan
penggunaan keratinosit yang dikultur sebagai autografts permanen dalam
penanganan luka bakar telah diterbitkan. Lembaran yang telah dikultur dari
epitel autolog manusia (CEA = cultured epithelial autografts) masih merupakan
"gold standard " untuk
menutupi luka besar. Jadi, cultured
epidermal sheet autografts menjadi tersedia untuk melengkapi cangkok kulit
autolog dalam mengobati luka bakar mayor atau luka besar lainnya. Meskipun
memerlukan keterampilan laboratorium yang lebih banyak dalam menghasilkan graft
konfluent dari keratinosit, epidermal sheet grafts memiliki beberapa
kekurangan. Pertama, memanen lembaran sel dari cawan kultur melalui perlakuan
tripsin bisa merusak protein penahan dari sel-sel tersebut. Ini bisa menjadi
salah satu alasan dari ketidakstabilan mekanik dari epidermal sheet grafts dan
pemulihan dermal-epidermal yang tidak adekuat akan menurunkan rasio uptake
cangkokan untuk waktu yang lama setelah transplantasi. Kedua, epidermal sheet
grafts biasanya memerlukan periode fabrikasi yang panjang. Ketiga, cultured epidermal
sheet grafts terdiri dari keratinosit yang berdeferensiasi yang mungkin tidak
menunjukkan proliferasi lebih lanjut dari keratinosit setelah transplantasi.
Keempat, epidermal sheets hanya 8-10 sel tebalnya, yang membuat mereka rapuh
dan sulit untuk ditangani dan memiliki biaya yang tinggi dari produksi. Pemahaman
tentang kekurangan ini telah menghasilkan perkembangan progresif dari teknik
kultur kulit dan penggunaannya meningkat pada suspensi sel keratinosit tunggal
yang ditransplantasikan, dan bukan sheet grafts.
Cell
suspensions (Suspensi sel)
Hasil
klinis yang mengejutkan dengan menggunakan teknik "epithelial cell
seeding" telah diterbitkan oleh von Mangoldt pada tahun 1895 untuk
mengobati luka kronis dan kavitas luka. Dalam deskripsi aslinya, ia memanen
sel-sel epitel atau kelompok sel dengan cara mengambil epitel superfisial dari
lengan bawah pasien dengan pisau bedah sampai fibrin keluar dari luka. Campuran
ini kemudian digunakan untuk luka. Dia mengklaim morbiditas area donor
berkurang dan aspek yang lebih teratur dari luka yang muncul kembali bila
dibandingkan dengan metode Reverdin, yang merupakan metode umum pada waktu itu.
Salah satu pengamatan utamanya adalah fakta bahwa sel tunggal atau sel cluster
akan lebih menempel pada dasar luka daripada potongan konvensional kulit.
Satu
masalah yang terkait dengan pipetting (mempipet) keratinosit dalam suspensi
adalah untuk mencegah tumpahnya sel dari luka. Fraulin et al., pada tahun 1998,
telah menggambarkan sebuah teknik baru dimana mereka menggunakan perangkat
aerosol untuk menyemprot sel epitel di atas luka pada babi. Mereka mencatat
bahwa re-epithelialisasi, pertumbuhan kembali jaringan epitel di atas
permukaan, adalah lebih cepat daripada kelompok kontrol yang tidak disemprot.
Keuntungan lebih lanjut dari transplantasi suspensi adalah waktu yang kurang
yang dibutuhkan untuk kultur dan fakta bahwa keratinosit yang disuspensi dapat
diangkut dari laboratorium kepada pasien pada vial kecil, sehingga mengurangi biaya
yang terlibat dan teknik penyimpanan beku dalam klinik untuk transplantasi.
Karena sel-sel tersebut, dalam kultur dan transplantasi, adalah sebagai suatu
suspensi dan bukan suatu lembaran; penggunaan enzim seperti, dispasel dapat
dihindari. Navarro dkk. telah mengembangkan teknik ini dengan menggabungkannya
dengan teknik meshed split thickness skin
grafts. Mereka melaporkan penyembuhan lebih cepat dan kualitas yang lebih
baik dari sel ketika mereka disemprot.
Sebuah
studi komparatif in vitro telah dilakukan oleh Fredriksson dan lainnya, yang
mempertimbangkan teknik aplikasi yang sering digunakan. Meskipun, belum dibandingkan
secara in vivo dengan kondisi in vitro, hal itu memberikan informasi berharga
tentang langkah-langkah yang berbeda dalam transplantasi keratinosit autolog
sebagai suatu suspensi sel tunggal. Ada harapan bahwa, dengan adanya penelitian
lebih lanjut, kemajuan di bidang ini akan mengarah pada pengembangan suatu
peralatan yang cukup murah dan mudah dioperasikan.
Namun,
pendekatan alternatif untuk memfasilitasi penghantaran keratinosit dalam
suspensi adalah menggunakan matriks material seperti lem fibrin untuk melekatkan
sel-sel.
Membrane
delivery systems (Sistem penghantaran
Membran)
Untuk
mentransfer keratinosit prekonfluen kepada sebuah luka, sistem penghantaran
diperlukan. Berbagai metode telah telah dijelaskan. Sel dapat tumbuh dalam
wadah kultur, ditripsinisasi, dan diterapkan secara langsung dalam
suspensi atau ditumbuhkan secara langsung ke dalam membran penghantaran yang
kemudian di angkat dari cawan, diinversikan, dan diterapkan pada luka.
Sejumlah
sistem penghantaran yang berdasar pada jaringan biologis termasuk kolagen I, Fibrin Glue, konsentrat protein plasma
manusia yang mengandung fibrinogen, faktor XIII, dan fibronektin yang telah
mengalami inaktivasi virus, Hyaluronic
Acid, Acellular Porcine Dermis
atau berdasar pada polimer sintetis seperti Polyurethane, Polymeric Film,
Teflon® Film, Poly (hydroxyethyl Methacrylate),
Celltran, Spherical Microcarriers telah dikembangkan.
Sistem penghantaran
membran memiliki keuntungan dalam penanganan yang mudah dan memastikan kontak
sel dengan luka. Kerugian potensialnya adalah bahwa proporsi keratinosit
mungkin tidak melekat ke membran, dan dari mereka yang melekat, tidak semua
akan ditransfer ke luka. Ketidakefisiensi ini perlu dinilai untuk setiap metode
penghantaran. Namun, sulit untuk membandingkan efikasi dari sistem penghantaran
karena variasi pada densitas pembenihan keratinosit yang digunakan dan jenis
luka yang diteliti.
Selain itu,
metode penghantaran ini hanyalah mentransfer keratinosit dan hanya sebagai
penutup luka pada luka bakar full-thickness.
Hal ini secara luas telah dihargai dengan penambahan pengganti dermal pada luka
seperti ini adalah penting untuk penyembuhan luka yang stabil. Sehingga mungkin
memerlukan transplantasi fibroblast untuk meningkatkan penyembuhan lebih lanjut
dan meningkatkan sifat mekanik graft. Peranan penghantaran keratinosit prekonfluen
dalam hubungannya dengan metode penghantaran dermal harus juga dinilai.
Pada saat
ini, prinsip-prinsip ilmiah dan pendekatan praktis untuk mengganti kulit secara
sementara atau secara permanen sedang maju. Namun, telah ada kemajuan untuk
mengoptimalkan kinerja pengganti kulit melalui prosedur teknik jaringan.
Rekayasa
Jaringan Kulit
Kulit memang
merupakan struktur kompleks yang menggabungkan perpaduan dari beberapa jenis
sel yang berbeda, terintegrasi dalam matriks tiga dimensi yang mengandung unsur
fibrillar dan nonfibrillar. Untuk mensintesis kompleks struktur seperti ini
melalui identifikasi bagian komponen dan menempatkan mereka bersama-sama adalah
tidak praktis dan tidak realistis. Namun, harus diamati bahwa strategi
integratif ini menjadi salah satu yang utama yang digunakan dalam rekayasa
jaringan kulit.
Tiga faktor
harus dipertimbangkan dalam pengembangan bahan rekayasa jaringan: keselamatan
pasien, efikasi klinis dan kenyamanan penggunaan. Setiap unsur sel yang
dikultur membawa risiko penularan infeksi virus atau bakteri, dan beberapa
materi pendukung dari hewan (seperti kolagen sapi dan murine feeder cells) juga
mungkin memiliki risiko penyakit. Harus ada bukti yang jelas bahwa unsur
jaringan yang direkayasa memberikan manfaat kepada pasien. Karakteristik
penting adalah bahwa ia akan sembuh dengan baik dan memiliki sifat fisik kulit
normal. Untuk mencapai penyembuhan yang efektif, produk dari jaringan yang
direkayasa harus melekat baik pada tempat luka, yang didukung oleh tumbuhnya
pembuluh darah baru, bukan ditolak oleh sistem imun dan mampu memperbaiki diri
sepanjang hidup pasien.
Kebanyakan
kulit dari jaringan yang direkayasa dibuat dengan memperluas sel-sel kulit di
laboratorium (pada tingkat yang jauh lebih besar daripada luka yang dicapai
pada pasien) dan digunakan untuk memulihkan fungsi barrier (tujuan utama untuk
pasien-pasien luka bakar) atau untuk menginisiasi penyembuhan luka (untuk ulkus
kronik). Saat ini, tersedia atau dipasarkan secara komersial matriks dan produk
pengganti kulit dari jaringan yang direkayasa yang ditunjukkan pada Tabel 1.
Ada produk yang mengganti lapisan epidermis saja, ada yang menyediakan suatu
pengganti dermal, dan ada juga sejumlah kecil yang menyediakan keduanya. Dalam
beberapa kondisi klinis (seperti ulkus kronik dan luka bakar superfisial),
mentransfer sel yang diperluas dapat bermanfaat bagi pasien, namun pengobatan utama
luka bakar full-thickness memerlukan
penggantian dermis dan epidermis. Ada empat tantangan utama di bidang ini:
meningkatkan keselamatan, menemukan pengganti split-thickness
grafts, meningkatkan angiogenesis dalam penggantian jaringan setelah dicangkokkan
pada luka, dan meningkatkan kemudahan penggunaan. Gambar 4 menunjukkan konsep 'biologis' sebagai lawan
dari konsep 'rekayasa' dari struktur kulit.
Meskipun
kemajuan telah dibuat dalam mengembangkan pengobatan baru untuk pasien luka
bakar, termasuk pencangkokan kulit dan teknologi kulit buatan, cultured skin grafts
ini tidak
memiliki folikel rambut, kelenjar keringat dan tampilan lainnya kulit normal.
Hasilnya adalah kulit tipis, tidak fleksibel (yang menghambat mobilitas sendi),
dan kulit yang secara dramatis berbeda dari kulit yang sehat. Sebuah alternatif
yang menjanjikan untuk teknik ini adalah terapi stem cell. Para ilmuwan percaya
bahwa hasil penelitian stem cell akan membantu mengidentifikasi sel-sel yang
bertanggung jawab dalam berdiferensiasi ke dalam berbagai elemen yang terdiri
dari dermis, dan akhirnya menghasilkan kulit yang akan membantu pasien sembuh lebih
cepat dengan jaringan parut yang kurang dan lebih fleksibel, dan bahkan
menghasilkan kulit yang benar-benar cocok dengan seluruh tubuh.
Strategi
Stem Cell pada Penanganan Luka Bakar
Stem cell ditandai
dengan kapasitas pembaharuan diri yang berkepanjangan
dan replikasi asimetris mereka (Gambar 5). Replikasi asimetris menjelaskan properti khusus milik stem cell: dengan setiap pembelahan sel, salah satu sel mempertahankan kapasitas memperbaharui diri, sedangkan yang lainnya memasuki jalur diferensiasi dan bergabung dengan populasi yang tidak membelah. Stem cell pertama kali diidentifikasi sebagai sel pluripotential pada embrio, dan ini adalah disebut sel embryonic stem (ES) yang ditentukan oleh asal mereka (massa inner cell dari blastokist). Sekarang jelas bahwa stem cell juga hadir dalam banyak jaringan pada hewan dewasa dan berkontribusi pada pemeliharaan pembaharuan jaringan dan homeostasis. Saat ini, tantangannya adalah menentukan sumber yang optimal; pengolahan, metode penerapan stem cell, dan mendefinisikan peran mereka.
dan replikasi asimetris mereka (Gambar 5). Replikasi asimetris menjelaskan properti khusus milik stem cell: dengan setiap pembelahan sel, salah satu sel mempertahankan kapasitas memperbaharui diri, sedangkan yang lainnya memasuki jalur diferensiasi dan bergabung dengan populasi yang tidak membelah. Stem cell pertama kali diidentifikasi sebagai sel pluripotential pada embrio, dan ini adalah disebut sel embryonic stem (ES) yang ditentukan oleh asal mereka (massa inner cell dari blastokist). Sekarang jelas bahwa stem cell juga hadir dalam banyak jaringan pada hewan dewasa dan berkontribusi pada pemeliharaan pembaharuan jaringan dan homeostasis. Saat ini, tantangannya adalah menentukan sumber yang optimal; pengolahan, metode penerapan stem cell, dan mendefinisikan peran mereka.
Telah
dikenal selama beberapa dekade bahwa epidermis kulit mengandung subpopulasi
sel-sel basal yang menunjukkan sifat yang diharapkan dari stem cell somatik: siklus
sel yang lambat, potensi proliferatif tinggi, kapasitas untuk mempertahankan
dan memperbaiki jaringan di mana mereka berada, dan rentang hidup yang panjang
(Gambar 6). Perlahan-lahan, stem cell epidermis telah diidentifikasi oleh
retensi nuklir jangka panjang dari label tritiated thymidine or bromodeoxyuridine. Stem cell
yang tak berdiferensiasi ini telah terbukti berada di daerah tonjolan folikel
rambut dan dalam lapisan basal interfollicular dari epidermis. Mereka
memperbarui diri dan mampu menghasilkan anak sel dalam jumlah terbatas dari pembelahan
sel sebelum mereka berdiferensiasi dan meninggalkan kompartemen basal
proliferatif, properti yang mirip dengan stem cell pada jaringan yang
memperbarui diri secara terus menerus. Para ilmuwan telah menemukan bahwa skin
progenitor stem cells (progenitor keratinosit) pada kulit manusia dewasa memiliki kapasitas
yang signifikan untuk pertumbuhan dan regenerasi jaringan.
Stem cell
dapat diinduksi untuk berdiferensiasi menjadi sel dengan fungsi khusus, seperti
keratinosit kulit. Stem cell menunjukkan potensi tersebut untuk mengobati luka
bakar. Tapi jenis apa dari stem cell yang paling aplikabel ? Aplikasi klinis
stem cell embrionik cenderung dilanda bukan hanya oleh berbagai masalah etika
tetapi juga masalah keamanan. Jaringan fetus, juga, akan terkait dengan isu-isu
etika. Realitas dari aplikasi luas dari stem cell tanpa dimensi etika kompleks
benar-benar dimulai dengan stem cell dari darah tali pusat (umbillical cord) dan
sumsum tulang manusia. Ini telah digunakan dalam sejumlah aplikasi klinis
'haematopoetic' sebagai 'transplantasi' yang menggarisbawahi keamanan dan
efikasi dari sumber stem cell. Ada tiga jenis utama dari stem cell: sumsum tulang
(BM), stem cell hematopoietik (HSCS) dan stem cell mesenchymal (MSC). HSCS yang
diturunkan dari sumsum-tulang dewasa telah lama diakui menghasilkan semua garis
keturunan sel darah dan beberapa sel non-darah seperti hepatosit, sel endotel
(EC), sel otot polos, dan miosit jantung.
Namun, ada
banyak kontroversi atas plastisitas HSC. Sebaliknya, BM-MSCs dapat memperbarui
diri, prekursor kloning dari jaringan non-hematopoietik. Meskipun mereka hadir
sebagai populasi sel yang langka dalam sumsum tulang, mewakili sekitar
0,001-0,01% dari sel-sel berinti dan sekitar 10-kali lipat kurang banyak dari
HSCS, mereka dapat diperbanyak dalam kultur, multipoten, dan mampu
berdiferensiasi menjadi osteoblast, kondrosit, astrosit, pneumosit, hepatosit,
neuron, dan miosit jantung. Karena Bone Marrow derived
Cells (BMDCs) telah ditemukan pada epidermis kulit pada beberapa
studi, diasumsikan bahwa Bone Marrow Stem Cells (BMSCs) mungkin terlibat dalam
perbaikan kulit dan regenerasi. jenis sel progenitor yang paling sering
dipelajari adalah hematopoietic stem cell (HSC) dari sumsum
tulang. Dengan menciptakan tikus chimeric yang mengekspresikan green fluorescent
protein (GFP) hanya dalam sel sumsum tulang mereka; Hocking dan et al telah menemukan
bahwa HSCS bermigrasi ke area cedera dermal, berdiferensiasi menjadi beberapa fenotipe
sel, dan bergabung ke dalam kulit yang luka untuk jangka panjang. Sebagian
besar sumsum tulang ini menyerupai fibroblast dermal yang berdiferensiasi
dengan jenis sel dendritik dan sel endotel. Temuan ini menunjukkan bahwa sel-sel
yang berasal dari sumsum tulang di luka, tidak hanya berpartisipasi dalam
respon inflamasi, tetapi juga merupakan sumber penting untuk sel-sel yang
dermis. MSC tampaknya non imunogenik dan mungkin “universal”. Mereka dapat
memberi status toleransi imun terhadap resipien. Jika ini benar, sebuah era
baru tentang pemahaman akan dimulai pada Transplantasi. Tapi, mengapa sel telah
berevolusi sedemikian rupa bisa terlihat baik dalam regenerasi dan toleransi ? Pasien
luka bakar memiliki status supresi imun yang sementara dan penerimaan allografts
dalam fase akut akan meningkatkan cadangan MSC sirkulasi mereka. Injeksi
langsung dari stem cell mesenchymal yang berasal dari sumsum tulang atau sel
progenitor endotelial dalam jaringan yang terluka dapat menunjukkan perbaikan
yang meningkat melalui mekanisme diferensiasi dan/atau pelepasan faktor
parakrin. Studi sebelumnya telah menunjukkan bahwa Epithelial
Cells(EPCs) yang dikultur dapat melepaskan faktor-faktor
pertumbuhan, seperti vascular endothelial growth factor
(VEGF), hepatocyte growth factor, G-CSF, GM-CSF, and platelet-derived growth
factor-B61 yang bisa memberikan suatu efek protektif pada EC
endogen dan sel miokard lainnya. BM-MSCs yang dikultur
telah terbukti dapat melepaskan VEGF, basic fibroblast growth factor (bFGF),
IL-6, placental growth factor (PlGF), and monocyte chemoattractant protein-1.
Dapatkah MSC
menjadi hubungan antara status toleransi ini dan kapasitas untuk regenerasi ?
Jika itu terbukti, bidang baru dari Regenerative Medicine, Transplantation dan
Burns dan disiplin ilmu lainnya akan mendapatkan keuntungan dari penemuan ini.
Bahkan, Han et al telah menunjukkan bahwa serum tikus memiliki efek chemotactic
kuat pada MSC dan kemampuan migrasi MSC berasal dari tikus dengan luka bakar
lebih kuat daripada MSC yang berasal dari tikus normal.
Prospek
mampu menggantikan jaringan yang rusak melalui proses regenerasi akan secara
dramatis mengubah dampak, manajemen dan hasil akhir dari luka bakar. Pemahaman
terkini tentang modulasi berbasis-stem cell dan terapi bersama dengan
perkembangan potensial mereka dapat membawa prospek ini ke arah yang lebih
dekat dengan kenyataan klinis. Meskipun terdapat potensi seputar bidang stem
cell, kami tetap jauh dari penelitian klinis untuk terapi bagi pasien.
Kesimpulan
Luka bakar
adalah salah satu luka fisik yang paling berbahaya dan kompleks. Mereka sering terjadi
tiba-tiba dan memiliki potensi untuk menyebabkan kematian, cacat seumur hidup dan
disfungsi. Tantangan ini utamanya bergantung pada perbaikan kulit. Saat ini,
cangkok kulit (skin graft) telah berkembang mulai dari autograft awal dan
preparasi allograft hingga biosintesis dan rekayasa jaringan pengganti kulit.
Teknik rekayasa jaringan saat ini menyediakan dokter dengan pilihan yang lebih
terapeautik dan lebih menantang. Karena itu, penting untuk menganalisis secara
kritis kebutuhan klinis dari operasi kulit dan memahami penggantian kulit dalam
hal ketersediaan, kompatibilitas, keamanan dan daya tahan.
Namun penelitian
dasar dan klinis, merupakan peningkatan besar dalam pemahaman dan kemampuan
untuk secara efektif menangani masalah penyembuhan luka dan penggantian kulit
yang benar-benar fungsional dengan unsur dermal lainnya. Penelitian stem cell
dapat menyebabkan meningkatkan pemulihan kulit, sambil mengatasi keterbatasan
dari area donor dan morbiditas area donor pada pasien luka bakar.
1 komentar:
referensinya donk...
please...
Posting Komentar