BAB
I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Malaria masih merupakan salah satu masalah kesehatan
masyarakat yang dapat menyebabkan kematian terutama pada kelompok risiko tinggi
yaitu bayi, anak balita, ibu hamil, selain itu malaria secara langsung
menyebabkan anemia dan dapat menurunkan produktibitas kerja.1
Badan kesehatan dunia
(WHO) melaporkan tiga juta anak manusia meninggal setiap tahun karena menderita
malaria. Dan tiap tahun anak manusia meninggal setiap tahun karena menderita
malaria. Dan tiap tahun terdapat 110 juta penderita malaria, 280 juta orang
sebagai “Carrier” dan 2/5 penduduk dunia selalu kompak dengan malaria.2
Laporan dari berbagai negara
menunjukan insidens malaria pada wanita hamil umumnya cukup tinggi, dari El
vador 55,75% yaitu 63 kasus dari 113 wanita hamil; dari berbagai tempat
bervariasi antara 2-76%.2
Wanita hamil lebih mudah terinfeksi
malaria dibandingkan dengan populasi umumnya, selain mudah terinfeksi wanita
hamil juga menderita mudah terjadi infeksi yang berulang dan komplikasi berat
yang mengakibatkan kematian. Hal ini mungkin disebabkan oleh karena kelemahan
imunitas tubuh dan penurunan imunitas yang didapat di daerah endemik malaria
terjadinya anemia berat sekunder akibat malaria meningkatkan risiko kematian
maternal, mengakibatkan lebih kurang 10.000 kematian maternal per tahun di
Sub-sahara Afrika.3
Di seluruh daerah malaria infeksi
spesies plasmodium selama masa kehamilan berbahaya terhadap ibu dan janin. Oleh
sebab itu potensi infeksi berbahaya ini harus dicegah pada saat ibu hamil
terdiagnosis dan dilakukan terapi. Plasmodium falciparum merupakan yang paling
berbahaya bagi ibu hamil. Penelitian oleh WHO pada tahun 2005 di Propinsi
Lampung menunjukkan angka kejadian malaria pada ibu hamil sebanyak 14% dan
8,75% pada ibu melahirkan.4,5
Infeksi malaria
merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di negara-negara berkembang
terutama negara yang beriklim tropis, termasuk Indonesia. Indonesia dengan 15
juta kasus dan 38.000 kematian setiap tahunnya (SKRT, 2001). Ini berarti di
Indonesia terdapat 100 kematian setiap harinya atau 4 kematian per jam yang
disebabkan oleh malaria. Kabupaten-kabupaten di Indonesia di luar Jawa dan Bali
merupakan daerah endemik malaria karena Indonesia penyakit malaria masih
merupakan penyakit infeksi utama di kawasan Indonesia bagian Timur.
Diperkirakan 35% penduduk Indonesia tinggal di daerah yang berisiko tertular
malaria.Dari 484 Kabupaten/Kota yang ada di Indonesia, 338 Kabupaten/Kota
merupakan wilayah endemis malaria.1,4,6
Di Jawa Bali, masih terjadi
fluktuasi dari angka kesakitan malaria yang diukur dengan Annual Parasite Incidence (API) yaitu 0,95% pada tahun 2005,
meningkat menjadi 0,19% pada tahun 2006 dan menurun lagi menjadi 0,16% pada
tahun 2007. Namun angka ini di dapat dari laporan rutin, masih banyak kasus
malaria yang belum terdiagnosa. Hal ini tampak dari sering terjadinya kejadian
luar biasa (KLB) malaria.1
Sementara itu data dari
rumah sakit di Timika, Papua dari tahun 2004 – 2006 menunjukkan bahwa 16,8% ibu
melahirkan menderita malaria. Hal ini menunjukan bahwa di daerah endemik
malaria, ibu hamil memiliki resiko yang tinggi untuk menderita malaria.4,5
Infeksi ini dapat
menyerang semua masyarakat, malaria menyerang individu tanpa membedakan umur
dan jenis kelamin. Salah satu kelompok yang paling rentan terhadap malaria
adalah ibu hamil. Malaria pada ibu hamil menjadi persoalan aktual pada
pengendalian malaria di seluruh dunia terutama di negara-negara dengan
endemisitas malaria yang stabil tinggi. Malaria dalam kehamilan memiliki dampak
yang negatif terhadap kesehatan ibu dan janin yang dikandungnya, karena dapat
meningkatkan morbiditas dan mortalitas ibu maupun janin. Malaria berkontribusi
terhadap angka kematian ibu, bayi dan neonatal karena dapat menyebabkan
komplikasi pada ibu hamil seperti anemia, demam, hipoglikemia, malaria
serebral, edema paru, gagal dan sepsis. Terhadap janin yang dikandungnya
keadaan tersebut dapat menyebabkan berat lahir rendah, abortus, kelahiran
prematur, IUFD (janin mati di dalam kandungan), dan IUGR (pertumbuhan janin
yang terbelakang).2,4,6
Berdasarkan uraian dalam latar
belakang masalah di atas, maka rumusan masalah yang ingin diteliti dan dibahas adalah
“ Bagaimana karakteristik penderita malaria dalam kehamilan di Rumah Sakit Wahidin
Sudirohusodo selama periode 3 tahun yaitu dari tahun 2008 hingga 2011? “
I.3
Tujuan Penelitian
I.3.1 Tujuan Umum :
Penelitian
ini bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik penderita malaria dalam
kehamilan di Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo selama periode 2008 – 2011.
I.3.2 Tujuan Khusus :
1. Untuk
mengetahui karakteristik penderita malaria berdasarkan umur.
2. Untuk
mengetahui karakteristik penderita malaria berdasarkan pekerjaan.
3. Untuk
mengetahui karakteristik penderita malaria berdasarkan paritas.
4. Untuk
mengetahui karakteristik penderita malaria berdasarkan kadar Hb.
5. Untuk
mengetahui karakteristik penderita malaria berdasarkan suhu badan.
6. Untuk
mengetahui karakteristik penderita malaria berdasarkan kadar glukosa.
7. Untuk
mengetahui karakteristik penderita malaria berdasarkan tempat tinggal atau asal
daerah.
8. Untuk
mengetahui karakteristik penderita malaria berdasarkan musim.
I.3.3 Manfaat Penelitian :
1. Penulis
Dapat
menambah pengalaman, wawasan ilmu kedokteran dan sebagai proses pengembangan
diri dalam penelitian ilmiah di bidang kesehatan.
2. Masyarakat
Memberikan
informasi mengenai karakteristik penderita malaria pada kehamilan sehingga
masyarakat mengetahui dan melakukan upaya pencegahan.
3. Pelayanan
Kesehatan
Sebagai
masukan bagi program kebijakan untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan
hingga pelosok daerah terpencil guna menekan angka kejadian kematian ibu hamil
serta upaya pencegahan terkena penyakit malaria di wilayah Indonesia Timur.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
II.1 Definisi
Malaria adalah suatu penyakit protozoa dari genus plasmodium yang
ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles betina. Plasmodium tersebut sangat
kecil dan tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Manusia harus menggunakan
mikroskop untuk melihatnya. Malaria dapat juga ditularkan secara langsung
melalui transfusi darah, jarum suntik serta dari ibu hamil kepada bayinya. Pada
manusia terdapat 4 spesies Plasmodium yaitu falciparum,
vivax, malariae dan ovale.4,7
Malaria pada kehamilan adalah malaria yang timbul selama
kehamilan, yang dibuktikan dengan adanya Plasmodium
dalam darah, atau pada plasenta yang dilahirkan.8
II.2 Etiologi
Parasit tidak dapat hidup sendiri,
tetapi harus mendapat makanan dari organisme lain untuk hidup dan berkembang.
Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit Plasmodium yang masuk ke dalam tubuh
manusia, ditularkan oleh nyamuk Anopheles
betina (WHO 1981). Ada banyak jenis Plasmodium, dan semuanya menyebabkan
malaria pada manusia dan hewan. Plasmodium yang menyebabkan malaria pada
manusia terdiri dari empat jenis:4,6
1.
Plasmodium falciparum
2.
Plasmodium vivax
3.
Plasmodium ovale
4.
Plasmodium malariae
Yang paling sering
ditemukan di Indonesia yaitu P.falciparum, P.vivax dan P.malariae. P. malariae dapat ditemukan di beberapa
provinsi antara lain : Lampung, Nusa Tenggara Timur dan Papua. P.ovale pernah ditemukan di Nusa
Tenggara Timur dan Papua. P. falciparum dan P.vivax dapat menyebabkan malaria berat
(dengan komplikasi). Seorang penderita dapat terinfeksi oleh lebih dari 1 jenis
plasmodium, infeksi demikian disebut infeksi campuran (mix infection).
Infeksi campuran biasanya terjadi di daerah yang tinggi angka penularannya.1,4
II.3.
Penularan Malaria
Malaria yang klasik disebarkan oleh nyamuk Anopheles betina yang
telah terinfeksi parasit malaria. Tidak semua nyamuk dapat menularkan malaria.4
Malaria tidak dapat ditularkan secara kontak langsung dari satu
manusia ke manusia lainnya. Tetapi penyakit ini dapat menular melalui transfusi
dari donor yang darahnya mengandung parasit malaria.4
Parasit malaria memiliki siklus hidup yang rumit dan membutuhkan
inang manusia dan nyamuk untuk menyelesaikan siklus hidupnya. Manusia tertular
malaria oleh gigitan nyamuk yang terinfeksi parasit malaria. Nyamuk bisa
terinfeksi malaria karena menggigit manusia yang menderita malaria. Nyamuk
tidak sakit malaria, tetapi hanya bisa menularkan malaria kepada manusia
sekitar 8 – 14 hari setelah menggigit penderita malaria. Hanya nyamuk dewasa
yang dapat menularkan malaria ke manusia.4
Gambar 1.
Perbedaan antara Nyamuk Anopheles dengan Nyamuk Lainnya. Dikutip dari
kepustakaan No.4
Seperti ditunjukkan dalam Gambar, nyamuk Anopheles berbeda dengan
nyamuk lain yang tidak menularkan malaria yang dapat dilihat dari posisi
tubuhnya ketika hinggap atau menggigit.4
Seseorang menjadi terinfeksi malaria setelah
digigit nyamuk Anopheles betina yang sudah terinfeksi parasit malaria. Pada
saat nyamuk betina menggigit, dia memasukkan air liurnya yang mengandung
parasit ke dalam peredaran darah di dalam tubuh manusia. Dan selanjutnya parasit
masuk ke dalam sel-sel hati manusia yang digigitnya.4
Gambar
2. Proses Penularan Malaria. Dikutip dari kepustakaan No.4
Sekitar 1 hingga 2 minggu setelah
digigit, dari dalam sel-sel hati parasit kembali masuk ke dalam darah, pada
saat ini manusia tersebut mulai menunjukkan tanda-tanda/ gejala malaria (Gambar
2). Gejala-gejala umum malaria antara lain demam, menggigil, berkeringat dan
sakit kepala. Parasit tersebut selanjutnya menyerang sel darah merah dan mulai
memakan hemoglobin, bagian darah yang membawa oksigen. Parasit tersebut
berkembang di dalam sel darah merah dan akan keluar dengan cara memecahkan sel
darah merah tersebut untuk kemudian menyerang sel darah merah yang lain.
Pecahnya sel darah merah yang terinfeksi Plasmodium ini dapat menyebabkan
timbulnya gejala demam disertai menggigil. Karena banyak sel darah merah yang
pecah, maka menyebabkan anemia (kurang darah).4
5
Faktor Penyebab Penularan Malaria4
Lima faktor di bawah ini menyebabkan
penularan penyakit malaria di dalam masyarakat. Semakin banyak faktor yang ada
dalam masyarakat, angka kejadian malaria juga semakin tinggi.
Vektor:4
Nyamuk Anopheles betina sebagai vektor
penular penyakit malaria ada/hidup di dalam lingkungan masyarakat.
Tempat berkembang biak:4
Nyamuk Anopheles membutuhkan genangan air yang tidak mengalir atau
air yang mengalir perlahan sebagai tempat berkembang biak untuk meletakkan
telur-telurnya. Beberapa tempat yang ideal bagi tempat perindukan anopheles,
misalnya:
- Kolam-kolam kecil, parit-parit,
lubang-lubang, dan kanal-kanal yang airnya tidak mengalir.
- Rawa-rawa, waduk dan sawah dengan
air sepanjang tahun (sawah bertingkat)
- Lagun (terjadi dari percampuran air
tawar dengan air laut)
- Arus air beraliran lambat di
sepanjang tepi sungai
- Genangan air yang terjadi akibat
air sungai yang mengering (di musim kemarau)
- Tambak ikan/udang yang tidak
terpelihara
- Jejak kaki binatang, jejak ban
traktor yang terisi air di pinggiran hutan
- Mata air
- Aliran air yang lambat
Parasit:4
Parasit malaria dalam jumlah yang cukup ada dalam tubuh manusia
sehingga nyamuk yang menggigit akan terinfeksi oleh parasit tersebut.
Iklim:4
Suhu rata-rata paling sedikit 18-2000C dan kelembaban
di atas 60% bagi nyamuk agar dapat bertahan hidup dan berkembang biaknya
parasit sehingga parasit menjadi infektif.
Populasi manusia:4
Di dalam populasi ini termasuk
manusia sebagai sumber penular maupun orang yang ditulari malaria. Oleh karena
nyamuk tidak dapat terbang lebih jauh dari 2 km, maka biasanya penularan
terjadi pada populasi penduduk (manusia) yang bertempat tinggal pada jarak
tersebut, kecuali penderita impor (penderita yang mendapat penularan dari luar
wilayah yang jauh).
Anak-anak usia muda (terutama
bayi dan balita) dan ibu hamil merupakan dua kelompok yang paling berisiko
untuk terinfeksi dan untuk menderita malaria berat.
Jutaan kehamilan yang terjadi
pada ibu yang hidup di daerah endemik malaria, sampai saat ini hanya sedikit
sekali yang memiliki akses terhadap pelayanan kesehatan.
·
Sekitar
70% kematian akibat malaria terjadi pada anak-anak berumur di bawah 5 tahun.
·
Ibu hamil memiliki risiko terinfeksi 2 kali lebih
besar dibandingkan wanita tidak hamil.
·
Ibu yang hamil untuk pertama atau
kedua kalinya memiliki risiko lebih besar menderita malaria berat.
II.4.
Siklus Hidup Plasmodium Malaria9,10
Dalam siklus hidupnya plasmodium mempunyai dua
hospes yaitu pada manusia dan nyamuk. Siklus aseksual yang berlangsung pada
manusia disebut skizogoni dan siklus seksual yang membentuk sporozoit
didalam nyamuk disebut sporogoni.
II.4.1 Siklus Aseksual (Siklus pada manusia)
Sporozoit
yang
infeksius dari kelenjar ludah nyamuk anopheles betina dimasukkan kedalam darah
manusia melalui tusukan nyamuk tersebut. Dalam waktu tiga puluh menit jasad
tersebut memasuki sel-sel parenkim hati dan dimulai stadium eksoeritrositik
daripada siklus hidupnya. Didalam hati parasit tumbuh menjadi skizon dan
berkembang menjadi merozoit. Sel hati yang mengandung parasit pecah dan merozoit
keluar dengan bebas, sebagian difagosit.oleh karena prosesnya terjadi
sebelum memasuki eritrosit maka disebut stadium preeritrositik atau eksoeritrositik.
Siklus Eritrositik dimulai saat merozoit memasuki sel-sel darah merah.
Parasit sebagai kromatin kecil, dikelilingi oleh sitoplasma yang besar, bentuk
tidak teratur dan mulai membentuk tropozoit, tropozoit berkembang
menjadi skizon muda, kemudian berkembang menjadi skizon matang
dan membelah banyak menjadi merozoit. Dengan selesainya pembelahan
tersebut seldarah merah pecah dan merozoit, pigmen dan sisa sel keluar
kemudian memasuki plasma darah. Parasit memasuki sel darah merah lainnya untuk
mengulangi siklus skizogoni. Beberapa merozoit memasuki eritrosit
dan membentuk skizon dan lainnya membentuk gametosit yaitu bentuk
seksual.
II.4.2 Siklus seksual (Siklus pada
nyamuk anopheles betina)
Siklus
seksual terjadi dalam tubuh nyamuk. Gametosit yang bersama darah tidak dicerna
oleh sel-sel lain. Pada makrogamet (jantan) kromatin membagi menjadi 6-8
inti yang bergerak kepinggir parasit. Dipinggir ini beberapa filament dibentuk
seperti cambuk dan bergerak aktif disebut mikrogamet. Pembuahan terjadi
karena masuknya mikrogamet kedalam makrogamet untuk membentuk zigot.
Zigot berubah bentuk seperti cacing pendek disebut ookinet yang
dapat menembus lapisan epitel dan membrane basal dinding lambung. Di tempat ini
ookinet membesar yang disebut ookista. Didalam ookista dibentuk
ribuan sporozoit dan beberapa sporozoit menembus kelenjar nyamuk
dan bila nyamuk menggigit/ menusuk manusia maka sporokista masuk kedalam
darah dan mulailah siklus preeritrositik.
Gambar 2. Skema siklus hidup Plasmodium malaria.
Dikutip dari kepustakaan No.11
Masa
inkubasi adalah rentang waktu sejak sporozoit masuk
sampai timbulnya gejala klinis yang ditandai dengan demam. Masa inkubasi
bervariasi tergantung spesies plasmodium.1
Plasmodium
|
Masa Inkubasi (hari)
|
P. Falciparum
|
9
– 14 (12)
|
P. Vivax
|
12
– 17 (15)
|
P. Ovale
|
16
– 18 (17)
|
P. Malariae
|
18
– 20 (28)
|
Tabel 1. Masa Inkubasi Penyakit
Malaria. Dikutip dari kepustakaan No.1
Masa prepaten adalah rentan waktu sejak
sporozoit masuk sampai parasit dapat dideteksi dalam darah dengan pemeriksaan
mikroskopik.1
II.5.
Epidemiologi
Malaria merupakan infeksi parasit yang disebabkan
oleh empat spesies plasmodium yang mengenai manusia, vivax, ovale, malariae dan
falciparum. Plasmodium falciparum yang paling mematikan. Penularannya melalui
nyamuk Anopheles betina, oleh sebab itu ada beberapa faktor yang berperan
terhadap perkembangan nyamuk, seperti suhu udara, kelembaban, serta musim hujan
yang berpengaruh terhadap insiden malaria. Di Amerika Serikat malaria telah di
eradikasi sejak pada tahun 1940 setelah dilakukan penyemprotan secara luas
dengan menggunakan dikhlorodiphenil-trikhloroethan (DDT). Di bagian dunia lainnya
, termasuk Eropa dan beberapa bagian Amerika tengah dan selatan juga berhasil
mengeradikasi malaria, sedangkan Sub-Sahara Afrika masih terdapat penyakit ini.10
Penyakit malaria masih ditemukan di seluruh provinsi
di Indonesia. Berdasarkan API, dilakukan stratifikasi wilayah dimana Indonesia
bagian Timur masuk dalam stratifikasi malaria tinggi, stratifikasi sedang di
beberapa wilayah di Kalimantan, Sulawesi dan Sumatera sedangkan di Jawa-Bali
masuk dalam stratifikasi rendah, meskipun masih terdapat desa/fokus malaria
tinggi.12
Gambar
2. Peta Stratifikasi Malaria 2009.
Dikutip
dari kepustakaan No.12
API dari tahun 2008 – 2009 menurun dari 2,47 per
1000 penduduk menjadi 1,85 per 1000 penduduk. Bila dilihat per provinsi dari
tahun 2008 – 2009 provinsi dengan API yang tertinggi adalah Papua Barat, NTT
dan Papua terdapat 12 provinsi yang diatas angka API nasional.12
Plasmodium . Plasmodium penyebab malaria yang ada di Indonesia terdapat
beberapa jenis yaitu plasmodium falsifarum, plasmodium vivax, plasmodium
malariae, plasmodium ovale dan yang mix atau campuran. Pada tahun 2009 penyebab
malaria yang tertinggi adalah plasmodium vivax (55,8%), kemudian plasmodium
falsifarum, sedangkan plasmodium ovale tidak dilaporkan. Data ini berbeda
dengan data riskesdas 2010, yang mendapatkan 86,4% penyebab malaria adalah
plasmodium falsifarum, dan plasmodium vivax sebanyak 6,9%. 12
Gambar 4. Plasmodium Penyebab Malaria Tahun 2009. Dikutip dari
kepustakaan No.12
Sebaran Kejadian Luar Biasa
(KLB) Tahun 2006 – 2009. Dari tahun 2006 – 2009
Kejadian Luar Biasa (KLB) selalu terjadi di pulau Kalimantan walaupun
kabupaten/kota yang terjangkit berbeda-beda tiap tahun. Pada tahun 2009 , KLB
dilaporkan terjadi di pulau Jawa (Jawa Tengah, Jawa Timur dan Banten),
Kalimantan (Kalimantan Selatan), Sulawesi (Sulawesi Barat), NAD dan Sumatera
(Sumatera Barat, Lampung) dengan total jumlah penderita adalah 1.869 orang dan
meninggal sebanyak 11 orang. KLB terbanyak di pulau Jawa yaitu sebanyak 6
kabupaten/kota.12
Kegiatan penemuan penderita di Sulsel, sifatnya
pasif dan dilaksanakan oleh unit-unit pelayanan kesehatan (Pustu, Puskesmas dan
Rumah Sakit). Dari 24 kabupaten/kota yang melapor pada tahun 2002 ditemukan
penderita Malaria Klinis sebanyak 16.128 penderita dengan sediaan darah yang
diperiksa sebanyak 6.251 SD dan yang positif sebanyak 958 (SPR = 15,33 %).
Sedangkan untuk tahun 2003 tercatat bahwa penemuan penderita secara pasif
(Malaria Klinis) dilaporkan dari 26 kabupaten/kota sebanyak 8.491 kasus Malaria
Klinis, jumlah specimen yang diperiksa sebanyak 5.389 dan yang positif sebanyak
1.365 (63,47%). Untuk tahun 2004, jumlah penderita klinis malaria sebanyak
12.009 penderita (AMI = 1.433 per mil), angka tersebut menunjukkan peningkatan
sebesar 1,43% dibandingkan dengan tahun 2003. Sementara untuk tahun 2005, data
yang dihimpun melalui Subdin P2&PL Dinkes Prov. Sulsel tercatat 9.461 kasus
Malaria Klinis, jumlah specimen yang diperiksa sebanyak 3.832 (40,50%) dan yang
positif sebanyak 3,42%. Di tahun 2006, tercatat bahwa hasil kegiatan penemuan
dan pengobatan penderita sebanyak 846 orang (21,75%) dari 4.031 sediaan darah
yang diperiksa atau 57,76% dari jumlah klinis yang dilaporkan (6.979 kasus)
dengan kasus tertinggi di Kab. Bulukumba. Kab. Selayar, dan Kab. Soppeng. Untuk
tahun 2007 jumlah penderita Malaria klinis sebanyak 13.029 penderita dengan
jumlah yang positif sebanyak 1.927 orang (14,79 %) dengan kasus tertinggi di
Kab.Selayar, Bulukumba, Enrekang dan Tator.
Sedangkan untuk tahun 2008 jumlah penderita Malaria
klinis mengalami penurunan menjadi 8.886 kasus dengan jumlah positif sebanyak
1.153 kasus (12,98 %). Kasus
tertinggi di Kab. Selayar, Pangkep, Luwu Utara, Enrekang dan Tator (merah)
atau AMI sebesar 1,14 per 1000 penduduk.
Jumlah penderita malaria yang di konfirmasi laboratorium dengan hasil positif
terbesar di Kab. Selayar, Enrekang, dan Luwu Utara (titik-titik) atau API
sebesar 0,15 per 1000 penduduk.13
Gambar 5. Pemetaan Kasus Malaria Klinis dan Positif di
Sulawesi Selatan Tahun 2008. Dikutip dari kepustakaan No.13
II.6 Gambaran Klinis
Malaria pada Kehamilan
Pada daerah endemis tinggi malaria,
kebanyakan ibu hamil dengan parasit malaria dalam darahnya tidak menunjukkan
gejala malaria. Meskipun ibu hamil tidak merasa sakit malaria, adanya parasit
malaria di dalam darah dapat mempengaruhi kesehatannya dan bayinya. Malaria
meningkatkan kemungkinan terjadinya anemia (kurang darah) pada ibu, dan jika
anemia itu berat, dapat meningkatkan risiko kematian ibu. Malaria menyebabkan
anemia pada ibu hamil.4
Ibu hamil lebih beresiko terinfeksi
malaria karena kehamilan mereka mengurangi kekebalan terhadap malaria. Ibu
hamil menghadapi peningkatan resiko malaria sebagai berikut:4
- Ibu hamil memiliki resiko
terinfeksi 2 kali lebih besar dibandingkan wanita tidak hamil.
- Ibu yang hamil untuk pertama atau
kedua kalinya memiliki resiko mengalami malaria berat lebih besar.
- Ibu hamil yang masih remaja.
Malaria pada ibu hamil bisa menunjukkan
gejala-gejala berikut :4,6
1.
Demam
Demam adalah gejala akut
infeksi malaria yang lebih sering dilaporkan pada Ibu hamil dengan kekebalan
rendah atau tanpa kekebalan,terutama pada primigravida. Pada ibu hamil yang
multigravida dari daerah endemisitas tinggi jarang timbul gejala malaria
termasuk demam, meskipun terdapat parasitemia yang tinggi. Demam bisa
menyebabkan kontraksi pada uterus dan dapat menyebabkan abortus. Demam itu juga
membahayakan janin karena bisa menyebabkan cacat atau kematian.
2.
Anemia (kurang darah)
Malaria bisa menyebabkan
anemia pada ibu hamil. Jika anemia ini berat, ibu hamil tersebut bisa
meninggal. Anemia pada kehamilan dapat menyebabkan ibu melahirkan bayi dengan
berat lahir rendah.
Anemia pada malaria terjadi karena lisis
sel darah merah yang mengandung parasit.
Hubungan antara anemia dan splenomegali dilaporkan oleh Brabin (1990) yang melakukan penelitian pada wanita hamil di
Papua Neu Geuinea, dan menyatakan bahwa makin
besar ukuran limpa makin rendah nilai Hb-nya. Pada penelitian
yang sama Brabin melaporkan hubungan BBLR (berat badan lahir rendah) dan anemia berat pada primigravida. Ternyata anemia
yang terjadi pada trimester I kehamilan,
sangat menentukan apakah wanita tersebut akan melahirkan bayi dengan berat badan rendah atau tidak karena
kecepatan pertumbuhan maksimal janin terjadi
sebelum minggu ke 20 usia kehamilan.
3.
Hipoglikemia
Yang dimaksud dengan
hipoglikemia adalah jika kadar glukosa (gula) darah lebih rendah atau sama
dengan 40 mg% yang disertai dengan gejala-gejala klinis. Gejala-gejala klinis
berikut ini bisa terlihat :
• Mual
• Keringat
dingin
• Lemas
• Kehilangan
kesadaran, sampai koma
•
Kejang-kejang
Hipoglikemia juga
terdapat sebagai komplikasi malaria, sering ditemukan pada wanita hamil
daripada tidak hamil. Pada wanita hamil terjadi perubahan metabolism karbohidrat
yang cenderung menyebebkan terjadinya Hipoglikemia, terutama pada trimester
akhir kehamilan. Dilaporkan juga bahwa sel darah merah yang terinfeksi parasit
malaria memerlukan glukosa 75 kali lebih banyak daripada sel darah merah yang
tidak terinfeksi, sehingga pada penderita dengan hiperparasitemia dapat terjadi
hipoglikemia. Selain daripada itu, pada wanita hamil dapat terjadi hipoglikemia
karena meningkatnya fungsi sel B pankreas, sehingga pembentukan insulin
bertambah.
TIPE MALARIA
|
TANDA DAN GEJALA YANG BIASA MUNCUL
|
TANDA DAN GEJALA YANG KADANG-KADANG MUNCUL
|
TANPA KOMPLIKASI
|
|
Limpa yang membesar
|
DENGAN KOMPLIKASI
(malaria berat)
|
|
-
Kehilangan berat
badan secara tiba-tiba
-
Mata yang cekung
-
Kulit kendur
-
Mulut kering
|
Tabel 2. Mengenali
Malaria pada Ibu Hamil. Dikutip dari Kepustakaan No.4
II.7 Diagnosis Malaria1
- Anamnesis1
1. Pada anamnesis sangat penting diperhatikan :
a. Keluhan utama; demam, menggigil, berkeringat dan dapat disertai
sakit kepala, mual, muntah, diare dan nyeri otot atau pegal-pegal.
b. Riwayat berkunjung dan bermalam 1 – 4 minggu yang lalu kedaerah
endemik malaria.
c. Riwayat tinggal didaerah endemik malaria.
d. Riwayat sakit malaria.
e. Riwayat minum obat malaria satu bulan terakhir.
f. Riwayat mendapat transfusi darah.
2. Selain hal diatas pada penderita tersangka malaria berat, dapat
ditemukan keadaan dibawah ini :
a. Gangguan kesadaran dalam berbagai derajat.
b. Keadaan umum yang lemah (tidak bisa duduk/berdiri).
c. Kejang-kejang.
d. Panas sangat tinggi.
e. Mata dan tubuh kuning.
f. Pendarahan hidung, gusi dan saluran pencernaan.
g. Nafas cepat dan sesak nafas.
h. Muntah terus menerus dan tidak dapat makan minum.
i.
Warna air seni seperti teh
tua dan dapat sampai kehitaman.
j.
Jumlah air seni kurang
(oliguria) sampai tidak ada (anuria)
k. Telapak tangan sangat pucat.
- Pemeriksaan
Fisik1
1. Demam (pengukuran dengan termometer 37,5o C)
2. Konjungtiva atau telapak tangan pucat.
3. Pembesaran limpa.
4. Pembesaran hati.
Pada tersangka
malaria berat ditemukan tanda-tanda klinis sebagai berikut:
1. Temperatur rectal 40o C
2. Nadi cepat dan lemah/kecil
3. Tekanan darah sistolik <70mmhg anak-anak.="anak-anak." dan="dan" dewasa="dewasa" o:p="o:p" orang="orang" pada="pada">70mmhg>
4. Frekuensi nafas > 35 x per menit pada orang dewasa atau > 40
x per menit pada balita, anak dibawah 1 tahun > 50 x per menit.
5. Penurunan derajat kesadaranpada Glasgow coma scale (GCS) < 11
6. Manifestasi pendarahan (petekie,purpura, hematom)
7. Tanda dehidrasi (mata cekung, turgor, dan elastisitas kulit
berkurang, bibir kering, produksi air seni berkurang).
8. Tanda-tanda anemia berat (konjungtiva pucat, telapak tangan pucat,
lidah pucat dan lain-lain).
9. Terlihat mata kuning/ ikterik.
10. Adanya ronki pada kedua paru.
11. Pembesaran limpa dan atau hepar.
12. Gagal ginjal ditandai dengan oliguria sampai dengan anuria.
13. Gejala neurologi (kaku,kuduk, reflek patologik).
- Diagnosis
atas dasar pemeriksaan laboratorium1
I.
Pemeriksaan dengan
mikroskop
Pemeriksaan
sediaan darah (SD) tebal dan tipis di Puskesmas/lapangan/rumah sakit untuk
menentukan :
1. Ada tidaknya parasit Malaria (positif atau negatif).
2. Spesies dan stadium plasmodium.
3. Kepadatan parasit :
a. Semi kuantitatif
(-) = Negatif (tidak ditemukan parasit dalam 100LPB)
(+) = Positif 1 (ditemukan1-10 parasit dalam 100LPB)
(++) = Positif 2 (ditemukan11-10 parasit dalam 100LPB)
(+++) = Positif 3 (ditemukan1-10 parasit dalam 1 LPB)
(++++) = Positif 4 (ditemukan > 10 parasit dalam 1 LPB)
b. Kuantitatif
Jumlahparasit
dihitung per mikro liter darah pada sediaan darah tebal (leukosit) atau sediaan
darah tipis (eritrosit).
Contoh :
Bila
dijumpai 1500 parasit per 200 lekosit, sedangkan jumlah lekosit 8000/uL maka
hitung parasit 8000/200 x 1500 = 60,000 parasit/uL.
Bila
dijumpai 50 parasit per 1000 eritrosit = 5%. Bila jumlah eritrosit 450,000 maka
hitung parasit = 450000/1000 x 50 = 225,000 parasit/uL.
Untuk
penderita tersangka malaria berat perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1) Bila pemeriksaan sediaan darah pertama negative, perlu diperiksa
ulang setiap 6 jam sampai 3 hari berturut-turut.
2) Bila hasil pemeriksaan sediaan darah tebal selama 3 hari
berturut-turut tidak ditemukn parasit maka diagnosis malaria disingkirkan.
II.
Pemeriksaan dengan tes
diagnostic cepat (Rapid diagnostic Test)
Mekanisme
kerja tes ini berdasarkan deteksi antigen parasit malaria, dengan menggunakan
metoda imunokromatografi, dalam bentuk dipstick. Tes ini sangat bermanfaat
padaunit gawat darurat, pada saat terjadi kejadian luar biasa dan didaerah
terpencil yng tidak tersedia fasilitas lab serta untuk survei tertentu.
Tes yang tersedia dipasaran saat ini mengandung:
- HRP-2 (Histidine rich protein 2) yang diproduksi oleh trofozoit,
skizon dan gametosit muda P. falciparum.
- Enzim parasite lactate dehydrogenase (p-LDH) dan aldolase yang
diproduksi oleh parasit bentuk aseksual atau seksual plasmodium falciparum, P. vivax, P. ovale dan P. malariae.
Kemampuan
rapid test yang beredar pada umumnya ada 2 jenis yaitu:
a. Single yang mampu mendiagnosis hanya infeksi P. falciparum.
b. Combo yang mampu mendiagnosis infeksi P. falciparum dan non
falciparum.
Oleh karena
teknologi baru sangat perlu untuk memperhatikan kemampuan sensitivity dan
specificity dari alat ini. Dianjurkan untuk menggunakan rapid test dengan
kemampuan minimal sensitivity 95% dan specivicity 95%. Hal yang penting lainnya
adalah penyimpanan RDT ini sebaiknya dalam lemari es tetapi tidak dalam frezzer
pendingin.
III.
Pemeriksaan penunjang untuk malaria berat.
1) Hemoglobin dan hematokrit.
2) Hitung jumlah leukosit, trombosit.
3) Kimia drah lain (gula darah, serum bilirubin, SGOT dan SGPT,
alkali fosfatase, albumin/globulin, ureum, kreatinin, natrium dan kalium,
analisis gas darah).
4) EKG.
5) Foto toraks.
6) Analisis cairan serebrospinalis.
7) Biakan darah dan uji serologi.
8) Urinalisis.
II.8 Penanganan dan
Penatalaksanaan4,6
Departemen Kesehatan telah menetapkan
tiga intervensi utama untuk mencegah dan menangani malaria dalam kehamilan
yakni :
Ø Setiap ibu hamil mendapatkan kelambu berinsektisida secara gratis
pada kunjungan pertama ANC
Ø Setiap ibu hamil diperiksa darah malaria dengan RDT/mikroskop dan
diobati sesuai protokol pengobatan pada kunjungan pertama ANC baik ibu hamil
yang menunjukkan gejala malaria maupun yang tidak menunjukkan gejala malaria.
Ø Selama kehamilannya ibu yang menunjukkan gejala malaria diperiksa
darah malaria dengan RDT/mikroskop dan diobati sesuai protokol pengobatan.
Tiga Langkah Penting Dalam
Penanganan Malaria Pada Ibu Hamil:
1)
Melakukan diagnosis
malaria dengan tepat menggunakan RDT atau mikroskop sesuai prosedur yang tepat
dan benar.
2)
Melakukan kategorisasi
apakah malaria pada ibu hamil merupakan malaria berat ataukah malaria tanpa
komplikasi.
3)
Memberikan
penatalaksanaan sesuai diagnosis, yakni : pasien malaria berat segera dirujuk
sesuai prosedur, pasien malaria tanpa komplikasi diberikan pengobatan sesuai
trimester dan berat badan.
KONTROL MALARIA SELAMA KEHAMILAN
1)
Kemoprofilaksis
Strategi kontrol
malaria saat ini untuk kehamilan masih merupakan pemberian kemoprofilaksis anti
malaria yang rutin yaitu klorokuin pada setiap wanita hamil dalam daerah endemi
malaria. Beberapa penelitian menunjukan bahwa kemoprofilaksis dapat mengurangi
anemia pada ibu dan menambah berat badan lahir terutama pada kelahiran pertama.
Resiko malaria dan konsekwensi bahayanya tidak meningkat selama kehamilan kedua
pada wanita yang menerima kemoprofilaksis selama kehamilan pertama.
Pada daerah endemisitas
tinggi untuh P. falciparun infeksi malaria selama kehamilan menyebabkan
rendahnya berat bayi lahir merupakan faktor resiko yang paling besar untuk
mortalitas neonatal17. Kemoprofilaksis yang diberikan selama kehamilan dapat
meningkatkan berat kelahiran rata-rata, terutama pada kehamilan pertama dn
menurunkan tingkat mortalitas bayi kira-kira 20%11.
Rata-rata bayi yang
dilahirkan pada kehamilan pertama bagi ibu yang menerima kemoprofilaksis lebih
tinggi daripada berat bayi yang ibunya tidak menerima kemoprofilaksis.
Kelahiran mati dan setelah mati lahir lebih kurang pada bayi dan ibu-ibu yang
menerima kemoprofilaksis dibandingkan denghan bayi dari ibu-ibu yang tidak
mendapat kemoprofilaksis.
2)
Kemoterapi
Kemoterpi tergantung
pada diagnosis dini dan pengobatan klinis segera. Kecuali pada wanita yang
tidak kebal, efektifitas kemoterpi pada wanita hamil tampak kurang rapi karena
pada wanita imun infeksi dapat berlangsung tanpa gejala. Pada wanita dengan
kekebalan rendah, walaupun dilakukan diagnosis dini dan pengobatan segera
ternyata belum dapat mencegah perkembanagan anemia pada ibu dan juga berkurangnya
berat badan lahir bayi.
3)
Mengurangi Kontak dengan Vektor
Mengurangi kontak
dengan vektor seperti insektisida, pemakaian kelabu yang dicelup dengan
insektisida mengurangi prevalensi parasitemia, khususnya densitas tinggi,
insidens klinis dan mortalitas malaria. Pada wanita hamil di Thailand dilaporkan
bahwa pemakaian kelambu efektif dalam mengurangi anemia maternal dan
parasitemia densitas tinggi, tetapi tidak efektif dalam meningkatkan berat
badan lahir rendah.
4)
Vaksinasi
Target vaksin malaria
antara lain mengidentifikasi antigen protektif pada ketiga permukaan stadium
parasit malaria yang terdiri dari sporozoit, merozoit, dan gametosit.
Kemungkinan penggunaan
vaksin yang efektif selama kehamilan baru muncul dan perlu pertimbangan yang
kompleks. Tiga hal yang perlu dipertimbangkan dalam penggunaan vaksin untuk
mencegah malaria selama kehamilan, yaitu :
a.
Tingkat imunitas sebelum kehamilan
b.
Tahap siklus hidup parasit
c.
Waktu pemberian vaksin.
Sampai saat ini belum
ditemukan vaksin yang aman dan efektif untuk penanggulangan malaria.
Terapi
pada spesies non-falciparum5,9,14,15
Sedikit sekali diketahui pengaruh spesies malaria
non-falciparum terhadap ibu dan janin kecuali P,vivax, akan tetapi diduga dua
spesies yang lain juga mempunyai pengaruh yang sama. Cloroquin (25 mg/kg BB)
aman diberikan pada semua trisemester dan efektif pada episode malaria
non-falciparum kecuali P,vivax di Asia Tenggara (kawasan Indonesia) dimana
telah terjadi resistensi. Sedangkan di Thailand pada satu penelitian
double-blind placebo control didapatkan bahwa klorokuin masih efektif terhadap
P,vivax. Amodiaquin juga efektif terhadap spesies non-falciparum, namun data
mengenai efektifitas dan keamanan terhadap wanita hamil masih sedikit. Oleh
sebab itu amodiaquin tidak dianjurkan untuk diberikan sebagai profilaksis oleh
karena berisiko terjadinya agranulositosis. Primakuin dikontraindikasikan
terhadap wanita hamil dan menyusui oleh karena dapat mengakibatkan hemolisis
sel darah merah.
Terapi
infeksi falciparum5,9,14,15
Wanita hamil yang terinfeksi oleh P,falciparum harus
segera diberikan terapi walaupun tidak menunjukkan gejala. Terapi berguna
menghambat progresifitas menjadi simtomatik atau infeksi berat sehingga dapat
mengurangi anemia maternal dengan membunuh parasit di plasenta. Terapi yang
dini juga dapat mengurangi ancaman terhadap janin.
Klorokuin tidak lagi efektif namun masih luas
digunakan oleh karena harga yang murah dan mudah didapat.
Sulfadoxin-pyrimetamin dianggap masih aman walaupun pada penelitian preklinik
adanya bukti toksisitas. Efektifitas sulfadoxin-pyrimetamin dikurangi oleh asam
folat (5 mg/hari). Penggunaan sulfadoxin-pyrimetamin dapat mengurangi perluasan
resistensi dibeberapa daerah. Kuinin dengan Clindamycin terbukti mempunyai efektifitas
yang tinggi terhadap strain multidrug-resisten P,falciparum. Kombinasi
obat ini direkomendasikan untuk trisemester pertama, sedangkan artemisin based
combination therapy (ACT) efektif pada trisemester kedua dan tiga dan digunakan
sebagai terapi lini pertama sesuai dengan guideline dari WHO. Penggunaan ACT
didukung oleh bukti klinis terhadap keamanan dan efektifitas derivat artemisin
terhadap lebih dari 1000 wanita hamil.
Dosis artesunat diberikan mulai dari 4 mg/kg single
dose dan meningkat sampai 12-16 mg/kg BB total dosis, diberikan 3-7 hari, dan
tidak dijumpai efek samping terhadap ibu dan janin.
Meflokuin efektif terhadap parasit resisten
klorokuin dan telah digunakan secara luas di Asia lebih dari 20 tahun,namun
resisten terhadap meflokuin telah dijumpai di Asia dan Amerika selatan. Saat
ini meflokuin dianjurkan untuk dikombinasikan dengan artesunat. Meflokuin
efektif terhadap pencegahan P,falciparum dan P,vivax pada wanita hamil, namun
dalam satu penelitian retrospektif meflokuin berkaitan dengan meningkatnya
risiko kematian bayi.
Atovaquone-proguanil (malarone) efektif terhadap
infeksi falciparum namun demikian harganya sangat mahal. Obat ini dapat
ditoleransi dengan baik dan efektif sebagi profilaksis. Kelemahan obat ini
adalah mudah terjadi resisten terhadap P, falciparum.
Kuinin masih merupakan terapi pilihan parenteral
terhadap malaria berat dengan kehamilan, akan tetapi memerlukan waktu terapi
yang lama (7 hari), toleransinya rendah (gastrointestinal dan pendengaran) dan
rasa yang tidak menyenangkan (sangat pahit).
Kuinin dikategorikan sebagai obat kategori C oleh Food
and Drug Administration. Kuinin sering menyebabkan hipoglikemia pada wanita
hamil, oleh sebab itu perlu dilakukan monitoring gula darah dan kalau
diperlukan dapat diberikan glukosa parenteral.
Artesunat dan artemeter saat ini direkomendasikan
sebagai terapi malaria berat pada wanita hamil, oleh karena kerjanya cepat dan
tidak menimbulkan hipoglikemia. Pada uji random yang menggunakan artesunat
intravena (2-4 mg/kg dosis inisial selama 12 jam, kemudian dilanjutkan 2-4
mg/kg perhari) didapat penurunan mortalitas pada orang dewasa asia sebesar 34%
( termasuk 49 wanita hamil) yang dibandingkan dengan kuinin. Artemeter juga
dapat digunakan namun absorpsinya kurang dibandingkan dengan artesunat,
terutama pada pasien dengan kelainan kardiovaskuler.
Data yang ada yang didapat dari terapi artesunat
pada lebih dari 600 orang wanita hamil trisemester dua dan trisemester tiga
tidak menunjukkan adanya maternal dan fetal toxicity dan juga
aman digunakan pada ibu yang menyusui.
Usia Kehamilan
|
Obat dan Dosis untuk Malaria terkonfirmasi positif
(Pf/Pv/Po/Pm/Mix)
|
Keterangan
|
< 3 bulan
|
Kina
3 x 2 tablet / hari selama 7 hari (Jumlah 42 tablet) atau 3 kali sehari
dengan dosis 10mg/kgbb/kali selama 7 hari
Parasetamol
1 tablet setiap 6 jam jika perlu untuk demam
|
•
Minum obat sesudah makan
•
Apabila memungkinkan awasi pasien
secara langsung pada waktu minum obat
•
Anjurkan pasien untuk meneruskan minum
tablet zat besi dan asam folat serta untuk mengkonsumsi makanan yang
mengandung zat besi
•
Anjurkan pasien untuk menggunakan
kelambu setiap malam di rumah atau di kebun
•
Pastikan semua obat yang diberikan
untuk dihabiskan, juga jika ibu hamil sudah merasa mulai membaik
•
Catat informasi dalam kartu ANC dan
rekam medis
•
Informasikan kepada pasien untuk
kembali ke Puskesmas, Pustu, Polindes segera jika dia merasa tidak lebih baik
setelah menyelesaikan pengobatan
•
Informasikan kepada pasien dan
keluarganya untuk kembali ke Puskesmas, Pustu, Polindes segara bila ada 1
atau lebih tanda-tanda bahaya selama pengobatan, yaitu:
•
Tidak dapat makan/minum
•
Tidak sadar
•
Kejang
•
Muntah berulang
•
Sangat lemah (tidak dapat duduk atau
berdiri)
|
> 3 bulan
|
DHP
4 tablet satu kali sehari selama 3 hari
Artesunat
4 tablet dan Amodiakuin 4 tablet setiap hari selama 3 hari (Jumlah 24 tablet)
Parasetamol
1 tablet setiap 6 jam jika perlu untuk demam
|
Tabel
3. Pengobatan untuk malaria tanpa komplikasi pada ibu hamil. Dikutip dari
kepustakaan No.4
Hari
|
Obat
|
Jumlah Tablet Per-hari Menurut Berat Badan
|
|||||
0-4 kg
|
4-10 kg
|
10-20 kg
|
20-40 kg
|
40-60 kg
|
60 kg
|
||
1
|
ARTESUNAT
|
1/4
|
1/2
|
1
|
2
|
3
|
4
|
Amodiakuin
|
1/4
|
1/2
|
1
|
2
|
3
|
4
|
|
Primakuin
|
-
|
-
|
3/4
|
1 1/2
|
2
|
3
|
|
2
|
ARTESUNAT
|
1/4
|
1/2
|
1
|
2
|
3
|
4
|
Amodiakuin
|
1/4
|
1/2
|
1
|
2
|
3
|
4
|
|
3
|
ARTESUNAT
|
1/4
|
1/2
|
1
|
2
|
3
|
4
|
Amodiakuin
|
1/4
|
1/2
|
1
|
2
|
3
|
4
|
|
Sediaan
obat yang digunakan adalah : Artesunat 50mg dan Amodiakuin 200mg setara
dengan 153mg basa
|
Tabel 5. Pengobatan Pf, Pv, Po, Pm, dan Mix (Malaria terkonfirmasi positif)
dengan Artesunat + Amodiakuin (pada ibu hamil digunakan pada trimester II –
III. Dikutip dari kepustakaan No.4
Terapi
Malaria Berat5,9,14,15
Pengobatan malaria berat memerlukan kecepatan dan
ketepatan diagnosis sedini mungkin. Pada setiap malaria berat tindakan/
pengobatan yang perlu dilakukan adalah tindakan umum/simptomatik, obat anti
malaria dan pengobatan komplikasi.
Penderita malaria berat memerlukan obat anti malaria
yang mempunyai daya bunuh terhadap parasit secara cepat dan kuat, serta
bertahan dalam aliran darah dalam waktu yang cukup lama. Oleh karena itu
sebaiknya diberikan secara parenteral, sehingga mempunyai efek langsung dalam
darah. Obat anti malaria yang direkomendasikan Kina (Kina HCL 25%, 1 ampul 500
mg/2 ml). kina aman digunakan pada semua trisemester kehamilan, tidak menyebabkan
abortus dalam dosis terapi dan pemberian intravena untuk usia kehamilan > 30
minggu tidak menyebabkan kontraksi uterus atau menyebabkan fetal distress. Namun
efek samping utama ialah hipoglikemia.
Karena kematian dapat terjadi 6 jam pertama, maka
diperlukan kadar ideal dalam darah secara cepat pula. Loading dose Kina HCL 25
% , 20 mg/kg BB dalam 500 ml Dektrose 5 %. Diberikan dalam 4 jam pertama dengan
kecepatan konstan 2 ml/menit,4 jam berikutnya istirahat. Kemudian 8 mg/kg BB
tiap 8 jam (maintenance dose).
Loading dose digunakan bila penderita belum pernah
mendapatkan pengobatan kina atau meflokuin dalam 12 jam sebelumnya. Bila sudah
bisa minum kina intravena dapat digantikan dengan kina tablet, dengan dosis 10
mg/kg BB/kali, tiga kali sehari (dengan total 7 hari sejak hari pertama
pemberian kina). Kina tidak boleh diberikan secara bolus intravena karena dapat
menyebabkan kadar dalam plasma sangat tinggi yang berakibat toksik pada jantung
dan kematian. Bila karena berbagai alasan kina tidak dapat diberikan melalui intravena,
maka diberikan IM dalam dosis yang sama dip aha bagian depan masing-masing ½
dosis di setiap paha, untuk pemakian IM kina diencerkan dengan normal saline
untuk mendapatkan konsentrasi 60-100 mg/ml. bila tidak ada perbaikan klinis
setelah 48 jam, maka dosis maintenance kina parenteral dapat diturunkan 1/3-1/2
nya ( 5-7 mg ) dan lakukan pemeriksaan parasit dan evaluasi klinis. Pemberian
kina dapat disertai hipoglikemia, karena itu perlu diperiksa gula darah setiap
12 jam.
Terapi.
Pencegahan meliputi terapi preventif intermitten meliputi SP (sulfadoxin
pyrimethamine) –dosis diulang tiap bulan (umumnya cukup 3 kali) atau kinina –
khloroquin – Ia,A. Hal ini berlaku pula bagi mereka yang akan bepergian ke
daerah endemic – Ia, A. Pada daerah yang intermitten pengobatan malaria yang
sudah resisten, dianjurkan menggunakan artemisin. Pengobatan dukungan pada
kasus akut juga meliputi : cairan, mungkin transfuse. Pada kasus malaria otak,
diperlukan infuse kina.16
BAB III
KERANGKA KONSEP
III.1 Dasar Pemikiran Variabel yang
Diteliti
Penyakit Malaria masih merupakan
masalah kesehatan masyarakat yang dapat menyebabkan kematian terutama pada
kelompok risiko tinggi salah satunya adalah ibu hamil. Selain itu malaria bisa
juga menyebabkan anemia berat yang berisiko pada bayi yang dilahirkan.
Prevalensi malaria dalam kehamilan
sangat tinggi pada wilayah Indonesia Timur, antara lain Papua, Papua Barat,
Maluku, Maluku Utara dan Nusa Tenggara Timur.
Distribusi malaria berdasar surveilens epidemiologi
maka yang harus diperhatikan sebagai upaya penanggulangan dan pencegahannya
adalah :
1.
“WHO ?” yaitu faktor penderita
diantaranya umur, pekerjaan, paritas, Kadar Hb, suhu badan dan kadar glukosa.
2.
“WHERE ?” yaitu faktor tempat
diantaranya tempat tinggal / asal daerah.
3.
“WHEN ?” yaitu faktor waktu diantaranya
musim.
III.2 Kerangka Konsep yang Diteliti
Berdasarkan dasar pemikiran menurut
variable yang diteliti dalam surveilens epidemiologi, maka dapat dirumuskan
secara skematis pada bagan pola pikir variabel sebagai berikut :
Keterangan :
: Variabel Independent
(variabel bebas)
: Variabel dependent (variabel
terikat)
III.3. Definisi Operasional dan
Kriteria Objektif
1.
Variabel Orang
a.
Umur
Umur adalah lama waktu
hidup pasien sejak dilahirkan hingga saat penelitian berlangsung, yang dikur dengan
satuan tahun.
Cara Mengukur :
mencatat umur berdasarkan data yang diperoleh dari rekam medik.
Kriteria objektif :
dikategorikan berdasarkan interval umur, sebagai berikut :
·
Umur < 20 Tahun
·
Umur 20 – 30 Tahun
·
Umur > 30 Tahun
b.
Pekerjaan
Pekerjaan adalah tugas
kewajiban atau mata pencaharian pasien yang sesuai dengan rekam medik.
Cara mengukur :
mencatat pekerjan pasien berdasarkan data yang diperoleh dari rekam medik.
Kriteria objektif :
dikategorikan berdasarkan pekerjaan, sebagai berikut :
·
Pengawai Negeri Sipil (PNS)
·
Wiraswasta
·
Pelajar
·
Petani
·
Ibu Rumah Tangga
c.
Paritas
Paritas adalah jumlah kelahiran
atau partus pasien sesuai dengan rekam medik, dengan satuan orang.
Cara mengukur : mencatat
paritas pasien berdasarkan data yang diperoleh dari rekam medik.
Kriteria objektif,
sebagai berikut :
·
Primipara
·
Multipara
d.
Kadar Hb
Yaitu kadar hemoglobin
dalam darah ibu hamil yang menunjukkan terjadi anemia atau tidak sesuai dengan
rekam medik, dengan satuan gr%.
Cara mengukur : mencatat
kadar Hb berdasarkan data yang diperoleh dari rekam medik.
Kriteria Objektif :
·
< 11 gr% (anemia)
·
> 11 gr% (tidak anemia)
e.
Suhu badan
Yaitu ukuran kuantitaf
pada temperature (panas atau dingin) yang diukur dengan thermometer sesuai
dengan rekam medik, satuan derajat celcius.
Cara mengukur :
mencatat suhu berdasarkan data yang diperoleh dari rekam medik.
Kriteria objektif :
·
< 370C
·
> 370C
f.
Kadar Glukosa
Yaitu kadar gula dalam
darah pada ibu hamil sesuai dengan rekam medik, satuan mg/dl
Cara mengukur :
mencatat kadar glukosa berdasarkan data yang diperoleh dari rekam medik.
Kriteria objektif :
·
< 200 mg/dl
·
> 200 mg/dl
2.
Variabel Tempat tinggal atau daerah asal
Tempat tinggal atau
daerah asal adalah tempat / lingkungan dimana ibu hamil tinggal atau menjalani
kehidupan sehari-hari dalam batas wilayah kota Makassar, sesuai dengan rekam
medik.
Cara mengukur : mencatat
tempat tinggal / daerah asal berdasarkan data yang diperoleh dari rekam medik.
Kriteria objektif :
·
Dalam kota
·
Luar kota
3.
Variabel Musim
Musim yaitu berdasarkan
bulan kejadian penyakit malaria.
Cara mengukur :
mencatatnya berdasarkan data yang diperoleh dari rekam medik.
Kriteria Objektif :
·
Musim Hujan
·
Musim Kemarau
BAB IV
METODE PENELITIAN
IV.1
Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini
adalah studi deskriptif yang bertujuan untuk mengukur dan mengidentifikasi ibu
hamil yang menderita malaria di RS Wahidin Sudirohusodo, Makassar dengan sumber
informasi yaitu medical record dari rumah sakit.
IV.2 Tempat dan Waktu Penelitian
IV.2.1
Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan
di Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo, Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan.
IV.2.2
Waktu Penelitian
Waktu pengumpulan data
dimulai dari tanggal 14 November – 25 November 2011.
IV.3 Populasi dan Sampel
IV.3.1
Populasi
Yang menjadi populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh pasien (ibu hamil) pada RS Wahidin
Sudirohusodo selama periode tahun 2008 – 2011.
IV.3.2
Sampel
Yang menjadi sampel
dalam penelitian ini adalah seluruh pasien (ibu hamil) yang terdiagnosa malaria
pada RS Wahidin Sudirohusodo selama periode tahun 2008 – 2011.
Cara
Pengambilan Sampel :
Teknik pengambilan
sampel adalah dengan cara “consecutive
sampling”.
IV.4. Kriteria Seleksi
- Kriteria Inklusi :
Ibu Hamil yang
terdiagnosa menderita malaria di RS Wahidin berdasar data dari rekam medik.
(pemeriksaan laboratorium, pengukuran suhu badan).
- Kriteria Eksklusi :
§ Variabel
yang diteliti tidak lengkap terdapat pada rekam medik pasien.
§ Hasil
Laboratorium yang tidak terbaca.
IV.5 Cara Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan
berupa data sekunder yaitu rekam medik pasien yang diperoleh dari RS Wahidin
Sudirohusodo.
IV.6 Pengolahan dan Penyajian Data
IV.6.1 Pengolahan Data
Setelah dilakukan
pengumpulan data, dilakukan pengolahan data dengan bantuan program computer yaitu
program Microsoft Excel 2007 dan kalkulator .
IV.6.2.
Penyajian Data
Data yang telah diolah
selanjutnya disusun dan disajikan dalam bentuk tabel, grafik, dan penulisan
secara deskriptif.
IV.7 Etika Penelitian
- Sebelum melakukan penelitian,
terlebih dahulu peneliti mendapatkan surat izin tertulis dari bagian IKM
IKK Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia dan menyerahkan
kepada pihak rumah sakit tempat diadakannya penelitian.
- Identitas subjek dan data yang diperoleh dijaga kerahasiaannya.
DAFTAR PUSTAKA
- Departemen Kesehatan RI. PEDOMAN
PENATALAKSANAAN KASUS MALARIA DI INDONESIA.Direktorat Jenderal
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. 2008. Hal: 1-10.
- S Chahaya Indra Ir.,Msi. PENGARUH
MALARIA SELAMA KEHAMILAN. Bagian Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara. 2003. Hal : 1-5
- Harijanto PN. MALARIA dalam Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi 2006. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen
Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hal : 1732
– 1744.
- Ilhamy Muh, Hawley William, Krentel
Alison, Subianto Budi, Sumiwi Endang. PENCEGAHANAN PENANGANAN MALARIA
SELAMA KEHAMILAN. Departemen Kesehatan JNPK-KR.Januari 209.hal : 1-48.
- Nosten F, McGready R, Mutabingwa T
: Case Management of Malaria in Pregnancy. Available From : http://infection.thelancet.com/2007/Vol.7
- Suparman Eddy. MALARIA PADA
KEHAMILAN. Bagian SMF Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran
Universitas Sam Ratulangi/Rumah Sakit Umum Pusat Manado. Dalam Cermin
Dunia Kedokteran No.146. 2005. Hal : 1-11. Available From : http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/146_07MalariapadaKehamilan.pdf/146_07MalariapadaKehamilan.html
- Zein Umar. PENANGANAN TERKINI
MALARIA FALCIPARUM. Divisi Penyakit Tropik dan Infeksi, Bagian Ilmu
Penyakit Dalam FK USU.
- Tjitra Emi Liana. MALARIA PADA
KEHAMILAN. Dalam : Cermin Dunia Kedokteran No.168. 1991 , Hal : 48 – 51.
- Nugroho A, Wagey MT. SIKLUS HIDUP
PLASMODIUM MALARIA. Dalam : Harijanto PN (editor) Malaria, Epidemiologi,
Patogenesis, Manifestasi Klinis, dan Penanganan. Penerbit Buku Kedokteran
EGC. Jakarta. 2000, hal : 38-53.
- Schantz-Dunn J, Nour NM. MALARIA
AND PREGNANCY : A GLOBAL HEALTH PRESPECTIVE. In Review in Obstetrics &
Gynecology. 2009, Vol.3
- Griffith KS, Lewis LS, Mali S et
al. TREATMENT MALARIA in the United State A Systematic Review JAMA. 2007,
Vol. 297. Hal : 2264-2277.
- Kementerian Kesehatan RI.
EPIDEMIOLOGI MALARIA DI INDONESIA. Dalam Buletin Jendela Data dan
Informasi Kesehatan “Epidemiologi Malaria di Indonesia”. Vol.1, Triwulan
I, 2011. Hal: 1 – 4.
- Dinas Keehatan Provinsi Sulawesi
Selatan. Penyakit Bersumber dari Binatang : Malari, Dalam Profil kesehatan Sulawesi Selatan
Tahun 2008. Penerbit Dinkes Sulsel. Oktober 2009, Hal : 38-39.
- Hollier LM, Ericksen AL, Cox SM.
MALARIA IN PREGNANCY. In Infectious Diseases in Obstetrics and Gynecology.
1997. Hal : 45-51.
- Schlagenhauf P, Petersen E. MALARIA
CHEMOPROPHYLAXIS. Strategies for Risk Group, Cli Mic Rev. 2008, Hal : 466
– 472.
- Moeloek Farid Anfasa, Nuranna
Laila, Wibowo Noroyono, Purbadi Sigit. MALARIA DALAM KEHAMILAN. Dalam
Standar Pelayanan Medik Obstetri dan Ginekologi. Perkumpulan Obstetri dan
Ginekologi Indonesia, Jakarta, 2006. Hal : 33.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar