Pemimpin atau dalam bahasa Globalnya adalah Leader dan dalam bahasa Islam adalah Khalifah merupakan posisi yang paling tinggi dalam Dunia yang fana ini. Misalnya dalam skala makro adalah Presiden dan dalam sekali mikro adalah Kepala Rumah Tangga. Apalagi saat ini dalam masa kampanye menjelang pilpres (pemilihan presiden) InsyaAllah dilaksanakan serentak seluruh Indonesia dari Sabang sampai Merauke pada 8 Juli 2009.
Dalam Kamus bahasa Indonesia, pimpin adalah kata dasar dari Pemimpin. Pemimpin merupakan penunjuk untuk subyeknya yaitu orang yang memimpin. Dan amanah merupakan salah satu sifat dari Rasulullah saw yang artinya dapat dipercaya.
Jika dua suku kata ini disatukan maka diartikan sebagai seseorang yang memimpin dan dapat dipercaya. Dalam dunia yang semakin “tua” ini, sulit untuk mendapatkan seseorang yang punya jiwa pemimpin sekaligus dapat dipercaya. Karena menjadi seorang pemimpin adalah Tugas yang berat, yang kelak di akhirat akan di minta pertanggungjawabannya oleh Allah swt.
Sebagai contoh kecil, manusia sebagai makhluk yang sempurna diantara makhluk ciptaan Allah Ta’ala yang lainnya diberikan amanah dengan anggota tubuh yang lengkap, hati, dan jiwa. Karena semua yang kita miliki akan ditanya saat Yaumil Hisab,mulut terkunci dan yang berbicara adalah tangan, kaki, telinga, mata serta anggota tubuh lainnya.
Apa yang ada pada diri manusia, seyogyanya adalah Milik Allah swt. Kita memiliki kewajiban untuk menjaganya. Dan hak yang akan kita peroleh jika kewajiban itu dilaksanakan dengan sebaik-baiknya selama Al Qur’an dan Sunnah dijadikan pedoman dalam hidupnya di Dunia yang fana ini adalah Syurga, itu janji Allah.
Tapi melihat yang realita yang ada, mungkin sikap kita kan pesimis. Namun sebagai pribadi seorang muslim yang tangguh, maka ia akan optimis bahwa pemimpin yang amanah itu ada dalam dirinya. Karena manusia memimpin dirinya, kemudian masuk ke lingkungan sekolah, kampus, masyarakat, politik, pemerintahan dan terutama adalah keluarga. Karena lingkungan keluarga merupakan madrasah pertama sebelum anak memasuki madrasah formal di luar lingkungan keluarga. Maka dibutuhkan seorang pemimpin yang amanah sebagai kepala rumah tangga, keluarga seperti apa yang ingin diterapkan dalam kehidupan berumahtangga sehingga dikatakan sakinah mawaddah warahmah. Tak banyak remaja yang terjerumus dalam kemaksiatan karena didikkan dalam keluarga. Hingga sepenuhnya bukan salah anak. Atau mungkin juga karena Anak belum memiliki Pondasi Agama yang kuat, sehingga dalam lingkungan pergaulannya, ia gampang terpengaruh.
Konsep Pemimpin yang Amanah bukanlah suatu hal yang mudah saat penerapannya. Apalagi dalam skala memimpin suatu Negara. Jika dalam system pemerintahan tersebut masih diterapkan system jahiliah, maka akan selalu menemukan masalah. Sedangkan akar dari permasalahan itu tidak mendapatkan solusi yaitu system pemerintahan.
Daulah Khilafah Islamiyah bukanlah Utopia, tapi itu pasti ada. Zaman keemasan bagi Islam. Zaman dimana Islam akan Berjaya seperti saat pemerintahan Rasulullah Saw dan para Sahabat beliau saw yang melanjutkan Pemerintahan Islam setelah beliau saw wafat.
Dalam Pemilu Presiden, terdapat capres seorang wanita. Menanggapi Hal tersebut,kedudukan wanita dalam Islam adalah Allah telah melarang wanita menduduki jabatan-jabatan pemerintahan, seperti presiden atau gubernur. Sabda Rasulullah Saw :
“Tidak akan pernah beruntung suatu kaum yang menyerahkan urusan (pemerintahan) mereka kepada kaum wanita.”
Namun, wanita memiliki hak untuk menduduki salah satu jabatan dalam Negara seperti urusan pendidikan, pengadilan, dan kedokteran. Umar bin Khaththab pernah meminya Syifa binti ‘Abdullah al-Makhzumiyah, seorang wanita dari kaumnya, sebagai seorang qadli pada sebuah pasar di Madinah. Tidak seorangpun sahabat yang mengingkari hal ini, sehingga hal ini menjadi ijma’ (kesepakatan), sedangkan ijma’ pada sahabat adalah dalil syar’i. Para wanita pada masa Rasul saw ikut berperan serta dalam banyak peperangan untuk melakukan pengobatan kepada orang-orang yang terluka dan mengatur urusan-urusan mereka (yang terluka).
Oleh karena itu, Islam merupakan system yang sempurna. Yang menjadi solusi atas segala permasalahan yang ada dunia ini, dengan nash-nash dalam Al Qur’an dan As Sunnah, karena semua telah diatur hukumnya oleh Allah Swt atas segala sesuatu yang Allah swt ciptakan dalam diri manusia maupun benda mati.
Dan dengan meneladani Rasulullah saw dalam kapasitas beliau sebagai kepala Negara adalah suatu kewajiban. Sabda Rasulullah saw : Aku meninggalkan bagi kalian sesuatu yang apabila kalian pegang teguh maka kalian tidak akan pernah tersesat, yaitu Kitabullah dan Sunnah.
Namun seorang pemimpin tidaklah dianggap memiliki sifat-sifat orang suci. Sebagai sebuah gambaran, Umar bin Khaththab pernah berkata kepada kaum muslimin “Barangsiapa yang melihat ada kebengkokan pada diriku maka luruskanlah” Lantas salah seorang menyambutnya dengan mengatakan, “Andaikan kami melihat suatu kebengkokan pada dirimu maka kami akan meluruskannya dengan pedang kami.” Umar saat itu, hanya mengatakan, “Segala puji bagi Allah yang telah menjadikan dalam umat Muhammad orang yang mau meluruskan sesuatu yang bengkok pada diri Umar dengan mata pedangnya.”
Negara itu adalah Daulah Islamiyah yang menghimpun seluruh ummat manusia dalam 1 satu system dan 1 khalifah (pemimpin yang amanah). Karena tiap kali pintu untuk Daulah terbuka, maka ada jalan untuk mengeluarkan ummat dari kegelapan menuju cahaya yang terang benderang, yaitu dengan mengembalikan manusia ke dalam Hukum Allah swt.
Makassar, 05 Juni 2009
10.35 Wita
Tidak ada komentar:
Posting Komentar